Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bunga Matahari
Suka
Favorit
Bagikan
17. 17. Dia yang Hebat dan Dia yang Baik

EXT. KORIDOR SMA KASTURI — PAGI

Kasa sudah sampai di sekolahnya dan untuk mencapai kelasnya yang ada di lantai dua. Kasa harus melewati koridor sekolah, Kasa berjalan dengan santai di sepanjang koridor sampai suara Rintan yang menyapa telinganya membuat Kasa menghentikan langkah kakinya.


RINTAN

Kasa!


Kasa menoleh, mendapati Rintan yang melambaikan tangan dan berjalan sedikit berlari untuk menghampirinya.


RINTAN

Lo mau ke mana?


KASA

Kelas lah.


RINTAN

Ke kantin dulu, yuk?


KASA

Emang lo belum sarapan?


RINTAN

Udah, tapi enggak tahu kenapa (mengusap perutnya sambil cemberut) perut gue masih laper.


Tanpa banyak berpikir kepala Kasa mengangguk singkat yang berarti Kasa menyetujui ajakan Rintan untuk pergi ke kantin bersama.


CUT TO:


INT. KANTIN SMA KASTURI — PAGI

Suasana di kantin tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang saja yang ada di sana. Kasa menatap sekelilingnya dan pandangannya langsung tertuju pada Ale dan Wisnu yang duduk di meja tengah.

FADE IN Wisnu yang berbicara pada Ale sementara Ale mendengarkan sambil menopang dagu juga memejamkan mata.


RINTAN

Wisnu!


Mendengar namanya dipanggil Wisnu menoleh kemudian tersenyum lebar pada Rintan. Wisnu berdiri berjalan menghampiri Rintan.


WISNU

Lo belum sarapan?


RINTAN

Udah, tapi nggak tahu kenapa gue masih laper.ersenyum malu)


Rintan tersenyum malu sementara Wisnu tersenyum geli.

Kasa tidak sepenuhnya terfokus kepada mereka, Kasa menatap Ale yang masih menopang dagu bahkan kepalanya hampir terjatuh menyentuh meja lalu yang Kasa simpulkan Ale mengantuk.

Kasa menghampiri Ale, ketika dirinya berada di dekat Ale, pemuda itu tidak menyadarinya.


KASA

(mengetuk meja)

Ale?


ALE

(mendongak seraya mengusap mata)

Eh, iya. kenapa, Sa?


KASA

(mendudukkan diri di hadapan Ale)

Lo ngantuk, ya?


Ale cengengesan, sejenak Kasa berpikir tentang penyebab Ale mengantuk, pasti Ale bergadang karena sesuatu.


KASA

Jangan bilang lo begadang demi baca naskah novel gue?


Untuk kedua kalinya Ale cengengesan, Kasa mengiris pelan.


KASA

Lo nggak harus baca di hari itu juga, Le. Pelan-pelan aja. Gue nggak maksa lo buat selesain buru-buru kok.


ALE

(tersenyum geli)

Cerita lo seru sih, bikin gue penasaran. Jadinya gue nggak sadar deh kalau udah pagi.


KASA

(menghela napas)

Tapi seenggaknya lo harus bisa tahan, Le. Bertahap gitu bacanya, kalau kayak begini kan sekarang efeknya lo jadi ngantuk, nanti lo nggak fokus belajar.


ALE

Santai, Sa. Nanti gue bisa tidur di UKS.


KASA

Emang bisa?


ALE

Bisalah, tinggal bilang nggak enak badan sambil pasang tampang melas. Beres, kan?


Kasa tertawa mendengar jawaban Ale.


KASA

Ngomong-ngomong, ada komentar buat cerita gue nggak? Biar nanti bisa gue ubah sedikit kalau ada bagian yang kurang lo suka.


ALE

Hng, nggak sih. Menurut gue udah bagus kok nggak perlu ada yang diubah lagi.


Kasa manggut-manggut.


ALE

Terus rencana lo buat kirim ke pihak penerbit kapan?


KASA

Hng. Rencananya tunggu lo selesai baca, biar gue tahu respons pembaca pertama gue kayak apa (tersenyum tipis). Tapi karena kata lo udah bagus, paling pulang sekolah bakalan gue kirim.


Kemudian Ale merespons dengan seulas senyum juga ancungan kedua jempol untuk Kasa. 


CUT TO:


INT. KAMAR KASA — MALAM

FADE IN kamar Kasa yang terlihat rapi.

Kita melihat Kasa duduk di bangku meja belajar dengan pandangan yang tertuju pada layar laptopnya. Di depan layar laptop Kasa begitu serius mengecek sekaligus mengedit file naskahnya agar semakin rapi sebelum dikirim ke pihak penerbit.

Pintu kamar Kasa terbuka memperlihatkan Linta yang datang, Linta melangkah menghampiri Kasa.


LINTA

Woi! Pinjem laptop lo dong.


Kasa menoleh sebentar kemudian kembali fokus pada laptopnya.


KASA

Emang laptop kamu kenapa?


LINTA

Rusak, nggak mau nyala.


KASA

(manggut-manggut)

Sebentar, ya. Aku ngedit file dulu. 


LINTA

(berdecak sebal)

Yaelah, ngeditnya entar-entaran ajalah. Gue butuh laptopnya sekarang!


KASA

Sebentar, Lin. Ini nanggung kok sedikit lagi selesai.

(beat)

Kamu tunggu aja, nanti kalau aku udah selesai, aku anterin laptopnya ke kamar kamu.


Linta berkacak pinggang menatap Kasa sebal, karena Linta itu tidak suka menunggu dan tipikal manusia yang memiliki kesabaran setipis tisu.

Linta mengambil laptop Kasa hingga membuat pemiliknya terkejut. Kasa dengan refleks menghalang Linta agar laptopnya tidak dibawa pergi.


KASA

Aku belum selesai ngeditnya, Lin. Kamu bisa sabar sedikit nggak sih? (berusaha mengambil laptop)


LINTA

Enggak bisa! Gue butuh laptopnya sekarang, nggak bisa entar-entaran! (kembali menarik laptop)


KASA

Lin, ayo dong. Kali ini aja kamu ngalah.


LINTA

Enggak mau! Gue nggak mau ngalah apalagi sama lo!


Keduanya yang sama-sama tidak mau mengalah saling tarik-menarik laptop, sampai akhirnya laptop yang mereka perebutkan terjatuh dan membuat keduanya terkejut terutama Kasa.

CLOSE UP wajah Kasa menatap laptopnya yang terjatuh dengan nanar. 


LINTA

Itu akibatnya kalau lo pelit sama gue!


Linta pergi dari kamar Kasa.

Kasa berjongkok memangku laptopnya berharap benda itu masih bisa menyala. Namun, sayangnya berkali-kali Kasa mencoba layar laptopnya yang retak itu tidak bereaksi sama sekali.

Kasa menghela napas seraya menunduk, rasanya dia ingin menangis. Tapi Kasa harus menahannya karena menangis hanya membuang-buang waktunya saja.

Karena Kasa mengingat jika flashdisk yang dia berikan pada Ale belum dikembalikan, Kasa segera berdiri untuk mengambil handphone-nya yang ada di atas meja belajar. Kasa mencari kontak Ale di handphone-nya untuk dihubungi.


ALE (S.O)

Halo? Ada apa, Sa?


KASA

Le, flashdisk gue masih lo pegang, kan?


ALE (S.O)

Masih, kenapa?


KASA

Bisa ketemuan sekarang nggak? (menggigit bibir bawah)


ALE (S.O)

Bisa, mau ketemuan di mana?


KASA

Di tempat biasa aja. 


ALE (S.O)

Oke.


KASA

Makasih ya, Le. Gue tunggu.


Kasa mengakhiri sambungan telepon, mengambil jaket di dalam lemari, kemudian buru-buru pergi meninggalkan kamarnya.


CUT TO:


EXT. ATAP GEDUNG — MALAM

Karena Kasa yang meminta untuk bertemu. Kasa yang pertama kali sampai di atap gedung. Kasa menunggu kedatangan Ale dengan cemas, berharap Ale tidak menghilangkan flashdisk-nya.

3 menit kemudian....

Ale yang ditunggu telah tiba. Ale merogoh saku hoodie-nya mengembalikan flashdisk berwarna putih kepada pemiliknya.

Kasa menerima flashdisk itu sambil menghela napas karena lega. 


KASA

Untung masih ada cadangannya.


ALE

(mengerutkan kening)

Kenapa? Ada kendala emangnya?


KASA

(mengangguk lemah)

Iya, laptop gue rusak di saat gue belum kirim file naskah gue ke pihak penerbit. (cemberut) Padahal file-file penting gue ada di sana semua.

(beat)

Tapi untungnya masih ada file yang bisa diselamatkan. (menatap flashdisk sambil tersenyum)


ALE

(manggut-manggut)

Untung, ya. Lo coppy dulu file di flashdisk.


KASA

Hm, kalau nggak ada salinannya gue bisa stres tahu nggak. (menyimpan flashdisk di saku jaket)


ALE

Terus kalau laptop lo rusak, lo mau kirim naskah di mana?


KASA

Lewat handphone atau pinjam laptopnya Rintan.


ALE

Kenapa nggak pinjam laptop gue aja?


KASA

Hah?


ALE

Gue bakal kasih lo pinjem, biar gue ambil laptop gue dulu di rumah.


Ale membalikkan badan hendak melangkah pergi, baru tiga kali melangkah Kasa menahannya.


KASA

(memegang lengan Ale)

Ale. Tunggu!


ALE

(menoleh natap Kasa)

Kenapa?


KASA

Lo mau tinggalin gue sendirian di sini? (menatap sekitarnya dengan takut) Kalau ada setan gimana? Gue takut ah.


Ale terkekeh pelan saat melihat Kasa yang ketakutan.


ALE

Yaudah, ikut gue ke rumah.


KASA

Beneran boleh gue pinjam laptop lo?


ALE

(mengangguk singkat dan tersenyum tipis)

Boleh, Sa. Kalau nggak boleh gue nggak akan nawarin ke elo tadi.


Kasa cengengesan, lantas keduanya pergi meninggalkan atap gedung.


CUT TO:


EXT. TERAS RUMAH ALE — MALAM

Ale dan Kasa sudah tiba di rumah Ale, bahkan keduanya baru saja memasuki area bernama teras. Ale membuka pintu rumahnya yang tidak dikunci. Ale hendak memasuki rumahnya, namun keningnya mengerut saat menyadari Kasa yang diam di tempat.


ALE

Lo nggak masuk?


KASA

Enggak, gue tunggu di sini aja.


ALE

(sedikit menaikkan sebelah alisnya)

Yakin? Enggak takut ketemu setan?


KASA

Enggak, gue yakin setan nggak akan berani lewat rumah lo.


ALE

(tertawa kecil)

Yaudah, lo tunggu sini. Jangan pergi ke mana-mana.


KASA

Iya.


Kasa yang ada di teras rumah Ale mendudukkan diri di bangku teras seraya menunggu Ale mengambil laptop. Tidak terlalu lama menunggu Ale telah kembali membawa sebuah tas yang tentunya berisi laptop beserta perlengkapannya.


ALE

(memberikan tas laptop)

Nih laptopnya.


Kasa segera bangkit dari duduknya kemudian menerima tas tersebut.


KASA

Makasih, ya. Le

(beat)

Nanti kalau udah selesai, langsung gue balikin.


Ale merespons dengan seulas senyum tipis. Keduanya tidak bersuara selama beberapa detik.


ALE

Yaudah, ayo.


KASA

Hah? Ayo, ke mana?


ALE

Pulang lah.


Kasa menatap rumah Ale dengan mengerutkan kening merasa bingung.


KASA

Ini kan rumah lo, Le. 


Ale menipiskan bibir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.


ALE

Maksud gue. Ayo, kita pergi ke rumah lo. Gue bakal nganterin lo pulang.


KASA

Oh, begitu. (manggut-manggut) Tapi nggak usah dianter lah, gue bisa kok pulang sendiri.


ALE

Yakin?


KASA

Hng. Enggak sih, (cengengesan) gue takut ketemu setan. Apalagi di gang rumah lo gelap gara-gara lampunya mati.


ALE

(tertawa singkat)

Yaudah, ayo.


KASA

Tapi, Le. Nanti lo pulangnya sendirian dong? Emangnya lo nggak takut?


ALE

Enggaklah.


KASA

Oh, oke.


Ale dan Kasa pergi dari rumah Ale.


CUT TO:


INT. KAMAR KASA — MALAM

Kasa duduk di atas ranjangnya, Kasa mengeluarkan laptop Ale dari dalam tas, membuka laptop dan menyalakannya.

CLOSE UP layar laptop Ale masih dalam proses booting.

Layar laptop telah berubah pada tampilan menu utama, didiamkan selama beberapa detik, Kasa mencolokkan flashdisk-nya di slot laptop kemudian membuka dokumen yang berisi file naskahnya.

Dimulai dari bab pertama, kasa mengecek naskahnya untuk menghilangkan typo. Selesai membereskan typo. Kasa menulis alamat Gmail penerbit di kolom Gmail untuk mengajukan file naskah novelnya.

Setelah menulis pembukaan dan melampirkan file naskah novelnya. Kasa memberi sedikit jarak antara tombol enter dengan jari telunjuknya.

Kasa mengembuskan napas untuk menenangkan diri. Setelah yakin, Kasa segera menekan tombol enter yang berarti file naskahnya sudah berhasil dikirim.


KASA

(menghela napas lega)

Akhirnya selesai juga!


Kasa tersenyum merasa bangga pada dirinya sendiri, karena berhasil menyelesaikan cerita karangannya yang sempat diabaikan.


FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar