Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bunga Matahari
Suka
Favorit
Bagikan
15. 15. Moon Bakery

EXT. KORIDOR SMA KASTURI — SORE

Kita melihat Kasa yang baru selesai membersihkan itu menghentikan langkah kakinya saat melihat murid-murid klub voli sedang latihan di lapangan.

FADE IN murid-murid klub voli sedang latihan di lapangan.

FADE IN Ale yang melempar bola voli, memukul bola voli.

Tanpa sadar Kasa tersenyum tipis mengamati Ale yang serius saat latihan, sampai perempuan itu tidak sadar jika tiba-tiba Wisnu berada di sebelahnya. Wisnu ikut mengamati Ale yang serius latihan.


WISNU

Ale tuh kelihatan keren banget ya kalau lagi main voli.

(beat)

Tapi masih kerenan gue sih. (terkekeh pelan)


Kasa menoleh dan terkejut saat menyadari Wisnu yang ada di sampingnya. 

Kasa menoleh menatap Wisnu. Wisnu juga ikut menoleh menatap Kasa.


WISNU

Lo lagi nungguin Ale, ya? Samperin aja. Ale itu kalau udah latihan suka nggak inget waktu.


KASA

(buru-buru menggelengkan kepala)

Eh, enggak kok. Gue nggak nungguin Ale, gue cuma nggak sengaja lewat sini aja.

(beat)

Gue duluan ya, Nu.


Kasa buru-buru melangkahkan kakinya meninggalkan Wisnu. Karena Kasa sudah pergi fokus Wisnu bukan lagi kepada Kasa melainkan kepada Ale.


Wisnu

(tersenyum lebar, melambaikan tangan)

Woi, Mas Ale!


Setelah menyapa Wisnu berlari kecil menghampiri Ale.


CUT TO:


INT. BUS — SORE

FADE IN keadaan dalam bus yang melaju sedang, terdapat beberapa penumpang di dalamnya. Ada yang tidur, main handphone, menatap ke arah jendela, dan mengobrol.

Di dalam bus Kasa mendengarkan musik dengan telinga yang tersumpal earphone, Kasa menatap ke arah luar jendela.

4 menit kemudian...

Lagu yang terputar di handphone-nya berhenti, tergantikan oleh telepon masuk dari Sintia. Kasa segera mengangkatnya.


SINTIA (S.O)

Halo, Sa?


KASA

Iya, Ti. Ada apa?


SINTIA (S.O)

Kamu lagi di mana?


KASA

Di bus, Ti. Mau pulang.


SINTIA (S.O)

Kamu jangan pulang dulu, bantuin onti di toko ya. Pembeli di toko banyak banget karyawan di sini sampai kewalahan.


KASA

Oh iya, Ti. Kasa ke toko, ya.


SINTIA (S.O)

Makasih ya, Sa. Onti tunggu.


KASA

Iya, Ti.


Sambungan telepon itu terputus dan Kasa mendengarkan lagu di handphone-nya sambil menunggu halte bus berikutnya.


CUT TO:


INT. MOON BAKERY — SORE

Suasana di Moon Bakery sangat ramai, Kasa melihat bagaimana sibuknya Sintia, tiga karyawan Moon Bakery (Reni, Ersha, Sasa) juga Linta dalam melayani pembeli. Lantas Kasa bergabung untuk membantu mereka.

Pembeli yang sudah pergi berganti dengan pembeli yang datang, dan dengan ramahnya Kasa menyambut juga melayani pembeli yang berdatangan. Kasa dan Linta bertugas di meja kasir, Reni dan Sasa bertugas di dapur, tapi terkadang Sasa datang untuk memberikan roti yang baru matang, Ersha melayani pembeli yang makan roti di tempat, dan Sintia membungkus roti yang dibawa pulang oleh pembeli sekaligus memantau semua aktivitas.

15 menit kemudian...

Satu persatu pembeli yang hampir memenuhi toko roti mulai berkurang, sampai pada PEMBELI TERAKHIR yang ada masih ada di toko untuk membayar roti pesanannya.


KASA

Semuanya jadi 155.000, Mbak.


PEMBELI TERAKHIR

(memberikan uang pas)

Ini uangnya, Kak.


KASA

(menerima uang)

Uangnya pas, ya. Mbak

(beat)

Ini rotinya. Terima kasih semoga datang kembali. (tersenyum ramah)


PEMBELI TERAKHIR

(mengambil roti yang sudah dibeli)

Iya, sama-sama.


Pembeli terakhir meninggalkan toko roti dan beberapa saat kemudian semua yang sudah bekerja keras di toko mengembuskan napas lega dan tersenyum senang, karena semua pembeli yang datang sudah selesai dilayani.

FADE IN tidak ada roti yang tersisa di etalase.


SINTIA

(tersenyum lebar)

Akhirnya roti kita habis semua.


Tiga karyawan toko, Linta, dan Kasa juga ikut senang karena roti-roti yang dijual tidak ada yang tersisa.


KASA

Alhamdulillah, Ti.


SINTIA

(mengangguk singkat)

Iya, ini semua berkat usaha kita semua. (menatap Kasa) terutama kamu, Sa. Makasih ya udah nyaranin onti buat bikin Palmier Carre, bener kata kamu banyak orang-orang yang beli roti itu. 


Kasa tersenyum simpul karena sarannya untuk menjual Palmier Carre di toko tidaklah sia-sia. Linta yang melihat Kasa dipuji oleh Sintia di depan matanya juga di hadapan tiga karyawan toko membuat Linta memutar bola matanya dan berdecak sebal.


SINTIA

Kalian belum makan, ya? Saya beli makanan dulu, ya.

(beat)

Reni, Ersha, Sasa. Kalian beres-beres, ya. Habis itu langsung tutup toko.


RENI

Iya, Bu.


Sintia pergi membeli makanan dan ketiga karyawan mulai sibuk beres-beres toko. Karena Kasa sedang tidak melakukan apa-apa, perempuan itu berinisiatif untuk membantu agar pekerjaan membersihkan toko cepat selesai.

Kasa mengambil sapu dan pengki, Kasa mulai menyapu di belakang sudut ruangan toko, Ersha juga Sasa membersihkan bagian dapur, dan Reni menata meja serta bangku yang berantakan. Di saat yang lain sibuk beres-beres, Linta sibuk dengan handphone-nya.


KASA

Lin, bisa geser nggak? Mau aku sapu soalnya.


Dengan malas Linta menggeser kakinya membiarkan Kasa menyapu lantai yang sebelumnya diinjak olehnya. Linta kembali fokus memainkan handphone-nya, beberapa saat kemudian Kasa menghela napas.


KASA

Lin, bisa geser lagi? Soalnya tempat yang kamu injak belum aku sapu


Linta yang kesal memilih duduk di atas meja kasir.


LINTA

Puas lo?!


Kasa tidak menjawab malah menipiskan bibirnya dan kembali menyapu lantai yang kotor, Linta pun juga kembali sibuk dengan handphone-nya.

Kasa tidak lagi menyapu di sekitar meja kasir, Kasa beralih ke tempat lain. Di saat Kasa sibuk menyapu Linta melirik ke arahnya.


LINTA

Woi, Kasa!


Suara Linta yang memanggil namanya membuat Kasa menoleh, menatap Linta dengan raut wajah penuh tanya.


LINTA

Lo...


KASA

Kenapa, Lin?


LINTA

(mendengkus)

Enggak jadi deh, tiba-tiba gue nggak mood buat ngomong sama lo.


Linta turun dari meja kasir, Linta berjalan meninggalkan toko dan membuat Kasa yang melihatnya langsung mengerutkan kening, cukup terheran-heran dengan kelakuan Linta. Tapi karena tidak terlalu peduli Kasa kembali menyapu.


JUMP CUT TO:


INT. SEVENBOOX — CAFFE

Suasana Sevenbox Caffe yang tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi, beberapa pengunjung yang datang adalah anak muda.

Wisnu sibuk membalas chat dari Rintan yang sesekali pemuda itu tersenyum geli, sementara Ale yang duduk di hadapan Wisnu menyeruput es cokelatnya seraya menatap sekelilingnya.

Beberapa saat kemudian Wisnu menaruh handphone-nya di atas meja.


WISNU

Ale.


ALE

(menaruh gelas di meja)

Kenapa?


WISNU

Udah sejauh mana hubungan lo sama Kasa?


Wisnu tersenyum jail sementara Ale membelalakkan mata karena terkejut atas pertanyaan yang diajukan Wisnu. 


ALE

Cuma temen doang kok.


WISNU

(menatap 'curiga')

Temen kok sering banget anter jemput?


ALE

Emangnya nggak boleh?


WISNU

Ya enggaklah! Yang sebelumnya lo sama Kasa nggak punya hubungan apa-apa. Secara tiba-tiba lo deketin dia, sering berduaan sama dia, perhatian sama dia, anter jemput dia.

(beat)

Dan lo tahu nggak? Di saat cewek sering di anter jemput sama cowok. Di situ dia menganggap kalau cowok yang sering anter jemput dia itu ada perasaan sama dia.


ALE

(sedikit menaikkan sebelah alis)

Masa sih? Tapi Kasa nggak kelihatan kayak gitu. Dia kelihatan biasa aja sama gue.

(beat)

Lagian rumah gue sama rumah Kasa nggak jauh-jauh banget kok.


WISNU

(tersenyum geli)

Alesan doang lo, udah kebaca gerak-gerik lo. Kalau lo deketin Kasa buat dijadiin pacar nggak apa-apa sih, gue malah dukung. Lo sama Kasa gue sama Rintan. Kan enak tuh bisa double date.


Wisnu terkekeh pelan kemudian mengambil secangkir vanilla late miliknya di atas meja.


WISNU

Tapi, Le. Intinya adalah lo nggak boleh mempermainkan hatinya Kasa. Kalau sampai lo berani memberikan harapan palsu ke dia. Rintan bakalan siap buat pukulin lo sampai bonyok.


ALE

(mendengkus)

Di otak lo itu ya, isinya cuma cewek doang. Belajar dulu yang bener!


Meski Ale mengomelinya, Wisnu sama sekali tidak tersinggung malah pemuda itu tertawa geli.


CUT TO:


INT. KAMAR TIDUR KASA — MALAM

Lampu di kamar kasa masih menyala meski jam dinding memberi tahu melalui jarum jamnya jika saat ini sudah pukul sepuluh malam. Kasa duduk di kursi meja belajar, sepuluh jarinya mengetik di keyboard laptop, serta pandangan yang fokus pada layar laptop dan beberapa kali melirik pada buku yang halamannya rusak karena terkena api. 

30 menit kemudian...

Kasa masih betah mengetik ulang cerita karangannya yang tertulis di buku itu.

30 menit kemudian...

Kasa membuka halaman berikutnya dan kembali mengetik.

15 menit kemudian...

Kasa merenggangkan otot-otot tubuhnya terutama kedua tangannya yang terasa pegal, Kasa menghela napas menoleh ke arah jam dinding.

CLOSE UP jam dinding yang menunjukkan pukul 11:15 malam.

Kasa menyimpan hasil ketikan naskah novelnya di microsoft word, mematikan laptop, menutup buku, dan beranjak dari bangku.

Kasa berjalan untuk mematikan lampu kamar, menyalankan lampu tidur, merebahkan diri di kasurnya, dan menutup kedua matanya untuk pergi tidur.


FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar