Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bunga Matahari
Suka
Favorit
Bagikan
10. 10. Kasa Mulai Tersadar

INT. KAMAR KASA, HARI MINGGU — SIANG

Kita melihat Kasa yang sedang belajar di meja belajarnya. Kasa menopang dagu dengan tangan kiri sementara tangan kanannya digunakan untuk mengisi jawaban soal matematika yang sedang dikerjakan. Kemudian suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar.


SINTIA (S.O)

Sa? Pintunya onti buka, ya?


Suara Sintia yang terdengar membuat Kasa segera menoleh ke arah pintu kamar.


KASA

Iya, Onti.


Pintu kamar terbuka oleh Sintia dengan membawa kardus kosong yang ada di tangannya juga berjalan mendekati Kasa.


KASA

Ada apa, Ti?


SINTIA

Hm. Gini, Sa. Onti kan lagi beres-beres barang-barang yang udah nggak kepakai, kamu kalau ada barang yang udah nggak kepakai tolong diberesin, ya. Jadi biar sekalian dibuangnya.

(beat)

Ini kardusnya onti taruh bawah, ya.


KASA

(mengangguk singkat)

Iya. Makasih, Ti.


SINTIA

(tersenyum simpul)

Kalau udah selesai beres-beresnya langsung taruh di luar gerbang aja, ya.


KASA

Iya, Ti.


Setelah Sintia keluar dari kamar Kasa. Kasa berdiri dari duduknya menaruh kardus kosong itu di atas meja belajar.

Kasa membuka laci meja belajar, mengambil buku-buku yang sudah tidak lagi digunakan sampai pada laci terakhir, laci yang berisikan buku-buku tulisnya dalam membuat cerita karangan.

CLOSE UP Kasa menatap cukup lama pada buku-buku yang ada di genggaman tangannya.

Meski agak sedikit tidak rela membuang buku-buku tersebut, Kasa harus melakukannya karena cita-citanya menjadi seorang penulis sudah tidak berlaku lagi.

Kasa yang sempat terdiam itu mengembuskan napas kemudian menaruh buku-buku itu ke dalam kardus.

Kasa yang sudah menaruh buku-buku yang sudah tidak lagi digunakan beranjak ke tempat lain, mencari barang lain yang sudah tidak lagi digunakan.


CUT TO:


EXT. DI SEBERANG RUMAH SINTIA — SIANG

Ale duduk di atas motor kesayangannya sambil memperhatikan sebuah rumah yang dihuni oleh Kasa. Sudah lima menit yang lalu Ale ada di sana memperhatikan rumah yang terlihat sepi seakan tidak ada penghuninya.

5 menit berikutnya...

Ale yang masih memperhatikan rumah itu melihat Kasa keluar dari pintu dengan kedua tangan yang memegang kardus dan menaruhnya di luar gerbang dekat tempat sampah.

Ale segera turun dari motornya menghampiri Kasa dengan langkah yang terkesan terburu-buru. 


ALE

Kasa!


Kasa terkejut menyadari Ale yang tiba-tiba berada di depan matanya, hilang rasa terkejutannya berganti menjadi berdecak sebal. 


KASA

Lo ngapain sih ada di sini? Terus juga lo tahu dari mana kalau gue tinggal di sini, hah?!


ALE

(menggaruk kepalanya yang tidak gatal)

Ya, anggap aja secara kebetulan gue tahu rumah lo. (cengar-cengir) Tapi untuk saat ini hal itu nggak penting, karena kedatangan gue ke sini buat--


KASA

(menatap tajam seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada)

Le, gue udah capek ngeladenin lo. Sampai kapan lo mau ganggu gue, hah?

(beat)

Sampai gue amnesia atau sampai gue tua? Lo kayaknya bener-bener nggak paham ya sama apa yang gue bilang beberapa hari yang lalu? Gue udah berhenti nulis, jadi lo nggak usah maksa sekaligus ganggu gue lagi!


ALE

Gue ngerti, Sa. Lo pasti risih atau--


KASA

Nah, kalau lo ngerti kenapa lo masih gangguin gue?


Ale sempat terdiam beberapa saat, sampai akhirnya dia mengembuskan napasnya.


ALE

Oke, gue nyerah. Gue nggak akan ganggu lo lagi, tapi lo harus melakukan satu syarat yang gue kasih.


KASA

(memutar bola mata)

Ya ampun, Le! Lo bener-bener bikin gue kesal, ya. (nada suara yang meninggi) Apa syaratnya? Cepet bilang ke gue apa syaratnya!


ALE

Syaratnya gampang. Minggu depan tim voli gue bakalan tanding sama sekolah lain, gue minta lo harus dateng lihat pertandingan gue sampai selesai. Kalau lo dateng gue janji nggak akan ganggu lo lagi bahkan maksa lo lagi buat lanjutin cerita karangan lo.

(beat)

Tapi kalau lo nggak dateng, gue akan terus gangguin lo. Gimana?


KASA

(menyipitkan mata)

Lo nggak boleh ingkar janji!


ALE

(tersenyum tipis)

Tenang aja, gue nggak akan ingkar janji kok. Kalau sampai gue ingkar janji lo boleh pukul gue sampai puas.


KASA

(mengangguk setuju)

Oke, gue bakalan dateng. Dan gue harap setelah itu lo jangan ganggu gue lagi.


ALE

Oke, gue tunggu.

(beat)

Kalau gitu, sampai ketemu Minggu depan.


Ale melambaikan tangan secara singkat, Ale menyeberangi jalan untuk menghampiri motornya yang terparkir di pinggir jalan. Kemudian melajukan motornya meninggalkan Kasa yang masih berdiri di depan gerbang rumah Sintia.


FADE OUT


INT. GELANGGANG OLAHRAGA, LAPANGAN VOLI, HARI PERTANDINGAN — SIANG

Kasa tidak datang tepat waktu, Kasa datang lima belas menit setelah pertandingan di mulai. Kasa segera mendudukkan diri di salah satu kursi penonton.

CLOSE UP Ale yang begitu semangat saat memukul bola voli hingga melewati net pembatas.

FADE IN wajah Kasa yang serius memperhatikan Ale saat bertanding.

FADE IN ke papan skor yang diperoleh tim lawan sebanyak 10 point dan tim Ale sebanyak 12 point.

LONG SHOT - Ale begitu semangat dalam pertandingan bahkan sempat berteriak saat timnya berhasil mencetak satu point. Pertandingan voli semakin seru saat point antar dua grup saling bersusulan.

Dan beberapa saat kemudian pertandingan voli dinyatakan selesai, 25 point untuk tim lawan dan 24 point untuk tim Ale.

Semua pemain yang bertanding saling berpelukan memberikan ucapan selamat juga ucapan semangat untuk satu sama lain.

Di tempatnya Kasa masih memperhatikan Ale, saat tahu timnya kalah Ale sama sekali tidak kecewa atau sedih malah lelaki itu masih bisa tersenyum dengan lebar, seakan kekalahan bukanlah yang menyakitkan. Dan sampai akhirnya pandangan Ale tertuju pada Kasa yang kebetulan juga sedang menatapnya.

Ale lambaikan tangan dan berjalan menghampiri Kasa yang masih duduk di bangku penonton.


ALE

(tersenyum manis)

Gue pikir lo nggak akan dateng.


KASA

Memang, gue males banget dateng ke sini. Tapi kalau gue nggak dateng lo bakalan terus gangguin hidup gue.


ALE

(tertawa geli)

Omong-omong, gimana penampilan gue tadi?


KASA

Tim lo kalah.


Ale mendudukkan diri di kursi sebelah Kasa kemudian mengangguk singkat.


ALE

Memang dan sama sekali gue nggak kecewa (tertawa kecil) Lo tahu apa alasannya?


Kasa terdiam, memilih untuk mendengarkan ketimbang menyahut.


ALE

Itu karena gue melakukan apa yang gue inginkan, gue suka voli. Jadi mau bagaimana pun hasilnya gue tetap bahagia. Mau menang atau kalah itu urusan belakangan.


Berkat ucapan Ale yang barusan dia dengar membuat Kasa diam termenung seakan sedang menelaah setiap kata yang menempel di kepalanya.


ALE

Makan es krim, yuk. Katanya di dekat sini ada kedai es krim yang enak.


KASA

(mengerjapkan mata)

Lo bilang apa tadi?


ALE

Di dekat sini ada kedai es krim yang enak, lo mau makan es krim nggak?


KASA

Mau.


Kasa dan Ale beranjak dari duduknya, meninggalkan lapangan indoor voli untuk pergi ke kedai es krim terdekat.


CUT TO:


INT. KEDAI ES KRIM — SORE

Kita melihat Kasa sedang duduk di bangku dekat jendela dengan fokus yang tertuju pada luar kedai. Beberapa saat kemudian Ale datang membawa dua gelas es krim di tangannya.

Dua gelas es krim dengan rasa yang berbeda Ale taruh di atas meja. Karena menyadari keberadaan Ale Kasa tidak lagi menatap ke arah luar jendela.

Ale menggeser satu gelas es krim rasa vanilla cookies milik Kasa sementara rasa cokelat stroberi adalah miliknya. Tanpa banyak suara, Kasa dan Ale mulai mencicipi es krim masing-masing. 


ALE

Hm, beneran enak es krimnya.


Sementara Kasa merespons dengan anggukan pelan. Sorot mata Ale tertuju pada Kasa memperhatikan perempuan itu yang begitu lahap memakan es krim miliknya.


ALE

(berdeham pelan)

Sa?


Kasa mendongak dengan alis yang terangkat sebelah.


KASA

Kenapa? (memasukkan sesendok es krim ke dalam mulutnya)


ALE

Habis ini lo mau ke mana?


KASA

Pulang.


ALE

Boleh gue nganterin lo pulang?


Awalnya Kasa sempat terkejut karena ucapan Ale yang ingin mengantarnya pulang terkesan tiba-tiba, tapi Kasa bisa langsung mengatasinya.


KASA

(menggeleng pelan)

Enggak perlu, gue bisa pulang sendiri.


ALE

Rumah kita kan searah, Sa. Jadi nggak ada salahnya juga kan gue anterin lo pulang?


Kasa sempat terdiam sebentar, berpikir antara ingin mengiakan atau terus menolak, tapi setelah dipikir ulang tidak ada salahnya Ale mengantarnya pulang. Toh, sore ini pun Kasa cukup malas jika harus berdesak-desakan untuk menaiki kendaraan umum.


KASA

Yaudah terserah lo, selama nggak ngerepotin. (memasukkan satu sendok es krim ke dalam mulutnya)


Ale merepons dengan seulas senyum tipis kemudian melanjutkan memakan es krimnya yang mulai meleleh.


ALE

Oiya, Sa. Sebelum kita pulang lo mau kan temenin gue ke mal sebentar?


KASA

Mau ngapain?


ALE

Beli kado buat adek gue.


Kali ini Kasa tidak banyak berpikir, justru perempuan itu malah langsung menganggukkan kepala sebagai tanda jika dirinya setuju.


KASA

Oke.


CUT TO:


INT. MAL, DEPARTMENT STORE — MALAM

FADE IN berbagai macam aksesoris maupun barang yang dipajang di setiap rak.

Ale dan Kasa mengamati setiap barang yang dilihat oleh mereka. Sampai pandangan Ale tertuju pada gelang titanium dengan bandul berbentuk kepala kelinci.


ALE

Sa, menurut lo ini lucu nggak? (menunjukkan gelang)


Kasa menoleh kemudian mengangguk singkat.


KASA

Lucu.


Karena jawaban Kasa yang cukup memuaskan, Ale menyimpan gelang lucu itu untuk dibeli kemudian beralih ke benda selanjutnya yang akan dia beli.

LONG SHOT - Kasa yang mengamati juga menyentuh setiap barang-barang lucu yang menarik perhatiannya. Ale yang masih mencari barang lucu selanjutnya sampai tanpa sadar keduanya sudah tidak lagi berdiri bersebelahan. Kasa berada di seberang rak sebelah kanan sementara Ale berada di rak sebelah kiri.

Ale tersenyum simpul saat menemukan benda menarik lainnya, yaitu sebuah kotak musik yang terbuat dari kayu.


ALE

(menoleh)

Sa?


Ale kebingungan karena tidak mendapati keberadaan Kasa yang sebelumnya ada di sebelahnya. Ale tahu Kasa tidak menghilang karena pasti perempuan itu sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri berupa mencari barang-barang yang tidak kalah lucu di tempat ini.

Lalu daripada mengganggu, Ale menghampiri KARYAWATI yang kebetulan berada di sekitarnya.


ALE

Permisi, Mbak.


KARYAWATI

Iya, Kak. Ada yang bisa saya bantu? Kakak mau beli sesuatu buat pacarnya, ya? 


ALE

Bukan, Mbak. Buat adik saya.


KARYAWATI

(tersenyum malu)

Oh. Maaf, Kak. Saya kira buat pacarnya yang ada di sana. (menunjuk ke arah Kasa berada)


Ale mengikuti ke arah mana karyawati itu menunjuk. Pada Kasa. Dan seketika kepala Ale menggeleng.


ALE

(tersenyum geli)

Dia teman saya, Mbak. Bukan pacar.


KARYAWATI

(tersenyum malu untuk kedua kalinya)

Oh, begitu. Omong-omong, adik Kakak perempuan atau laki-laki? Berapa usianya?


ALE

Adik saya perempuan usianya baru 11 tahun.


KARYAWATI

Kalau menurut saya, barang ini cocok sebagai hadiah untuk anak perempuan usia 11 tahun.


Karyawati itu mengambil satu jam tangan analog berwarna merah muda yang terdapat corak beruang madu. Karena jam tangan itu terlihat lucu Ale segera menyetujui untuk dibeli.


ALE

Boleh deh, Mbak. Saya mau ambil jam tangannya sekalian sama gelang ini. (menyerahkan gelang) 


KARYAWATI

Oke baik, Kak. Silakan melakukan pembayaran di kasir.


Karyawati itu melangkahkan kaki menuju kasir untuk membungkus dua barang yang akan dibeli.


KASA

Le, ini lucu nggak?


Kasa yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya itu membuat Ale membalikkan badannya, Ale cukup terkejut saat menyadari ada bando berbentuk telinga harimau yang ada di kepala Kasa. 


ALE

Lo mau beli itu buat siapa?


KASA

Buat gue lah.


ALE

(tersenyum geli)

Lucu, Sa. Bagus kok. Lo juga cocok jadi harimau soalnya sama-sama ganas.


KASA

(mendesis pelan)

Enggak usah ngeledek deh!


Kasa berbalik badan kembali ke rak di mana bando telinga harimau berada, sementara Ale terkekeh pelan karena tingkah Kasa.


CUT TO: 


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar