Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Romantika Cinta Dinar 1 (Script Film)
Suka
Favorit
Bagikan
4. #4 Scene 34 - 43

34. INT. RUMAH HESTI, RUANG TAMU – SIANG 

Asri dan Hesti sedang ngobrol, di atas meja tampak ada beberapa kartu undangan pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung.

ASRI

(mengeluh)

Duh repot nih, harus ngantar segini banyak kartu undangan pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung ke teman-teman SMA.

HESTI

Buat apa repot-repot. Lo potret aja kartu undangan itu, lalu lo share deh ke grup WA SMA angkatan kita. Gampang kan?

ASRI

(merasa sedikit malu)

Oh iya, bego amat gue. Tapi... tolong lo yang motret dan ngeshare ke grup WA SMA angkatan kita, ya? Gue lagi repot, nih...

HESTI

(menyelidik)

Repot apaan, sih?

ASRI

Nyiapin segala sesuatu untuk pesta ultah gue...

HESTI

Kapan?

ASRI

Dua belas November, samaan dengan resepsi pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung.

HESTI

Yah, kalau waktunya bersamaan gini, kita-kita temen SMA, nggak bisa datang dong ke pesta ultah lo.

ASRI

Lo dan temen-temen SMA angkatan kita kudu datang, wajib datang, karena gue emang hanya mengundang lo lo pada. Ya sekalian reunian. Dan waktunya akan gue atur, maleman dikit, setelah selesai acara resepsi pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung dan tempatnya di KFC Kemang. (menyelidik) Bisa kan Hes, lo bantu gue ngeshare undangan pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung dan undangan pesta ultah gue ke temen-temen SMA angkatan kita?

HESTI

Oke. (bercanda, memberi hormat ala tentara) Perintah siap dilaksanakan, Komandan...

Asri tersenyum lebar (puas).

ASRI (V.O.)

Dinar, setelah pesta ultah gue nanti, gue yakin, hubungan cinta lo dengan Kak Riko, pasti berantakkan...

CUT TO

35. INT/EXT. RUMAH DINAR, RUANG TAMU & TERAS DEPAN – MALAM

Tampak Dinar (mengenakan pakaian yang bagus untuk ke pesta) berjalan sambil bicara via HP.

DINAR

Jadi Kak Riko nggak bisa datang ke respsi pernikahannya Bu Fety dengan Pak Apung?

RIKO (O.S.)

Nggak bisa, Din. Aku harus gantiin temen jaga malam di rumah sakit. Temenku itu kecelakaan.

Dinar diam, wajahnya tampak sangat kecewa.

RIKO (O.S.)

Ya beginilah Din, kalau jadi dokter, tapi baru koas. Kamu mesti sabar, ya?

Dinar menghela nafas (berusaha untuk tegar).

DINAR

Ya deh Kak Riko. Selamat tugas malam aja. Nggak papa saya berangkat sendiri. Nanti di sana kan juga ketemu dengan temen-temen SMA.

CUT TO

36. INT. SEBUAH GEDUNG – MALAM

Acara resepsi pernikahan Bu Fety dan Pak Apung berlangsung meriah, tampak hadir Dinar, Hesti dan beberapa teman SMA yang seangkatan (cewek dan cowok).

Sambil makan mereka berbincang-bincang dan tampak Dinar bicara dengan Hesti.

DINAR

Hes, nggak sengaja kita reunian di sini, ya?

HESTI

Iya, Din. Tapi kurang seru. Serunya nanti di pesta ultahnya Asri, di KFC Kemang.

DINAR

(memberengut)

Gue nggak datang, deh.

HESTI

(heran)

Lho, kenapa?

DINAR

Gue nggak diundang.

HESTI

Lho, undangannya kan lewat grup WA...

DINAR

(memberengut)

Iya, sih. Tapi waktu Asri ke rumah gue, nganter undangan pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung, dia nggak ngomong ke gue masalah acara pesta ultahnya. Itu berarti Asri nggak menghendaki gue hadir, dong.

HESTI

Duh Dinar, nggak usah mikir yang nggak-nggak. Positif thinking aja, deh. Siapa tahu waktu itu Asri lupa, jadi nggak secara langsung ngundang lo.

DINAR

(memberengut)

Nggak deh, pokoknya gue nggak mau datang.

Teman-teman yang lain (kita sebut saja mereka bernama Mira, Rizal dan Lusi), yang ada di dekat keberadaaan Dinar dan Hesti, nimbrung, ikut bicara.

MIRA

Din, jangan gampang ngambek, nanti cepet tua.

Dinar masih memberengut.

RIZAL

Din, waktu SMA lo kan termasuk primadona. Kalau lo nggak datang, rasanya hambar dong reunian kita nanti.

LUSI

Iya Din, ayo dong solider dengan teman-teman SMA, ikut reunian yang dirancang Asri itu.

Hati Dinar luluh, wajahnya tidak memberengut lagi.

DINAR

Iya deh, gue ikut datang...

HESTI

(senang)

Nah, gitu dong...

CUT TO

FLASHBACK TO SCENE 1 DAN 2 – FULL PREVIOUS SCENE

1. EXT. KFC KEMANG & TAKSI – MALAM

Di pintu masuk KFC Kemang tampak Asri berdampingan dengan Riko (siap menyambut para tamu di pesta ultah Asri), lalu muncul serombongan muda-mudi, di antaranya tampak pula Dinar.

Tatkala tatapan Dinar beradu dengan tatapan Riko, wajah Dinar kontan memucat, lalu ia balik badan dan dengan setengah berlari ia meninggalkan KFC Kemang. Sejenak Riko terpaku, lalu ia berlari menyusul Dinar.

RIKO

(sedikit berteriak)

Dinar...!

Dinar tidak menghiraukan, ia terus berlari. Sampai di jalan raya ia menggapai taksi.

CUT TO

2. INT. DALAM TAKSI – MALAM

SOPIR TAKSI

Ke mana, Mbak?

DINAR

(sedikit parau)

Cempaka Putih, Pak...

Saat taksi melaju, tampak air mata Dinar berlinang, lalu bergulir membasahi pipinya. Dan hatinya menjerit.

 

DINAR (V.O.)

Kak Riko, sekian lama aku coba mentolerir ke-playboy-anmu, aku coba setia padamu. (jeda) Tapi kini, aku tak tahan lagi, Kak Riko. Ulahmu kali ini sudah keterlaluan! Dengan gampangnya kau batalkan janji denganku, untuk bersenang-senang dengan Asri yang notabene bekas teman sebangkuku di SMA dulu. Kamu kejam, Kak Riko. Kejam!

 

BACK TO NORMAL SCENE

CUT TO

37. INT. KAMPUS DINAR, TEMPAT PAPAN PENGUMUMAN – SIANG

Beberapa mahasiswa dan mahasiswi berkerumun sedang membaca pengumuman yang terpajang dan tampak Dinar ada di kerumunan itu. (CLOSE UP) judul pengumunam itu: Demo Mahasiswa Sejabodetak Tolak Kenaikan BBM

Kemudian Dinar keluar dari kerumunan dan saat berjalan (untuk menuju ke ruang kuliah), seorang mahasiswi (sebut saja Yeni) menjajari langkah Dinar.  

YENI

Din, lo ikut ya, acara demo minggu depan itu?

DINAR

Ya wajib ikut lha, Yen. Biar acara demo itu sukses dan BBM nggak jadi naik...

CUT TO

38. INT. RUMAH DINAR, RUANG TAMU – PAGI

Tampak Dinar baru duduk di kursi, lalu mengambil koran yang ada di atas meja, (CLOSE UP) nama koran: PELANGI. Setelah membalik satu lembar halaman koran, Dinar tampak serius membaca. (INSERT FRAME): alamat email Dinar, di akhir surat pembaca.

Lalu tampak Dinar tersenyum senang.

DINAR (V.O.)

Alhamdulillah, sebelum acara demo surat pembaca gue udah dimuat di Koran Pelangi.

CUT TO

39. INT. RUMAH DINAR, KAMAR DINAR – MALAM

Selintas kamar Dinar yang rapi, lalu tampak Dinar duduk (seperti sedang belajar) dan di atas meja belajar ada laptop yang sedang menyala, (INSERT FRAME) email Dinar yang terbuka.

DINAR (V.O.)

Ha, ada email masuk dari cowok, ingin berkenalan (cowok itu bernama Rian).

Lalu tampak Dinar membaca serius isi email dari Rian.

RIAN (V.O.)

Aku kagum pada isi Surat Pembaca yang kamu kirim ke Koran

Pelangi tanggal 16 Maret yang lalu, tentang penolakkan kenaikan

BBM. Aku juga kagum pada keindahan namamu. Boleh nggak aku

berkenalan dengan kamu?

Dari aku,

Rian Rahadian

Kemudian tampak Dinar tersenyum dan berpikir-pikir.

DINAR (V.O.)

Dibalas nggak, ya? Dibalas nggak, ya?

Sejenak Dinar menatap langit-langit. Lalu...

DINAR (V.O.)

Ah dibalas aja, ah. Iseng-iseng...

Lalu tampak sepuluh jari tangan Dinar dengan lincah mengetik pada keyboard laptop.

DINAR (V.O.)

Berkenalan? 1000 persen boleh. Siapa takut?

Dari aku,

Dinar Puspita

CUT TO

40. EXT. BUNDERAN HOTEL INDONESIA (HI) – SIANG  

Tampak puluhan/ratusan mahasiswa dan mahasiswi sejabodatabek berdemo di Bundaran HI dengan membawa atribut dan spanduk yang antara lain berbunyi: “TOLAK KENAIKAN BBM” – “KENAIKAN BBM BIKIN RAKYAT SENGSARA”

Di antara para pendemo itu tampak ada Dinar dengan mengenakan jaket kebanggaan almameternya berwarna biru tua. Lalu seorang wartawan (Rian) menghampiri Dinar. 

RIAN

Boleh bertanya?

DINAR

(menyelidik)

Anda siapa?

RIAN

Saya wartawan

DINAR

(setengah tidak percaya)

Wartawan?

Dinar mengamati Rian.

DINAR (S.O.)

Ni cowok ganteng banget. Kayaknya lebih cocok jadi peragawan atau bintang sinetron daripada jadi wartawan.

RIAN

(sungguh-sungguh)

Iya, saya wartawan Koran Pelangi.

Sejenak Dinar terpana (sementara acara demo masih berlangsung, teriakan-teriakan menuntut “supaya harga BBM jangan naik” jelas terdengar.)

DINAR (S.O.)

Kok bisa kebetulan begini, sih? Empat hari yang lalu, Surat Pembaca yang gue kirim ke Koran Pelangi dimuat. Dan sekarang, gue mau diwawancarai wartawan Koran Pelangi.

RIAN

Boleh saya bertanya?

DINAR

(memandang Rian, kagum dengan kegantengan Rian)

Anda mau bertanya apa?

RIAN

(mendekatkan HP-nya ke mulut Dinar, untuk merekam suara Dinar)

Apa motivasi Anda mengikuti demo ini?

DINAR

Apa pun alasannya, kenaikan BBM akan menyengsarakan rakyat kecil. Karena itu harus ditolak!

 

RIAN

Bisa dijelaskan sedikit lebih detail?

DINAR

Bila BBM naik, transportasi angkutan umum pasti akan ikut naik, otomatis semua harga barang akan ikut melambung. Dengan demikian biaya hidup semakin tinggi dan hal ini pasti berdampak pula bagi mahasiswa dan mahasiswi yang ekonomi orangtuanya pas-pasan.

RIAN

Ada motivasi lainnya?

DINAR

Wah, Anda penasaran rupanya. Tapi kalau mau tahu dengan panjang lebar tentang motivasi saya mengikuti demo ini, baca saja Kolom Surat Pembaca di koran tempat Anda bekerja, Koran Pelangi, edisi tiga hari yang lalu. Di sana, semua uneg-uneg saya curahkan.

Rian terdiam, terpana.

RIAN (S.O.)

Ha, cewek cakep bernama Dinar ini rupanya yang aku kirimi email perkenalan...

Lalu perlahan-lahan Rian melangkah mnenjauhi Dinar (sementara itu demo masih terus berlangsung, teriakan-teriakan menuntut “supaya harga BBM jangan naik” tetap jelas terdengar.)

CUT TO

 

41. INT. RUMAH DINAR, KAMAR DINAR – MALAM 

Dinar masuk ke dalam kamar, lalu menuju ke meja belajar, setelah duduk ia membuka dan langsung menghidupkan laptop. Sejenak kemudian tampak (INSERT FRAME) email Dinar yang sudah terbuka, Dinar membaca email terbaru yang dikirim oleh Rian. 

RIAN (S.O.)

Dinar, harap kamu tahu, wartawan yang mewawancarimu saat kamu ikut demo kemarin, adalah aku, Rian Rahadian.

Sesaat Dinar kaget, tapi kemudian tampak sangat senang, lalu dengan lincah sepuluh jari tangannya mengetik di keyboard laptop.

DINAR (V.O.)

Mas Rian, kalau begitu aku sangat senang berkenalan denganmu. Kalau ada waktu luang, boleh kok kalau Mas Rian mau main ke rumahku.

CUT TO

MONTAGE SHOT

1. EXT/INT. RUMAH DINAR, TERAS DEPAN & RUANG TAMU – MALAM : Tampak Rian berdiri di teras depan, lalu memencet bel yang ada di samping pintu, setelah sejenak menunggu, kemudian pintu di dibuka dari dalam oleh Dinar.

Dinar mempersilakan Rian masuk, lalu keduanya ngobrol.

2. EXT. KAMPUS DINAR, HALTE DEPAN KAMPUS – SIANG: Dinar berdiri di halte (baru pulang kuliah), lalu muncul Rian dengan sepeda motor. Dinar naik ke boncengan, kemudian sepeda motor Rian kembali melaju. 

3. EXT. TAMAN BUNGA – SIANG: Dinar dan Rian melangkah mesra sambil bergandengan tangan.

END OF MONTAGE SHOT

CUT TO

42. INT. RUMAH MAKAN – MALAM

Pengunjung sepi, hanya tampak ada Dinar dan Rian duduk berdampingan dan sudah selesai makan. Di atas meja tampak sisa-sisa bekas makan dan dua gelas minuman yang tersisa sedikit sekali.

RIAN

Din, sudah cukup lama kita pacaran dan kuliahmu juga tinggal dua semester. Kalau aku melamarmu, kamu mau, Din?

Sesaat Dinar tampak sedikit kaget, tapi kemudian ia menatap Rian sambil tersenyum dan dengan sorot mata yang jenaka.

DINAR

serius, nih?

RIAN

(sungguh-sungguh)

Ya seriuslah, Din. Masak main-main. Mau, ya?

Sesaat Dinar seperti berpikir dan kemudian:

DINAR

(mengangguk)

Mau, mau, mau...

Rian menghela nafas, wajahnya tampak sangat senang.

DISSOLVE TO

43. INT. RUMAH DINAR, KAMAR DINAR – SIANG

POV Dinar (wajahnya sangat sedih): hujan rintik-rintik tercurah dari langit.

DINAR (V.O.)

Oh, mengapa aku harus mengalami dilema cinta? (diam sejenak, merenung, kemudian:) Tidak! Aku tidak mau lagi menerima cinta Kak Riko. Dia telah begitu dalam melukai hatiku, sedang Mas Rian yang menghiburku, tatkala hatiku sedang luka. Dan Mas Rian pula yang telah menumbuhkan cinta baru di hatiku. Jadi, rasanya nggak elok kalau sekarang aku melukai hati Mas Rian, untuk kembali menerima cinta Kak Riko. Ibu, maafkan aku, karena tidak bisa memenuhi permintaanmu...

CUT TO

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)