Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
22. EXT. KAMPUS RIKO, PINTU GERBANG – SIANG
Tampak beberapa mahasiswa dan mahasiswi berseliweran, ada yang mau keluar, tapi ada pula yang masuk. Lalu tampak Riko yang akan keluar dengan menggandeng mesra seorang mahasiswi. Di tempat yang agak jauh, tampak Dinar mengintai ulah Riko itu.
Melihat ulah Riko seperti itu raut wajah Dinar tampak sedikit kecewa, tapi dalam hati berkata: “Ah, masa bodo. Kalo malam minggu nanti Kak Riko masih apel ke rumah gue, tetap akan gue sambut dengan ramah.”
CUT TO
23. EXT. PERTOKOAN PASAR BARU – MALAM
Di tengah ramainya orang yang hilir mudik di Pasar Baru, tampak Dinar menggandeng dengan mesra tangan Riko.
Di tempat yang tidak terlalu jauh, tampak Asri mengamati “kemesraan” Dinar dan Riko dengan wajah kesal. Dinar tahu keberadaan Asri, tapi Dinar berlagak tidak tahu.
CUT TO
24. INT. SEKOLAH DINAR, RUANG KELAS DINAR – PAGI
Tampak Dinar sudah berada di dalam kelas dan sedang melangkah menuju ke bangkunya. Dan ketika sudah sampai di bangkunya, saat Dinar menyimpan tas di atas bangku, Asri yang sudah duduk di bangku menegur.
ASRI
Eh Din, kenapa sih lo masih mau pacaran dengan Kak Riko, walau lo udah tahu Kak Riko itu playboy?
DINAR
(seperti berpikir)
Hem, gimana, ya? Habis setiap malam Minggu dia selalu apel ke rumah gue, sih. Jadi gue pikir, cinta Kak Riko sangat besar ke gue, dong. Sedang ke yang lain, hanya iseng aja.
Tampak ada seorang siswa masuk ke dalam kelas, setelah menyimpan tas di mejanya siswa itu keluar lagi.
ASRI
Hebat ya, cara berpikir lo. Tapi gue ingin tau Din, sampai kapan kesetiaan lo pada Kak Riko bisa bertahan.
DINAR
Selamanya, sampai memasuki jenjang pernikahan…
ASRI
(mencibir)
Nggak mungkin...
DINAR
Buktiin aja nanti...
CUT TO
25. INT. SEBUAH GEDUNG – SIANG
Acara wisuda yang cukup meriah dan Riko tampak ada di antara para wisudawan itu. Juga tampak hadir di deretan bangku undangan, mama dan papanya Riko, juga Dinar dan ibunya.
Usai diwisuda, Riko mendapat ucapan “selamat” dari mama dan papanya, juga dari Dinar dan ibunya.
DINAR
Asyik ya, sekarang Kak Riko udah jadi dokter
RIKO
(tersenyum maklum)
Belum Din, sekarang baru koas. Aku masih harus kuliah untuk dapat gelar profesi dokter.
DINAR
(mengangguk-angguk)
O, begitu ya...
CUT TO
26. EXT. KAMPUS DINAR – SIANG
Di tempat yang lapang tampak berkumpul mahasiswa dan mahasiswi baru (dengan pakaian “kebesarannya” masing-masing) sedang mengikuti Ospek dan Dinar tampak pula di antara puluhan/ratusan mahasiswa baru itu.
Di hadapan para mahasiswa dan mahasiswi baru itu nampak beberapa orang senior (laki-laki dan wanita), mereka semua pada pasang wajah yang galak.
Jhonny, senior yang wajahnya paling sangar, bicara dengan menggunakan megaphone.
JHONNY
Kalian memang sudah diterima menjadi mahasiswa di kampus ini, tapi belum resmi seratus persen. Masih sembilanpuluh persen. Yang sepuluh pesen itu ya masa ospek ini. Untuk itu kalian jangan main-main dengan ospek, perpeloncoan ini. Kalian harus menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Kalian harus menuruti semua perintah para senior. Mengerti kalian?!
PARA PLONCO
(serempak)
Mengerti...!
CUT TO
27. EXT/INT. KAMPUS DINAR, LUAR PINTU GERBANG & SEDAN MUNGIL RIKO – SORE
Mahasiswa dan mahasiswi baru yang sedang mengikuti Ospek, dengan wajah lelah nampak keluar dari kampus, Dinar tampak pula di sana. Lalu setelah berada di luar pintu gerbang, mereka berpencaran. Ada yang menuju ke halte untuk naik bis kota/busway, ada yang naik ojek, ada yang naik taksi. Sedang Dinar menghampiri sedan mungil yang berada tak jauh dari luar pintu gerbang.
Di samping sedan mungil nampak Riko.
RIKO
Capek?
DINAR
(mendengus, kesal)
Huh, kayak jadi kuli panggul di pasar, rasanya.
RIKO
(tertawa kecil)
Sabar, cuma seminggu ini.
Riko membuka pintu depan sedan mungil, lalu Dinar masuk ke dalam sedan mungil, sedang Riko masuk ke dalam sedan mungil lewat sisi pintu depan yang lain. Lalu sedan mungil itu melaju.
28. EXT/INT. JALANAN, SEDAN MUNGIL RIKO & HALTE DEPAN KAMPUS ASRI – SORE
Jalanan tidak padat, sedan mungil Riko terus meluncur dengan tenang. Sesaat kemudian laju sedan mungil melintasi sebuah kampus dan di dekat kampus itu ada halte bis kota dan di halte itu tampak Asri ( yang juga mengenakan baju untuk ospek dengan aksesori yang aneh-aneh.)
Begitu melihat Asri, Riko menghentikan laju sedan mungil, lalu menurunkan kaca jendela sedan mungil.
RIKO
(setengah berteriak)
Asri...
Asri yang semula tidak tahu keberadaan Riko, begitu namanya dipanggil ia sedikit kaget, lalu menoleh ke arah Riko.
RIKO
Ayo pulang bareng...
Wajah Asri yang semua tampak lelah, langsung sumringah, lalu ia menghampiri sedan mungil. Tapi begitu tahu ada Dinar di samping Riko, wajah Asri kembali keruh.
ASRI
Nggak deh, aku naik bis kota aja (lalu balik badan dan kembali melangkah ke arah halte).
Riko mengangkat bahu, lalu kembali melajukan sedan mungil, sedang Dinar diam, tak bereaksi.
CUT TO
29. INT. RUMAH ASRI, KAMAR ASRI – MALAM
Dengan memakai baju tidur tampak Asri telentang di pembaringan menatap langit-langit, wajahnya tampak geram.
ASRI (V.O.)
Sial, cinta Dinar dengan Kak Riko bisa awet, terus berlanjut sampai Dinar dan gue kuliah. Ini nggak bisa dibiarkan. Gue harus cari jalan untuk bisa menghancurkan hubungan cinta keduanya. Cinta Dinar dengan Kak Riko harus putus.Harus!
CUT TO
30. EXT/INT. KAMPUS ASRI, HALTE DEPAN KAMPUS & BIS KOTA – SIANG
Tampak Asri dan beberapa temannya yang baru pulang kuliah sedang mnunggu bis kota. Kemudian muncul bis kota. Kenek bis kota berteriak-teriak menyebutkan rute yang akan dilalui oleh bis kota.
ASRI
(menatap teman-temannya)
Gue duluan, ya. (melambai-lambaikan tangan) Da dah...
Teman-teman Asri membalas lambaian tangan Asri dengan riang dan Asri naik ke dalam bis kota.
Bis kota itu agak sepi, penumpangnya tidak terlalu banyak dan Asri dapat duduk di bangku paling depan.
Saat bis kota kembali melaju, seseorang yang duduk di samping Asri (Bu Fety, guru bahasa Inggrisnya Asri waktu SMA), menegur.
BU FETY
Asri...
Asri menoleh pada Bu Fety.
ASRI
(senyum)
Bu Fety...
BU FETY
Kamu kuliah di Universitas Langlangjagat ngambil apa, As?
ASRI
Hukum
BU FETY
Wah hebat, bakal jadi ahli hukum.
Asri tersenyum sambil mengamati tas cukup besar yang dibawa oleh Bu Fety.
ASRI
Bu Fety pulang mengajar atau baru dari belanja?
BU FETY
Pulang mengajar, lalu belanja ke Pasar Senen.
ASRI
Wah, ngeborong ya, Bu?
BU FETY
Ah, nggak. Hanya ada beberapa barang yang perlu dibeli, untuk persiapan pernikahan saya dengan Pak Apung.
ASRI
(gembira)
Oh, Bu Fety jadi menikah dengan Pak Apung? (menjabat tangan Bu Fety)
Selamat ya, Bu.
BU FETY
Terima kasih.
Bis kota berhenti di sebuah halte. Beberapa penumpang ada yang turun, kenek berteriak-teriak menyebut rute yang akan dilewati oleh bis kota, lalu ada dua orang laki-laki yang naik ke dalam bis kota. Dan bis kota kembali melaju.
Bu Fety membuka tas yang dibawanya, lalu mengeluarkan beberapa kartu undangan pernikahannya dan menyodorkannya pada Asri.
BU FETY
Asri, ini undangan untuk kamu, juga tolong sampaikan beberapa undangan ini untuk teman-teman SMA kamu yang lain, ya?
ASRI
(sambil menyambut kartu undangan itu)
Terima kasih, Bu. Nanti undangannya saya sampaikan juga pada teman-teman SMA lainnya.
CUT TO
31. INT. RUMAH ASRI, RUANG KELUARGA – SORE
Tampak Asri sedang membaca kartu undangan pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung. Selesai membaca Asri tampak berpikir, sedang tangan kanannya yang memegang kartu undangan bergerak-gerak. Lalu ia tampak girang.
ASRI (V.O.)
Resepsi pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung tanggal 12 November bersamaan dengan uang tahun gue. Aha, ini harus gue manfaatkan sebaik-baiknya. Ini momen yang tepat untuk menghancurkan hubungan cinta Dinar dan Kak Riko.
CUT TO
32. EXT. RUMAH DINAR, TERAS DEPAN – SIANG
Dinar sedang asyik membaca koran, kemudian tampak motor matic yang dikendarai Asri berhenti di jalanan depan rumah. Dinar mengangkat wajah dari bacaannya, lalu menatap ke arah Asri.
DINAR
(girang)
Hei Asri...
Setengah berlari Asri menghampiri Dinar, tas ukuran sedang berbentuk bulat yang bertengger di punggungnya tampak bergerak-gerak, lalu dua wanita itu berpelukkan dan saling mencium pipi.
DINAR
(sedikit heran)
Tumben lo main ke rumah gue?
Asri tidak segera menjawab, ia duduk di kursi di samping Dinar, lalu mengeluarkan kartu undangan pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung dari tas bulatnya.
ASRI
(menyodorkan kartu undangan pada Dinar)
Mau ngantar ini.
DINAR
(penuh hasrat ingin tahu)
Siapa yang nikah, lo?
ASRI
(berlagak marah)
Sembarangan. Bukan, Bu Fety dan Pak Apung.
DINAR
Oh, akhirnya dua guru kita waktru SMA dan paling galak itu menikah. Syukurlah kalau gitu.
ASRI
(menyelidik)
Lo pasti datang kan Din, ke resepsi pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung nanti?
DINAR
Ya, pasti datanglah. Insya Allah.
Tidak ingin “rencana jahatnya” diketahui oleh Dinar, Asri segera pamit.
ASRI
(sedikit tergesa)
Gue pamit, Din.
DINAR
Kok buru-buru, sih?
ASRI
(menepuk-tepuk tas bulatnya)
Mau ngantar kartu undangan ini ke Hesti dan teman-teman SMA kita yang lain.
DINAR
(mengangguk-angguk)
Sampaikan salam kangen gue sama teman-teman.
ASRI
Oke. Dah Dinar... (melambai-lambaikan tangan sambil melangkah ke motor maticnya,
Lalu tampak motor matic Asri melaju meninggalkan rumah Dinar).
Dinar membaca kartu undangan pernikahan Bu Fety dan Pak Apung, kemudian
senyum tipis terlihat di bibirnya, angannya melayang jauh...
DINAR (V.O.)
Seandainya kelak gue jadi menikah dengan Kak Riko, oh, alangkah indahnya...
Kemudian Dinar memejamkan mata dan bayangan-bayangan indah berkelebat di benaknya, tentang:
DISSOLVE TO
MONTAGE SHOT
1. INT. SEBUAH GEDUNG – SIANG: Tampak acara akad nikah Dinar dengan Riko yang sederhana, tapi penuh khidmat.
2. EXT. RUMAH MUNGIL – SIANG: Dinar dan Riko bergandengan mesra melangkah di halaman depan menuju ke arah rumah.
3. INT. RUMAH MUNGIL, RUANG KELUARGA – SORE: Dinar dan Riko tengah bercanda dengan dua anak mereka yang masih kecil (balita).
END OF MANTAGE SHOT
DISSOLVE TO
Lalu tampak Dinar perlahan-lahan kembali membuka mata dan ia tersenyum (malu pada diri sendiri karena angannya telah melayang terlalu jauh.) Lalu Dinar mengambil HP dan mengontak Riko.
RIKO (O.S.)
Assalamualaikum, Dinar, Non Cantik. Ada apa, nih?
DINAR
(lembut)
Waalaikumssalam. Kak Riko, malam Minggu depan ada acara spesial buat kita, lho. Guru SMA kita, Bu Fety dan Pak Apung menikah.
CUT TO
33. INT/EXT. RUMAH RIKO, RUANG TAMU – SIANG
Tampak Riko sedang duduk di kursi sambil bicara via HP
RIKO
Oh Ratu dan Raja Killer itu akhirnya menikah juga. Wah, Kalo gitu kita harus datang. (semangat) Biar galak, keduanya baik hati, murah memberi nilai saat ulangan. Apalagi keduanya guru SMA kita yang paling telat menikah. Karena itu kita patut ikut memberi restu atas pernikan itu.
DINAR
Oke. Kalo gitu, waktu apel ke rumah saya malam Minggu depan, Kak Riko jangan lupa pakai baju batik.
RIKO
(serius)
Oke, oke. Sun jauh ya, muuaah...
Saat Riko meletakkan HP di atas meja, terdengar bel berdering, maka Riko beranjak, membuka pintu, lalu tampak Asri berdiri di sana. Kontan wajah Riko sangat berseri-seri.
RIKO
Hei Asri, tumben mau main ke rumahku?
ASRI
(berlagak akan pergi meninggalkan rumah Riko)
Nggak boleh, nih?
RIKO
(cepat/memotong)
Boleh-boleh... Ayo silakan masuk...
Asri masuk, lalu duduk berhadap-hadapan dengan Riko.
ASRI
Aku mau ngundang nih, Kak Riko
RIKO
Acara apa?
ASRI
Pesta ultahku. Kak Riko bisa datang, kan?
RIKO
Kapan?
ASRI
Malam Mingu depan.
Riko diam, ia teringat janjinya pada Dinar, untuk datang ke acara resepsi pernikahan Bu Fety dan Pak Apung.
ASRI
(mendesak, sekaligus merayu)
Datang ya, Kak Riko. Kalau Kak Riko nggak datang, acara pesta ultahku lebih baik aku batalkan...
Riko masih diam, hatinya masih bimbang, antara menepati janji pada Dinar atau memenuhi undangan Asri.
RIKO (V.O.)
Duh, gue jadi bingung,nih...
ASRI
(terus merayu)
Datang ya Kok Riko, dampingi aku menerima para tamu... (memajukan tubuhnya ke depan, hingga lebih dekat ke Riko) Sekali ini saja, bantu aku Kak Riko. Ya Kak Riko? Ya Kak Riko...?
Hati Riko luluh, jiwa playboynya muncul.
RIKO (V.O.)
Ah, masalah janji dengan Dinar untuk menghadiri resepsi pernikahan Bu Fety dengan Pak Apung bisa diatur nanti...
RIKO
Oke, oke, aku mau memenuhi undanganmu..
Asri menghela nafas lega dan tersenyum lebar.
CUT TO