Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LOCKDOWN
Suka
Favorit
Bagikan
4. Elevenium (Part 4)

36. INT. CAFE - MALAM

Andien dan Deva makan bersama. 


DEVA

Jadi, lo ngira mereka ngomongin lo? 


ANDIEN

Bukan mereka. 
Tapi diri gue sendiri. 


Deva terenyak.


ANDIEN (CONT'D)

Gue benci dipandang sebelah mata.


Deva lalu melihat Andien. 


ANDIEN (CONT'D)

Sekalipun mereka nggak pernah bilang apa-apa ....


DEVA

Lo tau dari cara mereka ngelihat lo?


ANDIEN

Hmm ....


Deva mengangguk sebentar lalu makan lagi. 


DEVA

(kembali melihat Andien)

Ajarin gue. 


ANDIEN

Ajarin apa?


DEVA

Baca pikiran orang. 


ANDIEN 

(tersenyum)

Lo fikir gue paranormal?


DEVA

Tapi kemampuan itu kadang berguna. 


ANDIEN

Gue nggak bisa baca pikiran. 
Cuma nebak.

(lalu melihat seorang laki-laki yang duduk di dekat meja kasir)

Lo lihat cowok itu.


DEVA

(melihat apa yang dilihat Andien)

Yang pake jaket cokelat itu?


ANDIEN

Hmm .... 

(melanjutkan makan)

Apa yang lo lihat dari dia?


DEVA

(memperhatikan laki-laki itu)

Kelihatannya lagi nunggu orang, dia bolak-balik lihat jam tangan. 


Andien tersenyum, kembali melihat laki-laki tadi. 


DEVA

Badannya kurus kecil. 
Mungkin dia nggak suka olah raga. 
Kelihatannya juga perokok. 


POV ANDIEN : Puntung rokok yang masih berasap di asbak di meja laki-laki itu. 


ANDIEN

(hampir tertawa, kembali melihat Deva)

Itu bukan kelihatannya lagi, tapi kelihatan jelas!


DEVA

(tertawa)

Menurut lo sendiri, dia orang yang gimana?


ANDIEN

(bersandar di kursi, memikirkannya

Menurut gue ... Bisa aja dia orang yang ...
Punya pengetahuan luas. 
Aktif. 
Ambiver. 


Deva tersentak masih melihat Andien. 


ANDIEN

Suka baca buku. 


Deva masih tidak mengerti. 


ANDIEN (CONT'D)

Mungkin juga suka musik. 


Deva masih terenyak. 


ANDIEN (CONT'D)

Suka jadi pusat perhatian juga pujian. 
Tapi dia baik dan mau berbagi sama orang lain. 
Kadang arogan juga kalau menyangkut persaingan. 

(melihat laki-laki itu, lalu Deva)


DEVA

Gimana cara lo tau?


ANDIEN

Dia mirip temen gue waktu SD. 
Temen-temen manggil temen gue Harry Potter, karena dia pake kacamata. 


DEVA

(tersentak, tidak habis pikir)

Mirip apa? Wajahnya?


ANDIEN

Hmm ....

(mengangguk)


DEVA

Tapi belum tentu sama-sama suka baca buku, kan?


ANDIEN

Gue kan bilang bisa jadi. 
Belum pasti. 
Dan lo lebih objektif daripada gue. 


Deva tersenyum. 


ANDIEN (CONT'D)

Setiap kali gue ketemu orang baru, gue selalu inget sama orang lain yang punya wajah hampir sama.
Kalaupun nggak inget,
Gue bakal berusaha cari tau dia mirip siapa. 


DEVA

Buat apa?


ANDIEN

Nggak tau. 
Gue suka aja.
Lihat bentuk wajahnya. Alisnya. Matanya. Suaranya. Gaya bicara dan gerakan yang lain. 
Kadang gue nggak bisa tahu saat itu juga. 
Tapi, hampir selalu ketemu. 


Deva serius mendengarkan. 


ANDIEN (CONT'D)

Dan akhirnya, gue bakal inget hal-hal yang pernah dilakuin orang yang mirip sama dia. 
Gimana sikapnya ke gue. 
Sikapnya ke orang lain. 
Caranya hadapin masalah. 
Semuanya yang pernah gue tau tentang orang itu, bakal ngaruh ke orang yang baru gue temuin. 

(lalu mengalihkan pandangan)

Gue simpulin, setiap orang yang punya wajah hampir sama, karakter mereka juga nggak jauh beda. 


DEVA 

Pendekatan karakter.

(sambil masih berpikir)


ANDIEN

Dan sialnya ...


Deva kembali melihat Andien. 


ANDIEN (CONT'D)

Gue sering kebawa karakter mereka. 


DEVA

Maksud lo? 


ANDIEN

Saat semua hal tentang orang itu gue perhatiin terus-menerus. 
Gue jadi berpikir dari sudut pandangnya dia. 


DEVA

(tersentak)

Lo bisa tau rencananya?


ANDIEN

Kadang.

(jeda)

Kalau satu orang aja mungkin gampang, Dev. 
Lo tau sendiri yang gue lihat tiap hari lebih dari itu. 


DEVA

Lo pasti capek.


ANDIEN 

Lo tau itu. 


DEVA

Lo cuma nggak harus perhatiin semua orang. 


Andien lalu makan snack. 


ANDIEN

Kenapa kita tetep dibayar padahal nggak ada kasus sama sekali?


DEVA

Jangan buat gue ngerasa makan gaji buta.


ANDIEN

(tidak habis pikir)

Tapi ini udah sebulan lebih!


DEVA

Mungkin banyak yang udah tobat.


ANDIEN

Nggak selingkuh lagi?


DEVA 

Mungkin.


ANDIEN

(tersenyum)

Dan para orang tua nggak kepo lagi sama kehidupan anaknya.


SFX : Denting ponsel Deva. 


Deva melihat pesan masuk di ponselnya, sementara Andien makan snack.


DEVA

Panjang umur.


Andien kembali melihat Deva.


DEVA (CONT'D)

Para orang tua.

(tersenyum melihat Andien)


Andien yang mengerti maksud Deva ikut tersenyum.


CUT TO :


37. EXT. LAPANGAN TEMPAT KONSER MUSIK — MALAM

Andien dan Deva berada di tengah kerumunan penonton.

 

ANDIEN

(berbicara melalui ear mic)

Lo di mana?


DEVA

Arah jam 4.

 

Andien menoleh, tersenyum setelah menemukan Deva.

Andien kembali melihat sekelompok remaja yang sedang bercanda agak jauh di depannya.


MC

Kita hitung sama-sama ya.

(mengomando penonton dari panggung)

Lima ...


SFX : Dering ponsel Deva.


Deva menerima telfon dari temannya.


MC & PENONTON

Empat ... Tiga ...


DEVA

Gue?
Tahun baruan lah. Kenapa?

(lalu tersentak)


MC & PENONTON

Satu.


SFX : Suara terompet serentak berbunyi.

 

Kembang api meluncur tidak setinggi biasanya, lalu meledak mengesankan penontonnya.


CUT BACK TO :


ANDIEN

Apa mereka nggak punya warna lain?


POV ANDIEN : Rentetan kembang api berwarna toska meledak dan kilauan materinya segera melayang rendah.


Listrik di sekitar mendadak padam, mengejutkan banyak orang. 

Seorang artis di panggung bergegas turun, lalu muntah.

Andien melihat remaja yang menjadi targetnya limbung, menimpa temannya yang muntah. Dia sendiri merasa mual. Deva bergegas menghampirinya.


DEVA

Andien!


Andien lalu melihat Deva.

Deva memakaikan syal pada Andien, menggunakannya untuk menutupi mulut dan hidung. Dia sendiri memakai sweaternya untuk itu, lalu mengajak Andien melewati kerumunan yang mulai tak terkendali karena banyak orang muntah juga pingsan.


CUT TO :


Deva dan Andien baru saja masuk ke dalam mobil.


DEVA

Shit!

(melihat kerumunan orang di depan)


ANDIEN

Sebenernya ada apa?

(masih merasa pusing, lalu tidak bisa menahan lagi)


Deva melihat Andien keluar dari mobil, lalu muntah di sisi jalan.

Deva memberi Andien air mineral. Andien memakai air itu untuk membersihkan diri.

Andien dan Deva kembali ke mobil.


SFX : Sirine mobil polisi.


Mobil polisi membubarkan kerumunan penonton. Deva perlahan melajukan mobilnya.


CUT TO :


38. EXT. JALANAN - MALAM

Mobil Deva melaju dengan lamban, mencari jalan.


DEVA

Barusan gue dapat telfon dari temen.
Ada laporan dari polisi tentang sabotase kembang api.

(jeda)

Pelakunya menukar kembang api yang serupa tapi isinya beda.


ANDIEN

(lalu melihat Deva)

Radioaktif?


DEVA

Ya. Bener-bener terlambat.


Andien melihat banyak orang terkulai lesu di pinggir jalan. Sementara di sisi lain, petugas berkeras menyuruh mereka yang masih bisa berjalan untuk menjauhi lapangan.

Jalanan mulai lengang. Deva menambah kecepatan mobilnya.


CUT TO :


LS : Mobil Deva menepi, lalu berhenti.


Deva keluar dari mobil, lalu muntah di sisi jalan. Andien hanya bisa memandangnya sayu, lalu pingsan.


CUT TO :


39. EXT. JALANAN DI IBUKOTA - MALAM

ESTABLISH—JALANAN DI IBUKOTA LENGANG, TAMPAK SISA-SISA KERUSUHAN ACARA TAHUN BARU


Sebuah helikopter diterbangkan untuk menyemprotkan cairan dekontaminasi di jalanan dan bekas panggung hiburan.


CUT TO :


40. INT. APARTEMEN DEVA - MALAM


BCU : Siaran berita di TV :


PEMBAWA BERITA

Informasi terkini yang didapat dari BAPETEN, tingkat radiasi di setiap zona inti sudah menurun drastis. Yang sebelumnya 1200 mSv, menjadi 800 mSv. Dan diperkirakan akan meluruh total setelah enam jam. Pemerintah menghimbau agar warga Jakarta yang belum dievakuasi untuk tetap berada di dalam rumah.

 

Lucky bersembunyi di balik selimut.


LUCKY

Radiasi?

(bergegas menelfon Deva)


SFX : Nada tunggu dari nomor Deva.


CUT BACK TO DEVA & ANDIEN :


Deva dan Andien berada di dalam mobil. Keduanya pingsan.

Mobil ambulance datang. Seorang petugas medis keluar dari sana, menghampiri mobil Deva.


PETUGAS MEDIS

Di sini!

(memanggil teman agar membantunya)


Petugas lain bergegas mengeluarkan stretcher untuk mengangkat Andien dan Deva ke dalam ambulance.



*to be continue to Episode 2


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)