Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
131. EXT/INT. TEMPAT PRAKTEK PRIBADI RIKO, RUANG TUNGGU PASIEN & RUANG PRAKTEK – SORE
Tampak tiga orang polisi sudah berdiri di hadapan Tina (polsi I-berkumis tebal, polisi II- berbadan gemuk, polisi III-berbadan paling tegap). Wajah Tina tampak tegang dan bingung.
POLISI I
Benar ini tempat praktek pribadi Dokter Riko?
TINA
(takut)
Benar, Pak.
POLISI II
Dokter Riko sudah ada di dalam, kan?
TINA
(takut)
Ada, Pak.
Tanpa minta persetujuan Tina, polisi III mengetuk pintu ruang praktek Dokter Riko dan segera pula membukanya. Dan tatkala pintu sudah terbuka, tanpa permisi ketiga polisi itu masuk ke ruang praktek. Tampak Riko terhenyak di tempat duduknya.
POLISI III
(tegas)
Dokter Riko, kami mendapat perintah untuk menangkap Anda!
RIKO
(bingung dan marah)
Apa salah saya, Pak? Apa ada surat perintah penangkapannya?
POLISI I
(memperlihatkan selembar kertas)
Ini surat perintah penangkapannya. Dan mengenai kesalahan Anda, nanti Anda akan tahu kalau sudah berada di kantor kami.
Cepat otak Riko bekerja dan ia teringat pada Asri.
RIKO (V.O.)
Ah, rasanya aku tak punya musuh. Aku yakin, ini pasti ulah dari Asri!
Polisi II akan memborgol tangan Riko, tapi cepat Riko menolak.
RIKO
(kesal)
Nggak usah Pak, Bapak nggak usah memborgol saya. Percayalah, saya nggak akan melarikan diri.
POLISI II
Oke, kalau Anda mau bekerja sama dengan baik dengan kami. Mari Dokter ikut ke kantor kami.
Polisi I melangkah paling depan, sedang polisi II dan III melangkah di belakang Riko. Di ruang tunggu pasien, sambil melangkah Riko berkata pada Tina.
RIKO
Tina, kamu tutup tempat praktek saya ini. Kamu nggak usah cemas. Tenang-tenang saja. Percayalah, persoalan ini pasti akan segera beres.
TINA
(cemas)
Baik, Dok.
POV Tina: Tampak polisi I, Riko, polisi II dan polisi III menuju ke mobil patroli polisi yang diparkir jalanan depan tempat praktek pribadi Doker Riko, kemudian tampak polisi I masuk lewat pintu depan (pegang kemudi), polisi II masuk lewat pintu belakang, disusul oleh Riko, kemudian baru palisi III.
TINA (V.O.)
Ya Allah, lingdungilah Dokter Riko. Dokter Riko orangnya sangat baik, nggak mungkin dia berbuat jahat.
CUT TO
132. INT. KANTOR POLISI, RUANG INTEROGASI – SORE
Tampak Riko duduk berhadapan dengan polisi berpangkat Ajun Komisaris
AJUN KOMISARIS POLISI
Dokter Riko, Anda punya pacar yang bernama Asri?
Riko tidak segera menjawab, nampak ia terhenyak d tempat duduknya.
RIKO (V.O.)
Oh oh... ternyata memang ulah Asri yang menyebabkan aku berurusan dengan polisi ini! Asri, betapa jahatnya kamu padaku.
Tapi segera RIko dapat menguasai diri, kemudian segera ia menjawab interogasi dari Ajun Komisaris Polisi.
RIKO
(tangkas)
Bukan Pak, Asri bukan pacar saya. Tapi harus saya akui, saya memang pernah memburu cintanya, tapi Asri menolak cinta saya.
AJUN KOMISARIS POLISI
(menatap Riko lekat-lekat)
Anda jangan bohong, Dokter Riko.
RIKO
(serius)
Sungguh Pak, saya tidak bohong.
AJUN KOMISARIS POLISI
(mencecar)
Benar Anda tidak bohong?
RIKO
(tegas)
Saya berani bersumpah, Pak.
Ajun Komisaris Polisi membuka laci meja kerjanya, lalu dari laci itu mengambil dua lembar foto dan menyodorkannya ke hadapan Riko. Riko pun mengamatinya dan ia tersentak, karena foto itu adalah foto saat Asri bersikap mesra padanya.(Riko sangat ingat, foto itu dibidikkan oleh Asri dengan menggunakan kamera HPnya, saat Riko dan Asri nonton film Bumi Manusia, saat beberapa menit sebelum pertunjukkan film dimulai.) Riko tidak menduga, peristiwa mesra itu akan jadi bumerang baginya.
Riko menghela nafas berat.
AJUN KOMISARIS POLISI
(menatap Riko lekat-lekat)
Anda masih mengelak?
Riko menelan ludah, batinnya masygul.
RIKO (V.O.)
Huh! Bukti ini sangat kuat. Kalau aku ngotot membantah, konyol rasanya. ( Riko terdiam. Bingung, hendak beralibi apa.)
AJUN KOMISARIS POLISI
(melanjutkan)
Nah, Anda tahu kan kalau pacar Anda sudah hamil 3 bulan?
Riko tersenyum kecut. Ia merasa terhina. Tapi tak mampu untuk membela diri. Ia menghela nafas panjang (mencari kekuatan).
RIKO
(marah)
Sekali lagi saya tegaskan Pak, Asri bukan pacar saya. Jadi, janin yang dikandungnya bukan benih dari saya.
Kepala Polisi geleng-geleng kepala.
AJUN KOMISARIS POLISI
(sinis)
Anda masih mengelak juga rupanya. (lalu dari dalam laci ia mengeluarkan satu kantong plastik kecil dan menyorongkannya ke arah Riko sambil menatap Riko dengan tajam) Apakah tulisan yang tertera di kantong plastik ini tulisan Anda?
Riko melihatnya dan membacanya di hati (INSERT FREME) Untuk menggugurkan kandungan 1X3. Lalu tampak Riko menghela nafas panjang. Kemudian terdiam (ia menyesali diri, karena sudah terjebak oleh tindakannya sendiri).
Melihat Riko kembali terdiam, Kepala Polisi tersenyum tipis, senyum kemenangan.
AJUN KOMISARIS POLISI
(melanjutkan)
Nah, karena itu Anda kami tangkap dan kami tahan!
Untuk kesekian kalinya Riko kembali menghela nafas panjang (menyesali atas kebodohan tindakannya.) Tapi kemudian...
RIKO
(tegas)
Pak, di plastik kantong obat itu memang tertera tulisan: untuk
menggugurkan kandungan 1X3, tapi isi yang sesungguhnya adalah vitamin yang justru dapat menyuburkan kandungan.
Ajun Komisaris Polisi tersenyum sinis.
AJUN KOMISARIS POLISI
(tajam)
Dokter Riko, kenapa Anda masih juga mengelak. Padahal obat yang Anda berikan ini jelas obat penggugur kandungan. Saya tidak asal omong, Dokter Riko. Sebab obat ini telah diteliti oleh bagian laboratorium kami dan itu memang obat keras yang dapat menggugurkan kandungan!
RIKO
(penasaran)
Boleh saya memeriksanya, Pak?
AJUN KOMISARIS POLISI
Silakan.
Riko mengambil kantong plastik yang berisi obat itu, lalu mengeluarkan satu butir obat dari kantong plastik dan mengamatinya dengan cermat. Ia pun tahu: obat itu memang obat keras yang dapat merontokkan kandungan.
RIKO (V.O.)
Hem, rupanya dengan cerdik Asri telah mengganti obat yang kuberi dengan obat keras.
Lalu tampak Riko menggemelatukkan gerahamnya tanda marah. Sangat marah. Tapi ia tidak bisa untuk melampiaskan rasa marah itu. Sehingga ia pun kembali terdiam.
AJUN KOMISARIS POLISI
(melanjutkan & menyelidik)
Bagaimana, Dokter Riko?
RIKO
(memohon)
Pak, bisakah Bapak mendatangkan Asri ke sini?
AJUN KOMISARIS POLISI
(memotong)
Untuk apa?
RIKO
(marah)
Akan saya buktikan, bahwa saya tidak bersalah!
Ajun Komisaris Polisi tersenyum sinis.
AJUN KOMISARIS POLISI
(penuh tekanan)
Perkara Anda ini sudah masuk wilayah hukum, Dokter Riko. Jadi tidak bisa Anda menyelesaikan masalah ini dengan cara pintas seperti itu. Anda bersalah apa tidak, harus dibuktikan melalui persidangan di pengadilan.
Riko menghela nafas berat, lalu terdiam/melamun (menyesali diri, karena telah ceroboh membubuhkan tulisannya di kantong plastik obat yang ia berikan untuk Asri. Dan ia merasa sangat benci pada Asri)
RIKO (V.O.)
Ah Asri, beberapa kali kau telah mengecewakan aku! Dan kali ini benar-benar kau pecundangi aku!
AJUN KOMISARIS POLISI
(melanjutkan)
Saya rasa interogasi ini cukup, Dokter Riko.
Riko tersentak dari lamunannya.
AJUN KOMISARIS POLISI
(melanjutkan)
Dan Anda harus masuk ruang tahanan sementara di kantor polisi ini.
RIKO
(menghela nafas berat)
Baik Pak, saya terima penahanan saya. Tapi ijinkan saya untuk menghubungi kedua orangtua saya. Sebab saya butuh didampingi oleh pengacara dalam persidangan nanti.
AJUN KOMISARIS POLISI
Oke. Silakan Anda mengontak keluarga Anda.
CUT TO
133. INT. KANTOR POLISI, RUANG TERIMA TAMU – MALAM
Tampak mama dan papanya Riko (Ita dan Bagus) duduk di kursi panjang, sedang Riko (sudah mengenakan baju tahanan) duduk di kursi yang lain, menghadap ke arah kedua orangtuanya.
ITA
(memburu)
Bagaimana ceritanya kamu bisa ditahan polisi, Riko?
RIKO
Asri dihamili pacarnya dan dia minta saya menggugurkan kandungannya. Awalnya saya menolak, tapi Asri memaksa dengan menangis dan merengek-rengek. Akhirnya saya beri Asri vitamin yang dapat menguatkan kandungannya dan saya katakan, kalau itu obat yang dapat menggugurkan kandungan. Tapi kemudian rupanya Asri tahu, kalau saya berbohong. Lalu Asri merekayasa, memutarkan balikkan fakta, sehingga akhirnya saya ditahan oleh polisi ini.
ITA
(geram)
Kurang ajar betul si Asri itu. Orang seperti itu harus dilabrak!
BAGUS
(sabar)
Ma, nggak usah emosi. Perkara Riko ini sudah masuk ranah hukum. Kalau kita salah mengambil langkah, hal itu malah akan memberatkan Riko di persidangan nanti.
ITA
(mendesak)
Jadi kita harus bersikap bagaimana, Pa?
BAGUS
Kita datangi Asri, kita ajak bicara baik-baik, kita sentuh hatinya, agar dia mau mencabut pengaduannya, sebelum berkas perkara Riko ini masuk ke pengadilan.
RIKO
(mengangguk-angguk, setuju)
Benar Pa, itu jalan yang terbaik. Tapi saya sarankan, jangan Mama dan Papa yang datang menemui Asri. Kalau Mama dan Papa yang menemui Asri, lalu dia menolak permintaan kita, Mama dan Papa pasti akan emosi dan ujung-ujungnya pasti akan makin memperkeruh masalah yang sedang saya hadapi.
ITA
(nggak sabar)
Jadi bagaimana caranya, Riko?
RIKO
(tenang)
Sebaiknya kita minta bantuan Dinar. Karena Dinar sangat mengenal siapa Asri. Dinar itu gadis yang baik dan bijak, Ma. Saya percaya, pasti dia bisa meluluhkan hati Asri.
Kali ini mama dan papa yang mengangguk-angguk, setuju. Lalu bicara bersamaan.
ITA DAN BAGUS
(ceria, penuh pengharapan)
“Benar Riko, itu cara yang jitu.
CUT TO