Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. EXT. KFC KEMANG & TAKSI – MALAM
Di pintu masuk KFC Kemang tampak Asri berdampingan dengan Riko (siap menyambut para tamu di pesta ultah Asri), lalu muncul serombongan muda-mudi, di antaranya tampak pula Dinar.
Tatkala tatapan Dinar beradu dengan tatapan Riko, wajah Dinar kontan memucat, lalu ia balik badan dan dengan setengah berlari ia meninggalkan KFC Kemang. Sejenak Riko terpaku, lalu ia berlari menyusul Dinar.
RIKO
(sedikit berteriak)
Dinar...!
Dinar tidak menghiraukan, ia terus berlari. Sampai di jalan raya ia menggapai taksi.
CUT TO
2. INT. DALAM TAKSI – MALAM
SOPIR TAKSI
Ke mana, Mbak?
DINAR
(sedikit parau)
Cempaka Putih, Pak...
Saat taksi melaju, tampak air mata Dinar berlinang, lalu bergulir membasahi pipinya. Dan hatinya menjerit.
DINAR (V.O.)
Kak Riko, sekian lama aku coba mentolerir ke-playboy-anmu, aku coba setia padamu. (jeda) Tapi kini, aku tak tahan lagi, Kak Riko. Ulahmu kali ini sudah keterlaluan! Dengan gampangnya kau batalkan janji denganku, untuk bersenang-senang dengan Asri yang notabene bekas teman sebangkuku di SMA dulu. Kau kejam, Kak Riko. Kejam!
DISSOLVE TO
3. EXT/INT. JALANAN, DALAM TAKSI - SIANG
Sekilas jalanan yang padat tapi lancar, lalu tampak sebuah taksi bergerak lincah. Kemudian tampak penumpang taksi itu adalah dua orang wanita yang mengenakan jilbab, (seorang ibu—Marni dan anaknya—Dinar).
DINAR
(cemberut)
Setelah belanja nanti kita langsung pulang kan, Bu?
MARNI
Mau apa sih buru-buru pulang?
DINAR
(cemberut)
Mau nglanjutin nonton film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
MARNI
(menggoda/meledek)
Iya, iya, langsung pulang. Tonton tuh Tenggelamnya Kapal Van der Wijck sampai puas...
Dinar melengos, menatap ke luar taksi, wajahnya tetap cemberut. Kemudian taksi berhenti di Pusat Perbelanjaan Bok M. Dan setelah Marni membayar ongkos taksi, Marni dan Dinar turun dari taksi.
CUT TO
4. INT. SUPERMARKET – SIANG
Sekilas barang-barang dagangan di supermarket dan keramaian orang yang belanja, kemudian nampak Dinar mendorong kereta belanja yang sudah penuh dan Marni tampak berjalan di depan kereta belanja itu. Kemudian langkah Marni berhenti di rak tempat kecap.
DINAR
Bu, tadi kan udah beli kecap?
MARNI
(santai)
Itu tadi kecap manis. Sekarang mau beli kecap asin. Kalo nggak pake kecap asin, rasanya kok nggak komplit...
Ketika Marni sedang menaruh satu botol plastik kecil kecap asin ke dalam kereta belanja, ada suara yang menegurnya (yang menegur itu adalah Ita).
ITA
Marni...
Marni menoleh ke Ita, sejenak Marni mengamati Ita dengan cerrmat, lalu...
MARNI
(sedikit berseru)
Hei Ita...
Marni dan Ita langsung berpelukkan dan saling mencium pipi. Kemudian Ita mengamati kereta belanja yang sudah penuh itu.
ITA
Ngeborong, ya?
MARNI
(senyum)
Ah, nggak. Biasa, belanja bulanan. Kamu mau ngeborong juga?
ITA
Ah, Nggak. Cuma ngantar Riko beli handuk, untuk disimpan di ruang praktek
MARNI
(sedikit heran)
Ruang praktek?
ITA
Ya, ruang praktek Dokter...
MARNI
O, Riko mulai buka praktek pribadi. Sejak kapan?
ITA
Baru tiga bulan yang lalu
MARNI
(kagum)
Wah, Riko memang hebat
ITA
Terima kasih atas pujiannya untuk anakku (lalu Ita menatap Dinar)
Kalau Dinar bagaimana, sudah rampung kuliahnya?
DINAR
(senyum)
Tinggal dua semester lagi, Tante
ITA
Oo...
Seorang pemuda (Riko) muncul, lalu mencolek pundak Ita (mamanya) dan memperlihatkan handuk yang dipegangnya.
RIKO
Ma, udah nih beli handuknya. Kita pulang, ya?
ITA
(menatap Riko)
Riko, kamu ingat nggak dengan dua wanita yang cantik-cantik ini?
Dengan cermat Riko menatap Marni, lalu menatap Dinar.
RIKO
O, Tante Marni dan Dinar
Riko mengulurkan tangan ke Marni dan setelah Marni menyambutnya, Riko mencium tangan Marni. Kemudian Riko mengulurkan tangannya ke Dinar, tapi Dinar menyambutnya dengan ogah-ogahan (wajahnya tampak cemberut).
MARNI
(ramah)
Riko, kapan-kapan main dong ke rumah Tante
Tampak Dinar masih cemberut.
Riko
(melirik Dinar)
Apa masih boleh saya main ke rumah Tante?
MARNI
(memotong)
Ah, dari dulu rumah saya selalu terbuka lebar untukmu, Riko. Kamu aja yang nggak mau datang...
RIKO
(bercanda dan melirik Dinar)
Habis Dinar nggak pernah ramah terhadap saya, Tante...
MARNI
(Tertawa)
Ah, itu kan dulu, sekarang tentu beda. Dulu kamu masih koas, masih berjuang untuk meraih gelar dokter, sedang sekarang kamu udah buka praktek pribadi...
Marni melirik Dinar, tapi Dinar tetap cemberut.
CUT TO
5. INT. RUMAH DINAR, RUANG KELUARGA – SIANG
Tampak Marni dan Dinar meletakkan kantong-kantong plastik belanjaan di atas meja.
MARNI
Dinar, mulai hari ini kamu harus menjauhi Rian. Kalau bisa, langsung aja putuskan hubungan cintamu dengan dia.
Dinar menghela nafas panjang, mau membantah tapi urung. Ia teringat masa kelahirannya yang (kata ibunya) prematur.
DISSOLVE TO
6. INT. RUMAH SAKIT, RUANG OPERASI - SIANG
Seorang dokter dibantu dengan dua orang perawat tampak sibuk melakukan operasi cesar pada seorang ibu yang akan melahirkan.
MARNI (O.S.)
Dinar, sekarang kamu sudah besar, sudah kelas 6. Jadi kamu jangan nakal lagi, ya. Mulai sekarang harus selalu nurut apa kata Ibu. Ingat-ingat ya, Ibu dulu sangat susah merawat kamu, karena kamu lahir prematur.
Setelah berhasil melakukan operasi cesar, bayi itu dimasukkan ke inkubator.
DISSOLVE TO
7. INT. RUMAH DINAR, RUANG KELUARGA - SIANG
Dinar menghela nafas, geleng-geleng kepala, lalu berlari ke
CUT TO
8 INT. RUMAH DINAR, KAMAR DINAR – SIANG
Dinar membuka jendela lebar-lebar, lalu ia duduk di atas kasur, tatapannya menerawang keluar jendela.
POV Dinar (wajahnya sangat sedih): tampak langit sedang mendung. Beberapa ekor Burung Sriti terbang kian kemari.
Dinar teringat masa lalu lika-liku cintanya dengan Riko.
DISSOLVE TO