Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
115. INT. RUMAH ASRI, KAMAR ASRI – PAGI
Tampak Asri baru selesai mandi, tubuhnya dari dada sampai ke bawah dibebat handuk ukuran besar dan ia sedang berdiri di depan cermin meja rias, mengamati wajahnya di cerrmin.
ASRI (V.O.)
Ih, wajah gue pucat amat. Apa gue hamil, ya? (jeda) Ih, jangan-jangan gue hamil. Udah tiga bulan gue nggak mens lagi. (Kemudian, seakan tanpa sadar ia mengelus-elus perutnya dan batinnya menjerit) Ah, di dalam rahimku kini tumbuh janin! (jeda) Oh, kenapa jadi begini? (jeda) Ah, bakal berantakkan kuliahku, bakal berantakkan!
Lalu Asri melangkah ke pembaringan dan perlahan-lahan ia merebahkan diri di pembaringan. Matanya basah oleh air mata dan tatapannya kosong menatap langit-langit. Dan tiba-tiba ia teringat pada mama dan papanya.
ASRI (V.O.)
(lanjutan)
Ah, ini terjadi gara-gara Mama dan Papa bercerai. (jeda) Tapi…, sudahlah, sudah! Tak perlu menyalahkan siapa-siapa. Toh Mama dan Papa sudah lama bercerai. Toh baru sekarang aku hamil, di kala kuliahku hampir rampung. Jelas ini kesalahanku sendiri, kecerobohanku sendiri! (memukul-mukulkan kedua tangannya ke kasur, seakan kesal pada diri sendiri.)
Lalu perlahan-lahan Asri bangkit dari berbaring, kemudian duduk. Dengan jari-jari tangan ia usap air matanya dan otaknya sibuk menyusun langkah-langkah yang akan ia lakukan, untuk menyelamatkan janin yang sedang tumbuh di rahimnya.
Kemudian Asri beranjak ke arah lemari dan dibukanya lemari itu lebar-lebar. Dengan cermat ditatapnya tumpukan bajunya di lemari itu. Lalu ia mengambil baju warna kuning gading dan memakainya. Sedang untuk bawahannya, ia memakai jins. Setelah itu ia kembali berdiri di depan cermin rias dan dipolesnya wajahnya dengan make up, tapi hanya tipis. Dan setelah rapi berdandan ia keluar dari kamar menuju ke
CUT TO
116. INT. RUMAH ASRI, RUANG MAKAN – PAGI
Tampak Asri sudah duduk di meja makan, lalu Mbok Kerti (pembantu rumah yang setia) datang menghampiri.
MBOK KERTI
Mau sarapan apa, Non. Roti bakar atau nasi goreng?
ASRI
Apa Mbok sudah bikin nasi goreng?
MBOK KERTI
Sudah Non, sudah siap,
ASRI
Kalau gitu saya sarapan nasih goreng, Mbok.
MBOK KERTI
Baik. Saya ambilkan, Non. (lalu Mbok Kerti beranjak ke pergi ke arah dapur.)
CUT TO
Tampak Asri mulai makan nasi goreng, sedang Mbok Kerti (dengan sikap sopan dan hormat) berdiri di samping Asri.
MBOK KERTI
Non, tadi barusan Tuan, juga Nyonya telpon, mengatakan, kalau uang jatah bulanan untuk Non sudah ditransfer ke rekeningnya Non. (jeda) Tuan, juga Nyonya tanya, kenapa sudah lama Non Asri tidak datang ke rumah Tuan, juga ke rumah Nyonya. Non disuruh menyempatkan waktu untuk datang.
Asri tidak mernyahut, tapi (sambil terus makan) batinnya ngedumel.
ASRI (V.O.)
Gue ogah ke rumah Papa, ogah ketemu bini barunya yang ceriwis. Kalau ke rumah mama, ogah ketemu dengan tiga sodara tiri gue yang nyinyir. Mending di rumah sendirian, bebas...
Karena Asri tak sedikit pun berkomentar atas penuturan Mbok Kerti, pembantu yang sudah mulai beranjak tua itu tampak risau.
MBOK KERTI
(penuh harap)
Non, tolong diusahakan datang ke rumah Tuan, juga ke rumah Nyonya, ya? Kalau Non nggak mau datang, nanti saya yang kena marah, disangkanya saya tidak menyampaikan pesan dari Tuan, juga pesan dari Nyonya ke Non.
ASRI
(sambil mengibaskan tangan kanannya)
Sudahlah Mbok, nggak usah takut. Kalau sampai Papa atau Mama marah, saya yang menghadapi.
Tampak Mbok Kerti ingin berkata lagi, tapi urung (tidak berani). Kemudian tampak ia hanya dapat menghela nafas panjang.
MBOK KERTI (V.O.)
(pasrah)
Aku harus siap menghadapi semprotan dari Tuan, juga Nyonya.
CUT TO
117. INT. KLINIK JAYADI, RUANG PRAKTEK DOKTER – PAGI
Tampak Asri sudah duduk di hadapan dokter (setengah baya) yang akan memeriksanya. Tampak juga seorang perawat (sebut saja bernama Weni) yang berdiri tak jauh dari meja kerja dokter.
DOKTER
Apa keluhannya, Mbak?
ASRI
Saya mau tes kehamilan, Dok.
DOKTER
(senyum)
Oh, sudah Nyonya rupanya… (mencermati status Asri) Pasien baru ya, di klinik ini?
ASRI
(mengangguk)
Benar, Dok.
DOKTER
Kalau gitu periksa urine dulu, ya? (ke perawat ) Weni, tolong dibantu calon Ibu muda ini periksa urinenya, dia sudah hamil berapa bulan.
PERAWAT WENI
Baik, Dok. (ke Asri) mari, Bu. (Lalu perawat Weni beranjak ke arah pintu untuk keluar dan Asri membututi di belakangnya.)
CUT TO
Asri sudah kembali duduk di hadapan dokter, tapi perawat Weni tidak tampak lagi di ruang periksa itu. Wajah Asri tampak tenang (karena ia sudah tahu, langkah yang akan ia ambil, bila nanti ia positif hamil.)
DOKTER
(sambil mengulurkan tangan)
Selamat ya, Anda positif hamil, sudah tiga bulan.
ASRI
(tersenyum masam)
Terima kasih, Dok.
CUT TO
118. EXT/INT. JALANAN, DALAM TAKSI – PAGI
Di jalan yang padat tapi lancar, tampak sebuah taksi meluncur dengan tenang dan di dalam taksi tampak Asri sedang mengontak Tondo dengan HP.
ASRI
Mas, dengan taksi aku lagi meluncur ke kantormu, nih.
CUT TO
119. INT. GEDUNG PERKANTORAN, RUANG KERJA TONDO – SIANG
Tampak Tondo duduk di meja kerjanya sambil bicara via HP dengan Asri.
TONDO
(tertawa kecil)
Tumen pagi-pagi ke kantorku. Ada apa, nih?
ASRI
(sedikit memberengut)
Ya ada keperluan yang penting bangetlah. Kalau nggak pengting banget, ngapain juga pagi-pagi ke kantormu.
TONDO
Gitu aja ngambek. Ya udah, aku tunggu.
CUT TO
120. INT. GEDUNG PERKANTORAN, RUANG KERJA TONDO – PAGI
Tampak seorang wanita cantik yang bertugas di bagian resepsionis (kita sebut saja bernama Lia) mengantar Asri sampai di depan ruang kerja Tondo, lalu Lia mengetuk pintu ruang kerja Tondo. Lalu terdengar sahutan Tondo dari dalam ruang kerjanya.
TONDO(S.O.)
Silakan masuk.
Lian membuka pintu, lalu dengan gerakan isyarat tangannya yang sopan dan hormat mempersilakan Asri masuk. Sedang Tondo, begitu pintu terbuka dan ia melihat sosok Asri, spontan berdiri dari duduknya.
TONDO
(tersenyum mesra)
Oh, Asri sayang… Ayo masuk, masuk…
Sementara Asri melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya Tondo, diam-diam Lia balik ke tempat tugasnya.
TONDO
Kau mau minum apa, Sayang. Yang dingin apa yang panas?
ASRI
Yang dingin aja.
TONDO
Oke. Kalau gitu aku nggak perlu panggil office boy. (lalu melangkah ke kulkas kecil yang ada di ruang kerjanya itu, mengambil sari buah kotak dan menyajikannya di atas meja kerjanya. Kemudian Tondo melihat Asri masih berdiri.) Wah, Permaisuriku kok berdiri terus. (menarik satu kursi dan mendekatkannya ke Asri) Ayo duduk, duduk…
Asri duduk dan Tondo kembali duduk di meja kerjanya.
TONDO
Ada apa nih, kok tumben datang ke kantor kerjaku?
ASRI
Aku mau ngomong sama kamu, Mas. Tapi nggak di kantormu ini.
TONDO
(heran)
Lho, kenapa?
ASRI
Nggak enak, rasanya kurang nyantai.
TONDO
(memandang Asri dengan rupa jenaka)
Jadi kamu mau ngomong di mana?
ASRI
Ya di mana ajalah. Di kafe, pantai, atau di apartemenmu.
TONDO
Oh, kamu ingin suasananya benar-benar rileks. Oke. Tunggu sebentar, ya? Aku mau selesaikan kerjaku sebentar. Ayo diminum dulu deh, sari buahnya. (kemudian Tondo konsentrasi ke arah laptop yang terbuka yang ada di meja kerjanya.)
Sedang Asri, setelah meminum dengan pipet dua sedotan sari buah kotaknya, bangkit dari duduk, lalu berjalan ke belakang meja kerja Tondo. Sejenak ia melihat ke arah laptop. Kemudian ia bergeser sedikit ke samping dan iseng membuka laci meja kerja Tondo. Dan matanya membentur pada… foto seorang wanita cantik bersama dua anak perempuan kecil yang lucu-lucu, kontan Asri curiga.
ASRI
(menyelidik)
Mas, kamu sudah punya anak istri, ya?
TONDO
(tetap konsentrasi menatap layar laptop)
Siapa yang bilang?
ASRI
(mengambil foto dari laci)
Aku yang bilang! (lalu dengan geram membanting foto itu di atas meja kerja Tondo) Ini buktinya!
Spontan Tondo melihat foto itu dan kontan ia terdiam. Dan hal ini membuat Asri semakin yakin kalau Tondo sudah punya istri dan anak.
ASRI
Kau menipuku, Mas. Menipu…!! (lalu Asri merentak keluar dari ruang kerja Tondo. Sedang Tondo, sedetik masih terpana, tapi pada detik berikutnya, ketika ia hendak bangkit untuk memburu Asri, ia segera sadar akan kedudukannya sebagai Big Boss di kantor itu. Maka, ia biarkan Asri pergi.
TONDO (V.O.)
Ah, nanti segera aku susul ke rumahnya. Akan kejelaskan masalah ini sebaik-baiknya. Semoga Asri bisa memaafkan aku.
CUT TO
121. INT. RUMAH ASRI, KAMAR ASRI – SIANG
Masih mengenakan baju warna kuning gading dan celana jins ( yang dipakainya tadi pagi saat hendak keluar rumah), tampak Asri barbaring di tempat tidur, matanya basah oleh air mata dan tatapannya kosong menatap langit-langit, sedang hatinya merintih sedih.
ASRI (V.O.)
Mengapa aku harus mengalami kisah cinta yang pedih seperti ini? Mengapaaa…?? (jeda, kemudian hatinya berdoa) Ya Allah, berilah aku kekuatan dalam menjalani cobaan yang berat ini. (kemudian tampak air mata perlahan-lahan menetes membasahi pipinya, lalu terdengar pintu kamar diketuk dan terdengar pula suara Mbok Kerti).
MBOK KERTI
Non, ada tamu, Non. Pak Tondo.
Asri membisu.
MBOK KERTI
(sambil mengetuk pintu hati-hati)
Non, ada Pak Tondo, Non.
Asri risih. Segera ia bangun dari berbaring dan merentak ke arah pintu dan dibukanya pintu itu sedikit. POV Asri: wajah Mbok Kerti tampak penuh tanda tanya.
ASRI
(parau, tapi tajam)
Katakan Mbok, saya nggak mau menemuinya.
Tanpa komentar lagi, Mbok Kerti balik badan, lalu beranjak ke
CUT TO
122. INT. RUMAH ASRI, RUANG TAMU – SIANG
Tampak Tondo duduk di kursi dengan wajah harap-harap cemas, lalu muncul Mbok Kerti.
MBOK KERTI
(jujur/lugu)
Maaf Pak Tondo, kata Non Asri, nggak mau menemui Bapak.
Tondo menghela nafas berat. Sejenak ia terdiam, kemudian pamit pulang. Dan Mbok Kerti memandangi kepergian Tondo dengan rupa tak mengerti.
MBOK KERTI (V.O.)
Ah, ada masalah rupanya antara Pak Tondo dan Non Asri.
CUT TO