Cuplikan Chapter ini
Entah, mau sejauh mana takdirku akan sejenaka ini. Air mataku mendadak kesat meski dalam hati, aku menjerit-jerit. Tidak tahu lagi untuk apa aku berdiri di depan pusara Mbak Arum kini. Memakinya? Meminta pertanggungan jawab? Atau meminta penjelasan atas jungkir balik hidupku karena ulahnya? Andai bisa membuatnya hidup kembali hanya dengan mengeruk gundukan tanah ini, sudah pasti akan aku lakukan. Banyak yang ingin kukatakan, kutanyakan, juga kuteriakkan. Namun kini, aku hanya bisa balik k.