Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Romantika Cinta Dinar 1 (Script Film)
Suka
Favorit
Bagikan
8. #8 Scene 67 - 76

67. EXT. RUMAH ASRI, TERAS DEPAN - SORE

 

Asri sedang duduk santai di kursi sambil merenung, sementara tangan kanannya sibuk menimang-nimang HP. (Asri sedang bingung, karena tidak bisa menilai perasaannya sendiri, sesungguhnya perasaan apa yang saat ini tengah bergejolak di hatinya terhadap Riko.)  

 

ASRI (V.O.)

Apa ya yang membuat sekarang aku tertarik pada Kak Riko? (jeda) Cinta? ( jeda) Ah ah, bukan. Walau ganteng, Kak Riko bukan tipe lelaki idamanku.  (jeda dan tangan kanannya masih sibuk menimang-nimang HP) Simpati yang besar?  Ya simpati yang besar tepatnya. Sebagai dokter sekarang Kak Riko sudah sempurna, karena sudah mulai buka praktek pribadi. Hem, keren...  (Lalu Asri mengontak HPnya Riko.)

 

CUT TO

 

68. INT. TEMPAT PRAKTEK PRIBADI RIKO, RUANG PRAKTEK – SORE

 

Riko masuk ke ruang praktek, lalu duduk di bangku kerja sambil meletakkan HP di atas meja dan tiba-tiba HP berdering. Kontan Riko melongok ke layar HP, lalu menyambutnya dengan penuh gairah (karena itu kontak dari Asri).

 

RIKO

(bercanda)

Halo sayang, ada apa?

 

ASRI

(berlagak galak)

Heh, brani-braninya panggil aku dengan sebutan sayang. Apa aku sudah jadi pacarmu?

 

RIKO

(serius)

Ya sekarang aku nyatakan, aku ingin kau jadi pacarku. Mau nggak?

 

ASRI

(tertawa renyah)

Yah, jangan secepat itulah…

 

RIKO

(berlagak galak)

Jadi mau apa kau telpon aku?

 

ASRI

(mengajuk)

Duh galaknya, dokter muda… Ada film baru yang keren nih, Bumi Manusia. Kak Dokter muda mau nggak nemeni aku nonton?

 

RIKO

Aku baru mau praktek pribadi, Non.

 

ASRI

Ya nantilah sehabis praktek. Mau?

 

RIKO

(bercanda)

Oke, siapa takut? Aku jumput kamu kira-kira jam 7, ya?

 

ASRI

Oke. Aku tunggu.

 

CUT TO   

69. INT. GEDUNG BIOSKOP, DALAM GEDUNG – MALAM

 

Penonton tidak terlalu banyak dan duduknya berpencar (agak berjauhan), sedang Asri dan Riko berada di bangku tengah, baris ke lima dari depan layar. Sementara itu  layar film masih blank putih, lampu belum dipadamkan dan terdengar irama musik instrumentalia yang lembut. Kemudian tampak dengan agresip Asri merangkul Riko, lalu Asri memotret adegan mesra ini dengan kamera HPnya. (Riko tampak enjoy dengan keagresipan Asri ini).

 

Pose ke 2 (dua) lebih berani, Asri mencium pipi Riko dan juga memotret pose ini dengan kamera HPnya. (Riko tampak tetap enjoy). 

 

CUT TO

 

70. INT. GERAI Mc D – MALAM

 

Pengunjung Mc D sepi, hanya tampak Asri dan Riko (duduk berhadap-hadapan) yang sudah selesai makan, sisa-sisa makan dan minuman tampak masih ada di atas meja.

 

RIKO

(serius)

As, kembali aku nyatakan, aku sangat mencintaimu, As. Dan aku ingin jawaban yang tegas darimu. Apakah kamu mau menerima cintaku?

 

ASRI

(santai)

Jangan buru-buru ngomong cintalah Kak Riko. Kuliah saya juga belum rampung. Sekarang kita nikmati aja kebersamaan kita ini. Oke?

 

Riko menghela nafas panjang dan tampak kecewa.

 

RIKO (V.O.)

Duh Asri, ternyata tidak mudah menundukkan hatimu, walau kini aku sudah dokter, sudah mulai buka praktek pribadi pula...

 

CUT TO

 

71a. EXT/INT. RUMAH ASRI, LUAR RUMAH & KAMAR ASRI – MALAM  

 

Selintas tampak bulan punama menyinari pepohonan yang ada di sekitar rumah Asri, lalu kita melihat Asri sedang bergolek-golek (gelisah) di pembaringan. Lalu ia menatap langit-langit dan hatinya bertanya-tanya:  

 

ASRI (V.O.)

Kenapa ya, aku belum bisa mencintai Kak Riko sepenuh hati walau dia sudah jadi Dokter, bahkan sudah mulai buka praktek pribadi pula? Kenapa ya, kenapaaa…??

 

Sesaat Asri tampak merenung, lalu bibirnya menyunggingkan seulas senyum dan teringat ia pada adegan mesra yang ia lakukan pada Riko di dalam gedung bioskop tadi.

 

FLASHBACK TO SCENE 69 – FULL PREVIOUS SCENE

 

69. INT. GEDUNG BIOSKOP, DALAM GEDUNG – MALAM

 

Penonton tidak terlalu banyak dan duduknya berpencar (agak berjauhan), sedang Asri dan Riko berada di bangku tengah, baris ke lima dari depan layar. Sementara itu layar film masih blank putih, lampu belum dipadamkan dan terdengar irama musik instrumentalia yang lembut. Kemudian tampak dengan agresip Asri merangkul Riko, lalu Asri memotret adegan mesra ini dengan kamera HPnya. (Riko tampak enjoy dengan keagresipan Asri ini).

 

Pose ke 2 (dua) lebih berani, Asri mencium pipi Riko dan juga memotret pose ini dengan kamera HPnya. (Riko tampak tetap enjoy). 

 

BACK TO NORMAL SCENE

 

ASRI (V.O.)

Ah, adegan mesra itu rasanya hanya akan jadi kenangan manis aja…  

 

Kemudian terdengar HP yang ada di samping Asri bersiul (sebagai tanda masuk satu WA), Asri mengambil HP dan tahu kalau itu WA dari Tondo.

 

ASRI

(menggerutu)

Huh, Pak Tondo sekarang mau ngrayu aku lewat WA.

 

Lalu Asri membaca WA dari Tondo.

 

TONDO (S.O.)

Malam Asri. Dah bobo?

Wajah Asri tampak kesal.

ASRI

(menggerutu)

Huh, genit betul sih laki-laki ini! (lalu Asri bangkit dari berbaring, duduk dan dengan wajah tampak semakin kesal ia membalas WA dari Tondo.)

 

CUT TO

 

 

 

71b. INT. RUMAH TONDO, RUANG TAMU – MALAM

 

 Tondo mengenakan piyama dan duduk santai di sofa, membaca balasan WA dari Asri.

 

ASRI (S.O.)

Heh, biar saya belum bobo, nggak pantas Pak Tondo kirim WA ke saya! Dah punya anak bini, masih genit!

 

Tampak sejenak Tondo  berpikir, lalu ia  kembali mengirim WA ke Asri.

 

CUT TO

 

71c. INT. RUMAH ASRI, KAMAR ASRI – MALAM

 

HP nya Asri bersiul (masuk lagi WA dari Tondo), kemudian Asri membaca (kelanjutan) WA dari Tondo itu.

 

TONDO (S.O.)

Siapa bilang saya udah punya anak bini? Saya masih bujangan!  

 

Kemudian tampak Asri merenung.

 

ASRI (V.O.)

Masih bujangan? Bener nggak, ya?

 

Kemudian terdengar HP Asri bersiul (masuk lagi WA dari Tondo), Asri tampak sedikit kaget, Ialu  ia membaca (kelanjutan) WA dari Tondo itu.   

 

TONDO (S.O.)

 Nggak percaya? Kapan-kapan boleh Asri main ke apartemen saya.

Lalu perlahan-lahan senyum Asri mengembang. 

ASRI (V.O.)

(riang)

Haa, kalau gitu laki-laki gagah dan ganteng itu benar masih bujangan!

 

Lalu tampak dengan semangat Asri membalas WA dari Tondo.

 

CUT TO

 

71d. INT RUMAH TONDO, RUANG TAMU – MALAM

 

Terdengar  HP nya Tondo bersiul, masuk (kelanjutan) WA dari Asri, lalu tampak Tondo membacanya.

 

ASRI (S.O.)

Ya ya, kapan-kapan saya ingin main ke apartemennya Pak Tondo. (lalu tampak Tondo tersenyum lebar, kemudian kembali mengirim WA ke Asri)

 

CUT TO

 

71e. INT.  RUMAH ASRI, KAMAR ASRI – MALAM

Sejenak tampak Asri menunggu (kelanjutan) WA dari Tondo, kemudian HP nya bersiul (masuk lagi WA dari Tondo) dan Asri kembali membacanya.  

TONDO (S.O.)

Oke. Saya tunggu kontak berikutnya dari kamu.

 

Lalu tampak dengan gembira Asri mendekap HP ke dadanya.

ASRI

(lirih)

Yes, yes, yes...

 

CUT TO

 

 

72. EXT. KAMPUS ASRI, LINGKUNGAN KAMPUS / TEMPAT SEPI – SIANG

 

Asri berjalan santai dengan wajah riang dan tangan kanannya menggenggam HP.

 

ASRI (V.O.)

Tadi malam di WA Pak Tondo ngaku masih bujangan. Gue ingin buktiin, kata-kata Pak Tondo itu , bener apa nggak.  Karena itu siang ini gue ingin main ke apartemennya.

 

Asri menghentikan langkah, lalu mengontak Tondo.

 

CUT TO

 

73. INT. GEDUNG PERKANTORAN, RUANG KERJA TONDO – SIANG

 

Selintas gedung perkatoran, lalu kita melihat Tondo sedang sibuk kerja menghadap ke arah laptop yang terbuka dan sedang menyala. Di atas meja ada sebuah foto berpigura indah (foto itu adalah foto Tondo bersama istri dan kedua anak perempuannya yang kembar dan masih duduk ke kelkas 4 SD.)

 

Kemudian HP nya berdering. Tondo mengeluarkan HP dari saku baju dan ia tahu kalau telpon yang datang dari Asri.

 

TONDO

Halo Asri, selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?

 

ASRI

Saya ingin main ke apartemennya Pak Tondo. Boleh?

 

TONDO

Kapan?

 

ASRI

(manja)

Kalau boleh sih, sekarang. (berbohong) Ini saya baru pulang kuliah.

 

Sesaat Tondo tampak kelabakan, karena sesungguhnya ia belum punya apartemen. Tapi sebagai seorang pebisnis tulen yang telah banyak menghadapi berbagai macam situasi, dengan cepat ia bisa menguasai diri.

 

 

 

TONDO

(tenang)

Waduh, jangan sekarang, deh. Hari ini saya harus bertemu dengan beberapa mitra bisnis. Kalau tiga hari lagi dari sekarang, bagaimana?

 

ASRI

Iya deh, nggak pa-pa. Tiga hari lagi saya kontak Bapak lagi, ya?

 

TONDO

Oke.  ( kemudian menghela nafas lega sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Sejenak pikirannya kosong. Tapi kemudian ia memajukan tubuhnya mendekati meja kerja dan meletakkan kedua tangannya di atas meja dan di bibirnya terlukis senyum kemenangan.)

 

TONDO (V.O.)

Hem, nggak sampai seminggu gadis cantik dan seksi ini runtuh dengan rayuanku. (jeda)  Asri, Asri… aku ingin segera dapat menikmati gairah gelinjang tubuhmu!

 

 Lalu mata Tondo membentur pada foto berpigura indah yang ada di meja kerjanya, (foto istri dan dua anak perempuannya yang kembar dan masih duduk di kelas 4 SD.)   Kemudian perlahan-lahan ia merengkuh foto itu.

 

TONDO (V.O.)

(lanjutan)

Ini harus disingkirkan. Kalau Asri sampai tahu aku sudah punya anak istri, bisa kacau rencana-rencana indahku!

 

Tondo membuka laci meja kerjanya dan menyimpan foto istri dan kedua anak perempuannya itu di sana.

 

Kemudian Tondo tampak berpikir.

 

TONDO (V.O.)

(lanjutan)

Apartemen… (jeda) Apartemen di daerah mana ya yang harus aku beli, yang tidak terlampau jauh dari kantorku ini? (jeda, kemudian menepis kening) Ah bego! Kenapa harus pusing-pusing berpikir. Aku kan punya sekretaris?

 

Lalu dengan aiphone ia memanggil sekretarisnya.  Sesaat kemudian terdengar pintu ruang kerja Tondo ada yang mengetuk.

 

TONDO

Masuk!

 

Pintu terbuka dan seorang sekretaris yang cantik masuk ke ruang kerja Tondo.

 

SEKRETARIS

Ada yang bisa saya bantu, Pak?

 

TONDO

Saya ingin beli apartemen. Menurut kamu, idealnya saya harus beli di daerah mana ya, yang kira-kira dapat saya jangkau tidak lebih satu jam perjalanan dari kantor kita ini?”

 

SEKRETARIS

(cekatan)

Kalau menurut saya, daerah Grogol, Pak. Semacet-macetnya jalan, nggak akan memakan waktu satu jam ke kantor kita ini.

 

TONDO

Oke. Kalau gitu, tolong kamu carikan saya apartemen yang paling bagus.

 

SEKRETARIS

(hati-hati)

Bapak akan membelinya dengan cara tunai atau kredit, Pak?

 

TONDO

(tandas/tegas)

Ini bukan urusan bisnis. Jadi sebaiknya secara tunai.

 

SEKRETARIS

Baik, Pak.

 

Kemudian sekretaris keluar dari ruang kerja Tondo.

 

CUT TO

 

74. EXT. RUMAH ASRI, TERAS DEPAN – PAGI

 

Dalam keadaan sudah rapi siap berangkat ke kampus dengan tas kuliah terselempang di pundak kanannya, tampak Asri sedang bertelpon melalui HP dengan seseorang (Tondo).

 

ASRI

Ya, ya nanti pulang kuliah saya bisa main ke apartemennya Pak Tondo. (berbohong) Mm... kebetulan nanti saya pulang kuliahnya nggak terlalu siang, jam setengah sebelas. (jeda) Oke, nanti saya tunggu Pak Tondo di halte depan kampus saya.

 

CUT TO

 

75. EXT/INT. KAMPUS ASRI, HALTE DEPAN KAMPUS & MOBIL MEWAH TONDO – SIANG

 

Asri berjalan seorang diri keluar dari kampus (karena sesungguhnya masih ada beberapa mata kuliah yang harus ia ikuti, tapi demi janji dengan Tondo, ia meninggalkan kampus lebih cepat). Dan hatinya berkata-kata:

 

ASRI (V.O.)

Siang ini adalah pembuktian. Kalau ucapan Pak Tondo benar, bahwa ia belum beristri dan punya apartemen, maka bunga cintaku pada Pak Tondo yang mulai mekar harus dipupuk, biar mekarnya bunga cinta itu semakin indah. Tapi kalau Pak Tondo ternyata bohong, ia sudah punya anak istri dan tidak punya apartemen, maka harus cepat aku katakan : Goodbye Pak Tondo....kau ternyata lelaki gombal...

 

Ketika langkah Asri  baru sampai di halte, tiba-tiba sebuah mobil mewah (sekelas

Pajero Sport) berhenti dan langsung terdengar bunyi klaksonnya. Asri sedikit tersentak dan dengan sedikit marah ia melihat ke arah mobil mewah itu. Ketika tahu pengemudinya Tondo, rasa marahnya kontan hilang, berganti dengan senyum ceria. Dan ia pun yakin, kalau Tondo bukan lelaki gombal.   

 

Tondo turun dari mobil mewah, kemudian membuka pintu depan mobil mewah itu.   

 

TONDO

(ramah)

Silakan masuk, Asri.

 

ASRI

 (sedikit malu-malu Asri masuk ke dalam mobil mewah)

Ah, nggak usah berlebihan, Pak.

 

TONDO

(bercanda)

Pelayanan untuk calon Permaisuri mesti istimewa, dong (sambil menutup

pintu. Lalu ia masuk dari pintu yang lain dan duduk di belakang kemudi.)

 

TONDO

(sambil melajukan mobil mewah)

Mau ke mana ni, kita?

 

ASRI

(sedikit memberengut/merasa dipermainkan)

Lho, katanya mau ke apartemennya Bapak.

 

TONDO

Maksud saya, mau langsung ke apartemen, atau jalan-jalan dulu ke mal?

 

ASRI

(tegas)

Langsung ke apartemen aja, Pak.

 

 

 

TONDO

(sedikit memberengut)

Aduh, jangan panggil saya dengan sebutan Pak, dong.

 

ASRI

Kalau gitu saya harus panggil dengan sebutan apa?

 

TONDO

Terserah, pokoknya jangan Pak, jangan Ayah, jangan Oom...

 

ASRI

(tersenyum, manja dan canda)

Langsung ke apatemen aja, Mas Tondo.

 

TONDO

(senyum)

Nah, gitu kan lebih familiar…

 

CUT TO

 

76. INT. APARTEMEN TONDO – SIANG

 

Ketika masuk ke dalam apartemen Tondo, Asri tampak kagum. Isi apartemen itu begitu mewah dan nampak masih gres, benar-benar baru.

 

ASRI

Semuanya barangnya kok kelihatannya masih sangat baru, Mas?

 

TONDO

O iya. Apartemen ini juga kan masih baru.

 

ASRI

Mm… sebelum tinggal di apatemen ini, Mas tinggal di mana?

 

TONDO

(berbohong)

Di apatemen juga. Tapi di daerah Prapanca.

 

ASRI

Lalu kenapa pindah ke sini?

 

TONDO

Ya…biar lebih dekat aja ke kantor.

 

 

 

ASRI

(mengangguk-angguk)

Oo…

 

CUT TO

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)