Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
77. EXT. RUMAH DINAR, TERAS DEPAN & HALAMAN DEPAN – PAGI
Tampak Dinar sedang mengepel lantai, lalu terdengar deru sepeda motor. Dinar melihat ke arah sepeda motor yang baru datang.
POV Dinar: Rian sedang menstandar sepeda motornya di halaman depan. Kemudian melangkah menghampiri Dinar.
Dinar tampak sedikit kikuk, karena kepergok pacar belum mandi.
DINAR
(senyum malu-malu)
Maaf ya, masih bersih-bersih rumah.
RIAN
(bercanda)
O, terus kan aja. Aku senang kok punya calon istri yang rajin bersih-bersih rumah.
Dinar mencibir manja sambil memperhatikan penampilan Rian yang ekstra rapi, mengenakan baju batik walau motifnya tidak terlalu formil.
DINAR
(menyelidik)
Mau kondangan, ya?
RIAN
Nggak. Mau ngajak kamu jalan-jalan.
DINAR
(sedikit heran)
Ke mana?
RIAN
Blok M.
DINAR
(menyelidik)
Untuk?
RIAN
Duh, masak lupa? (jeda) Sepulang dari ziarah kubur Ibu kandungmu, aku kan udah janji kalau…
DINAR
(memotong dengan riang)
Ya ya aku ingat! Memesan cincin pertunangan.
RIAN
(senyum)
Tepat sekali, Nona.
DINAR
Kalau gitu tunggu sebentar ya, aku selesaikan dulu mengepel teras ini. Mas Rian duduk aja dulu kursi.
RIAN
Oke, oke...
CUT TO
78. EXT. PUSAT PERBELANJAAN BLOK M, TOKO EMAS – SIANG
Sekilas keramaian di Pusat Perbelanjaan Blok M, lalu tampak Dinar dan Rian berada di toko emas.
Ibu penjual emas menyodorkan bon pemesanan cincin pertunangan ke hadapan Dinar dan Rian dan Rian yang menyambut bon itu, lalu membacanya.
RIAN
(ke penjual emas)
Pasti seminggu ya Bu, jadinya cincin pertunangan pesanan kami?
IBU PENJUAL EMAS
Ya, pasti seminggu. Janji kami tidak pernah meleset, supaya pelanggan tidak kecewa.
CUT TO
79. INT. TEMPAT PRAKTEK PRIBADI RIKO – RUANG PRAKTEK & RUANG TUNGGU PASIEN – MALAM
Seorang pasien laki-laki melangkah ke arah pintu dan Riko mengamati punggung pasien itu. Saat pasien sudah keluar dan menutup pintu (dari luar), Riko melihat arlojinya.
RIKO (V.O.)
Ah, belum terlalu malam. Masih bisalah untuk apel ke rumah Asri.
Lalu Riko beranjak ke pintu dan membukanya. POV Riko: Tina (asistennya Riko) sedang sibuk merapikan kartu berobat pasien.
RIKO
Sudah nggak ada pasien, Tin?
TINA
Nggak ada, Dok.
RIKO
Kamu tutup aja pintu pagar.
TINA
(memotong)
Masih setengah delapan Dok, kok udah tutup?
RIKO
Malam Minggu, Tin. Saya juga butuh refreshing...
TINA
(tersenyum maklum)
Baik, Dok.
CUT TO
80. EXT/INT. JALANAN, SEDAN MUNGIL RIKO – MALAM
Jalanan padat tapi lancar, lalu tampak sedan mungil Riko di antara padatnya kendaraan itu. Sedang Riko mengendarai sedan mungilnya dengan tenang dan hati Riko mereka-reka apa yang akan terjadi bila ia tiba di rumah Asri nanti.
RIKO (V.O.)
Pasti Asri akan menyambutku dengan sikap marah. (jeda) Bila itu yang terjadi, aku harus bersikap serileks mungkin. Mula-mula akan kurayu dia dengan menyanyikan lagu Janji Sucinya Yovie & Nuno. Kalau hal ini belum juga meredakan rasa marahnya, baru akan kuterangkan: beginilah risiko punya pacar seorang dokter. Kalau mau apel, mesti setelah semua pasien selesai ditangani. Bila keterangan seperti ini tidak juga meredakan marahnya? Wah, harus kembali dipertimbangkan masak-masak, apakah Asri bakal bisa jadi istriku yang baik kelak??
CUT TO
81. INT/EXT. RUMAH ASRI, SEDAN MUNGIL RIKO & HALAMAN DEPAN/TERAS DEPAN – MALAM
Sampai di jalanan depan rumah Asri, tampak sudah lebih dulu ada mobil mewah terparkir di sana. Kontan Riko disergap rasa tidak enak, ia mendapat firasat buruk.
Perlahan-lahan Riko memarkir sedan mungilnya di belakang mobil mewah. Lalu ia keluar dari sedan mungil dan perlahan-lahan pula ia melangkah masuk ke halaman rumah Asri yang cukup luas (di mana pintu pagarnya telah terbuka lebar). Tapi, begitu hampir sampai teras depan, langkah Riko sontak terhenti; ia melihat Asri tengah berciuman mesra dengan seorang lelaki (laki-laki itu adalah Tondo).
Sedetik Riko masih terpana menyaksikan adegan mesra Asri dengan Tondo, kemudian ia balik badan, bergegas menuju sedan mungilnya, lalu sedan mungil itu pergi meninggalkan rumah Asri. Hati Riko terluka (untuk yang kedua kali).
RIKO (V.O.)
(merintih)
Oh oh, mengapa aku harus mengalami kepahitan-kepahitan cinta tatkala aku hendak serius mencari pendamping hidupku? Apakah ini karma bagiku? (jeda) Ya Allah, maafkan sifat playboyku yang lalu…
CUT TO
82. EXT/INT. TEMPAT KOS RIAN, KAMAR KOS RIAN – PAGI
Selintas tempat kos dua lantai, lalu kita melihat sebuah kamar kos di lantai dua yang jendelanya terbuka lebar (itu kamar kos Rian) dan kemudian tampak Rian sedang duduk santai sambil merokok, di atas meja belajar di hadapannya tampak ada segelas kopi, HP dan kalender meja. Lalu terdengar HP bersiul (sebuah WA masuk), Rian meraih HP dan kemudian menatap ke layar HP.
RIAN (V.O)
WA dari Mas Badrun. (jeda) Atasanku ini memang baik hati dan bijaksana.
Lalu Rian membaca WA dari Badrun.
BADRUN (S.O.)
Anak muda, ini malam Minggu, waktumu untuk pacaran! Tapi ingat, sebentar siang nanti ada acara penting: resepsi pernikahan seorang Petinggi negeri ini dengan seorang artis sinetron yang seksi yang sedang naik daun. Kau wajib meliputnya. Itu berita eksklusip untuk koran kita edisi minggu besok.
Kemudian tampak Rian tersenyum.
RIAN (V.O.)
Oke Mas, oke... ( jeda, sejenak Rian seperti berpikir, lalu ia meraih kalender meja, INSERT FRAME: salah satu tanggal dilingkari dengan pulpen warna merah.) Nggak terasa satu minggu sudah berlalu, hari ini aku harus mengambil cincin pertunanganku dengan Dinar. ( jeda) Kalau begitu aku harus segera berangkat, karena resepsi penikahan Pak Menteri dengan artis seksi itu dimulai jam 11.
CUT TO
83. EXT. TEMPAT KOS RIAN, JALANAN DEPAN – PAGI
Rian duduk di atas sadel sepeda motor, lengkap dengan helm dan jaket, siap untuk pergi. Lalu sejenak Rian mendongak ke atas, tampak langit rata tertutup awan putih yang mengandung hujan.
RIAN (V.O.)
Hem, kalau nanti turun hujan, pasti tak akan deras, tapi biasanya lama redanya. Mudah-mudahan hujan baru turun kalau semua urusanku hari ini sudah beres. (melihat jam tangan) Ah, baru jam 9. Masih ada waktu 2 jam, sebelum acara resepsi pernikahan dimulai.
Lalu Rian menstater sepeda motor dan melajukannya.
CUT TO
84. EXT. PUSAT PERBELANJAAN BLOK M, TOKO EMAS – SIANG
Selintas keramaian di Pusat Perbelanjaan Blok M, lalu tampak Rian sudah berada di toko emas.
POV Rian : Ibu penjual emas menyodorkan kotak kecil berwarna pink ( yang berisi cincin bakal pertunangan Rian dengan Dinar yang dipesan seminggu yang lalu.)
Rian menyambut kotak berwarna pink itu, membukanya, lalu tampak sepasang cincin dan Rian mengambilnya satu dan mencobanya di jari manis. Setelah cocok, ia mengembalikan cincin itu ke tempat semula, lalu ia mengambil uang dari dompet dan menyodorkan beberapa lembar uang seratusribuan pada ibu penjual emas. Setelah transaksi dengan penjual emas beres, Rian berlalu dari toko emas dan beranjak ke
CUT TO
85. EXT. PUSAT PERBELANJAAN B BLOK M, BAGIAN LUAR YANG MENGHADAP JALAN RAYA – SIANG
Selintas ramainya orang yang sedang berbelanja di Pusat Perbelanjaan Blok M, lalu tampak Rian berdiri seorang diri,
POV Rian: di luar tampak hujan turun dengan sangat deras. Lalu Rian melihat arlojinya.
RIAN (V.O.)
Ah, acara resepsi Pernikahan Pak Menteri di Grand Melia masih satu jam lagi. (santai) Lebih baik aku tunggu aja sampai hujan reda.
CUT TO
86. EXT. JALANAN – SIANG
Hujan sudah reda, jalanan tampak basah, kendaraan yang padat jalannya merayap, lalu tampak Rian mengendarai sepeda motornya dengan kalem.
RIAN (V.O.)
Wah, kalo gini keadaannya, aku harus sedikit nekad, nih. Harus sedikit ngebut, selip sana sini. Kalo nggak, bisa-bisa aku telat dan gagal meliput acara resepsi pernikahan Pak Menteri di Grand Melia. Kalau itu terjadi, pasti Mas Badrun sangat marah dan ini bisa membuat nilai prestasi kerjaku jadi buruk.
Lalu tampak sepeda motor yang dikendarai Rian jalannya sedikit ngebut dan potong sana sini, salip sana sini, sampai akhirnya... di perempatan Kuningan dekat Grand Melia Rian menyerempet seorang wanita yang hendak menyeberang jalan ( karena lampu trafficklight baru berganti dari kuning ke merah, tapi Rian menerjangnya dengan kecepatan yang cukup tinggi), tapi Rian tidak peduli dengan wanita penyeberang jalan yang telah diserempetnya itu. Ia terus melajukan sepeda motornya ke Grand Melia.
CUT TO
87. EXT/INT. GRAND MELIA – SIANG
Di lobi tampak banyak orang berkerumun, yang laki-laki mengenakan jas dan atau batik, yang perempuan memakai baju bagus yang pantas untuk ke pesta dan yang yang memakai baju batik rata-rata memegang kamera (ada yang memegang kamera analog, ada pula yang membawa kamera besar untuk membuat video) mereka adalah para awak media (baik cetak maupun electronik).
Kemudian tampak Rian masuk ke lobi dan mendekati salah seorang awak media – kita sebut saja bernama Iwan.
RIAN
Belum dimulai acara resepsinya, Wan?
IWAN
(melihat arlojinya)
Tauk nih, kok molor. Padahal ini udah jam sebelas lebih sepuluh menit.
Tampak diam-diam Rian menghela nafas lega.
CUT TO