Cuplikan Chapter ini
Tiga hari, bayangan laknat Kuncoro masih jelas tergambar dalam kepala. Tiga hari pula, aku selalu gemetar setiap kali kaki menjejak lantai. Meski selimut tebal telah menggulung badan, ketakutan tak jua reda barang sedetik saja. Aku yang terus menjerit-jerit kala itu, pada akhirnya membuat Mas Bowo tak lagi punya pilihan. Ayah dan Ibu datang, tentu dengan segulung amarah. Ibu sibuk memeluk dan menenangkan aku yang masih meringkuk di kursi ruang tamu. Ayah sudah meradang, mencak-mencak memu.