Cuplikan Chapter ini
an salahkan jika yang kau takutkan menjadi kenyataan.Meski masih mengoceh panjang lebar, Heksa tetap membantu Pijar duduk di kursi depan kelasnya. Ia ingin sekali bertanya, tapi tahu Pijar pasti tidak akan merespons."Nggak, semoga nggak bener." Pijar menggumam sendiri sembari menggeleng. Dengan wajah panik, dikeluarkan memo dari dalam sakunya."Catetan apa tuh?" Heksa melongo memperhatikan memo di tangan Pijar. "Catetan belanjaan, ya?"