Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bunga Matahari
Suka
Favorit
Bagikan
5. 5. Petunjuk Baru

EXT. GERBANG SMA KASTURI — PAGI

Siswa-siswi mulai berdatangan memasuki sekolah, tapi di dekat gerbang dekat pos satpam ada Ale yang melipatkan kedua tangan di depan dada berdiri di dekat gerbang sembari mengamati murid-murid yang berdatangan. 

FADE IN wajah Ale yang mengamati serius satu persatu murid-murid yang berjalan melewatinya untuk melihat aksesoris berbentuk bunga matahari yang dipakai oleh mereka.

Ale tidak melihat adanya aksesoris berupa keychain, penjepit rambut, atau benda lainnya yang berbentuk bunga matahari.

Kasa melewati gerbang sekolah bahkan melewati Ale, sementara Ale hanya diam di tempat menatap lurus ke depan. Kasa memberhentikan langkah kakinya.

FADE IN wajah Kasa yang menoleh menatap Ale.

Kasa menatap Ale yang masih berdiri di dekat gerbang, kemudian Kasa berjalan kembali menuju kelasnya.

Kita melihat Ale yang masih betah di tempatnya menatap lurus ke depan memperhatikan satu persatu murid-murid yang berhubungan dengan bunga matahari, baik itu jepit rambut, keychain, dan lain sebagainya. Namun yang dicari tidak kunjung ketemu karena hampir semua murid tidak menggunakan benda yang berbentuk bunga matahari dan hal tersebut membuat Ale mengembuskan napasnya. 

Wisnu memasuki gerbang sekolah, melihat Ale yang berdiri di dekat gerbang membuat Wisnu berjalan mendekati Ale. 


WISNU

Ngapain lo?


Ale yang menyadari Wisnu yang berdiri di sampingnya tidak membuat Ale menoleh menatap Wisnu. 


ALE

(masih melipatkan kedua tangan di depan dada)

Mengamati sesuatu.


WISNU

(menautkan kedua alisnya)

Apaan tuh?


ALE

(mendengkus sebal)

Enggak usah kepo.


WISNU

Dih? Gitu loh sama gue, segala main rahasiaan. (menyipitkan mata menatap curiga) Gue tahu nih pasti lo lagi mantau cewek-cewek, kan? Kriteria cewek mana yang pingin lo pacarin? (cengengesan sambil menaruh lengannya di pundak Ale).


Ale mendengkus sebal untuk kedua kalinya kemudian menoleh menatap Wisnu dengan raut wajah datar.


ALE

Mulut lo pengen banget gue lakban.


Masih di gerbang sekolah, Rintan yang baru datang dan menyadari keberadaan Ale dan Wisnu segera menjalan mendekat dengan senyum lebar yang tercipta di bibirnya.


RINTAN

Hai, Wisnu! (melambaikan tangan singkat).


WISNU

Hai, Tan (membalas lambaian Rintan dengan cara yang sama). 


RINTAN

Lo lagi ngapain di sini? Mau genitin cewek-cewek, ya?


Wisnu segera menggelengkan kepalanya dan tidak lagi menaruh lengannya di pundak Ale.


WISNU

Enggak kok, enggak. Gue lagi nemenin dia aja (menunjuk ke arah Ale). 


ALE

Sejak kapan gue minta ditemanin sama lo? 

(beat)

Mending lo duluan aja deh ke kelasnya, nanti gue nyusul.


WISNU

Yaudah, gue ke kelas duluan ya, Le.

(beat)

Ayo, Tan.


Wisnu mengajak Rintan untuk pergi meninggalkan Ale yang masih betah berdiam diri di dekat gerbang meski murid-murid mulai menatapnya aneh dan Ale sama sekali tidak peduli.


CUT TO: 


INT. KANTIN SMA KASTURI — PAGI

Ale membuka pintu kulkas yang ada di kantin dan mengambil satu air mineral dingin dalam kemasan botol, Ale kehausan dan kakinya terasa pegal karena setengah jam lebih berdiri di dekat gerbang sekolah.


ALE

Kang, saya beli ini satu.


Ale menunjukkan satu botol air mineral yang diambil dan menyerahkan selembar uang kepada PENJUAL minuman di kantin. Penjual menerima uang pemberian Ale. 


PENJUAL

Kembalinya berarti enam ribu. Tunggu sebentar, ya.


Di saat Ale menunggu uang kembalian, ada Kasa yang tiba-tiba datang dan berdiri tepat di sebelahnya. Menyadari ada seseorang yang berdiri di sampingnya membuat Ale menoleh sebentar. 


KASA

Kang, saya mau beli susu kotak rasa vanila yang nggak dingin satu.


PENJUAL

Oh, iya. Neng, sebentar ya.

(beat)

Ini, A. Kembaliannya.


ALE

Nuhun, Kang.


Ale yang sudah menerima uang kembalian segera duduk di bangku kantin yang kosong, meminum air yang dibelinya sampai tersisa setengah botol. 


ALE

(menghela napas)

Gue harus cari ke mana lagi coba? Enggak ada petunjuk lagi gitu tentang bunga matahari? 


Ale terdiam sejenak untuk berpikir.


ALE

Ah iya, gue tahu. Gue coba cari di sosmed aja kali, ya.


Ale segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari si 'Bunga Matahari' di media sosial. Tapi gerakan jarinya kalah cepat karena suara bel pertanda pembelajaran pertama akan dimulai terdengar dan hal tersebut membuat Ale tidak jadi mencari 'Bunga Matahari' di media sosial dan memilih untuk menuju kelas dengan segera.


CUT TO: 


MONTAGE :

1. Di jam istirahat pertama Ale bertanya pada murid-murid perempuan yang ada di kantin mengenai menyukai bunga matahari atau tidak.

2. Masih di jam istirahat, di koridor sekolah Ale bertanya pada murid perempuan yang berjalan melewatinya tentang menyukai bunga matahari atau tidak.

3. Di perpustakaan Ale bertanya pada murid perempuan masih dengan pertanyaan yang sama.

4. Di luar toilet perempuan Ale menunggu untuk bertanya pada murid perempuan yang ada di toilet masih dengan pertanyaan yang sama.

5. Ale yang kelelahan duduk di bawah pohon yang ada di halaman belakang sekolah sambil mengibaskan seragam sekolahnya karena gerah, mencari 'Bunga Matahari' dengan cara bertanya pada murid-murid perempuan yang ditemui, dan Ale tidak mendapatkan hasil apa-apa.


CUT TO: 


INT. RUANG KELAS ALE — SORE

Kita melihat suasana kelas Ale yang mulai sepi, karena satu persatu murid-murid sudah meninggalkan kelas, tersisa beberapa murid termasuk Ale yang masih memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Selesai memasukkan buku-bukunya, Ale segera bangkit dari duduk dan pergi meninggalkan kelas.

Saat berada di luar kelas, Ale terdiam sebentar karena di ujung sepatunya Ale melihat ikat rambut berbentuk bunga matahari. Ale segera mengambilnya dan menoleh ke arah kiri juga kanan untuk mencari si pemilik ikat rambut yang ditemui.

Di ujung koridor tidak terlalu jauh darinya berdiri, Ale melihat seorang PEREMPUAN yang berjalan santai sebelum perempuan itu pergi menjauh Ale segera berlari untuk menghampirinya.


ALE

Oi, cewek!


Perempuan menoleh dan melihat Ale yang sedang berlari untuk menghampirinya, dengan kening yang mengerut perempuan itu menghentikan langkah kakinya dan berbalik arah.


PEREMPUAN

Ada apa, ya?


ALE

Ini punya lo bukan?


Ale menunjukkan ikat rambut berbentuk bunga matahark yang ditemui olehnya. Perempuan itu menggeleng pelan setelah mengamati sebentar ikat rambut yang ada di tangan Ale. 


PEREMPUAN

Bukan.


ALE

Seriusan?


PEREMPUAN

Iya, gue nggak punya ikat rambut yang kayak begitu soalnya.


ALE

(menggaruk kepalanya yang tidak gatal)

Lo tahu nggak siapa pemilik ikat rambut ini?


PEREMPUAN

(mengangkat bahu)

Mana gue tahu.


Kemudian perempuan itu pergi meninggalkan Ale yang sedang kebingungan.


CUT TO: 


INT. RUANG TAMU RUMAH ALE — MALAM

Suasana di ruang tamu rumah Ale terbilang sepi. Ale duduk di sofa sambil memegang ponsel mencari kata 'Bunga Matahari' di Google tapi yang muncul tanaman bunga matahari bukan bunga matahari si nama pena yang Ale cari.

Karena di Google tidak menemukan apa pun Ale mencari di Instagram dan hasilnya ada beberapa akun dan ada satu akun yang menarik perhatiannya, akun itu satu-satu akun yang menggunakan foto profil bergambar bunga matahari.

Ale melihat akun 'Bunga Matahari' tidak memiliki banyak pengikutnya dan postingannya pun hanya ada lima foto. Satu persatu Ale melihat postingan tersebut dan pada postingan terakhir yang diunggah lima bulan yang lalu, ada tulisan tangan tentang sedikit adegan cerita karangan yang sama persis yang Ale baca di buku.

Ale membenarkan posisi duduknya yang sebelumnya menyandarkan badannya di kepala sofa menjadi duduk tegak.

Ale menyipitkan mata memperbesar postingan foto dan melihat watermark di bawah ujung foto yang bertuliskan sebuah nama 'KASALIRA LARASATI'.

Saat beralih ke postingan yang lain nama Kasalira Larasati juga Ale temukan dan beberapa detik kemudian Ale tersenyum senang karena ia sudah memiliki petunjuk baru mengenai si 'Bunga Matahari' yang sedang dicari olehnya.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar