Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LOCKDOWN
Suka
Favorit
Bagikan
2. Elevenium (Part 2)

12. INT. RUMAH REFFRAIN. RUANG TAMU - MALAM

Reffrain membuka pintu, penuh tanya melihat Detektif Arsa (30 thn). Begitu pula sebaliknya.


DETEKTIF ARSA

Reffrain?


CUT TO :


DETEKTIF ARSA

Ayahmu pasti lupa punya janji ....

(melihat foto-foto yang dipajang di dinding)


POV DETEKTIF ARSA : Foto Rocky, ayah Reffrain sedang berada di atas perahu, memakai baju selam lengkap, mengacungkan jempol—foto Reffrain dan Rocky saat menyelam di bawah laut—foto Reffrain kecil dengan kedua orang tuanya. 


REFFRAIN

Ya. Kelihatannya mendadak.

(lalu teringat sesuatu, beranjak mengambil sesuatu dari kantong plastik)

Maaf ... cuma ada ini.


DETEKTIF ARSA

(melihat teh kotak di tangan Reffrain)

Oh ... nggak usah repot-repot!


Reffrain meletakkan sekotak teh dengan sedotan di meja, lalu duduk. 


DETEKTIF ARSA (CONT'D)

(lalu duduk)

Saya cuma mau menyampaikan sesuatu ....
Tapi, apa ayah kamu pernah cerita tentang saya?


Reffrain menggeleng.


DETEKTIF ARSA

Saya nggak tau ini boleh disampaikan langsung sama kamu atau nggak.
Tapi, menurut saya lebih cepat akan lebih baik.
Kamu bisa konfirmasi ke ayah nanti.


REFFRAIN

Tentang?


DETEKTIF ARSA

Archen.


REFFRAIN

Kenapa Archen?


DETEKTIF ARSA

Jadi ... saya detektif yang diminta ayah kamu menyelidiki latar belakang Archen.
Dia mau memastikan kamu berada di tempat yang tepat.


REFFRAIN

Dan ternyata nggak?


DETEKTIF ARSA

(memikirkannya sebentar)

Ya ....
Saya menemukan beberapa kejanggalan.

(jeda)

Archen melakukan rekayasa. 


Reffrain masih tidak bisa percaya.


DETEKTIF ARSA (CONT'D)

Pada Hak Paten Elevenium ....
Perizinan penambangannya juga. 


REFFRAIN

Ini nggak masuk akal.

(menggeleng, lalu melihat Detektif Arsa)


DETEKTIF ARSA

(membuka laptop, lalu menyalakannya)

Kenapa rumah sakit yang bekerja sama dengannya kebanyakan ada di luar negeri?


REFFRAIN

Karena lebih susah melobi orang Indonesia?


DETEKTIF ARSA

(mengetikkan password di laptop, lalu melihat Reffrain)

Karena itu semua bohong.
Elevenium tidak digunakan untuk tujuan kesehatan.


Reffrain tercekam memikirkannya.


DETEKTIF ARSA

(mencari file di laptop)

Saya cuma minta kamu pura-pura nggak tau soal ini ....
Tunggu sampai semuanya siap.

(menggeser laptop, menunjukkan satu berkas pada Reffrain)


Reffrain melihatnya. 


CUT TO :


13. INT. KANTOR - PAGI

Deva memberikan tumpukan berkas pada Andien.


DEVA

Ini kasus-kasus lama.
Tertulis gimana cara mengatasi kendala di lapangan.
Perhatiin keduanya ....
Yang berhasil dan yang gagal.
Biar nggak mengulangi kesalahan yang sama.
Semua nama disamarkan di sini. 


Andien membaca berkas itu.


DEVA (CONT'D)

Lo harus baca semua ini dulu baru kita ke lapangan.


ANDIEN

Hari pertama gue bahkan langsung di lapangan.


DEVA

(lalu duduk)

Itu cuma tes. 
Seberapa banyak yang lo tau tentang pekerjaan ini.


ANDIEN 

(melihat Deva sebentar)

Siapa yang mutusin peran kita?


DEVA

Kalo lo cukup bagus. 
Lo bisa kasih saran.


ANDIEN

Jadi biasanya Pluto?


Deva mengangguk. 


CUT TO :


14. EXT. DEPAN KANTOR. MOBIL SEWAAN - SIANG

Andien bersiap menyetir mobil. Deva baru masuk di belakang.


ANDIEN

(melihat Deva dari spion tengah)

Kenapa duduk di belakang?


DEVA

Biar lebih meyakinkan.


Andien melajukan mobilnya.


CUT TO :


15. EXT. JALANAN. DEPAN KANTOR TARGET/JALAN RAYA. MOBIL ANDIEN - SIANG

Andien menunggu target (laki-laki 30 thn) masuk dan melajukan mobilnya pergi, baru mengikutinya dengan hati-hati.


DEVA

(melihat Andien menyetir dengan cara yang tidak biasa)

Lo bilang bisa nyetir.


ANDIEN

(memastikan posisi targetnya)

Baru kali ini gue nyetir sambil buntutin orang.


DEVA

Relax.


Andien menarik napas, mengembuskannya perlahan.


DEVA

(hampir tertawa melihat wajah tegang Andien)

Lo lebih santai kalo sendirian.


ANDIEN

Ya. kenapa lo nggak turun aja?


DEVA

(mengalihkan pandangan ke luar jendela)

Apa di orderan nggak jelas gue turun di mana?


ANDIEN

(hampir tertawa, lalu menyadari sesuatu)

Dia udah belok dua kali.


DEVA

Jaga jarak.
Kecuali dia buronan, dia nggak akan sadar. 


ANDIEN

Oke.

(fokus menyetir)


CUT TO : 


16. EXT. DEPAN RESTORAN/JALANAN DI SEKITAR RESTORAN - SIANG

Target Andien turun dari mobilnya. Dari dalam mobil, Andien memotretnya menggunakan ponsel. 

Target berjalan, menjauh dari restoran. Andien melihat Deva keluar dari mobil. Dia ikut keluar, tapi berjalan ke arah yang berbeda dengan Deva. 

Andien mengikuti target sendirian.


SUARA PEREMPUAN DARI KEJAUHAN

Ngapain sih dia?
Sok banget!


Andien melihat orang yang datang dari arah berlawanan dengannya, lalu kembali melihat target. 


SUARA LAKI-LAKI DARI KEJAUHAN

Dia pikir dia keren?


Andien menghela napas, melanjutkan langkah. Tapi di depannya, target berhenti, mengamati keadaan di sekitar. 

Andien terus berjalan, sembari melihat suasana sekitar. Dia lalu berhenti untuk membeli minuman di kedai kecil. 

Andien melihat targetnya sudah jauh, bergegas membayar, lalu kembali membuntuti. Tapi dia kehilangan jejak. Dia melihat sekeliling, mencari.


SUARA PEREMPUAN DARI KEJAUHAN

Sama sekali nggak kompeten.


Andien menghela napas kesal. 


ANAK LAKI-LAKI (12 tahun)

Om!


Andien menoleh ke asal suara. 


POV ANDIEN : Target bertemu dengan seorang anak di taman.


Andien lalu menelepon Deva. 


ANDIEN

(berbicara di telepon)

Lo di mana?


INTERCUT WITH DEVA 


DEVA

(duduk di kursi di pinggir jalan)

Gue kan udah bilang kita berpencar.


ANDIEN

(berjalan melewati target)

Gue udah di taman.
Lo lama banget sih?


DEVA

(memikirkannya)

Oke. Gue ke sana.


Andien lalu duduk agak jauh di seberang target. 


ANDIEN

Nih. Kalo nggak percaya!

(melihat ponsel, tapi sebenarnya sedang memotret target)

Buruan!


CUT TO :


17. INT. CAFE - MALAM

Andien dan Deva sedang makan bersama.


DEVA

(membaca pesan di ponsel)

Cewek rambut panjang, berponi, baju cokelat, jaket, jus jeruk.
Cowok lebih tinggi dari cewek, jaket abu-abu, sneakers, topi, wajah tampan berseri.


Andien meraih ponsel Deva, melihatnya.


DEVA (CONT'D)

Sebenernya kita yang ngawasin dia atau sebaliknya?


POV ANDIEN : Layar ponsel Deva : Screenshot pesan.


ANDIEN

(melihat pesan di ponsel Deva)

Tampan berseri?

(tidak habis pikir melihat Deva sembari mengembalikan ponsel)


DEVA

Tadi terlalu deket. 
Lo lihat sendiri nggak ada orang selain kita di sekitarnya. 
Gimana dia nggak curiga?


ANDIEN

Ya. 
Tapi gue nggak mungkin tiba-tiba pergi sebelum lo dateng. 
Dia bisa lebih curiga. 

(mengalihkan pandangan sebentar, lalu menatap Deva)

Dan ....
Dia udah dikasih tau kalau bakal diikutin. 
Bisa jadi dia curigain semua orang. 

(bersandar di kursi)

Kebetulan kita yang paling kelihatan. 
Dia harus nebak, kan?


DEVA

Nggak harus. 

(minum sebentar)

Tapi dia pasti penasaran. 


ANDIEN

(memikirkannya)

Gue sempet kehilangan dia tadi. 
Karena dia tiba-tiba lihat sekeliling, dan gue berhenti buat beli minum.


DEVA

Nggak ada antrian, kan?


ANDIEN

Nggak. Lo belum nyadar apa yang dia tulis?


DEVA

(tersenyum)

Jus?


Andien mengangguk, tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. 


DEVA (CONT'D)

Jadi lo panik?


ANDIEN

Ya. 


DEVA

Jangan beli apapun. 
Cek handphone atau tas aja kalau mau berhenti?


ANDIEN

Oke.


CUT TO :


18. INT. RUMAH REFFRAIN - SIANG

Reffrain baru saja masuk ke dalam rumah, meletakkan barang belanjaan, lalu minum. 


REFFRAIN (V.O)

(mengirim pesan untuk ayahnya)

Ayah aku balik hari ini.


Reffrain beranjak membuka lemari penyimpanan, lalu menata makanan yang baru dia beli.


SFX : Dering ponsel Reffrain.


REFFRAIN 

(menjawab panggilan telepon)

Ya ....

(jeda)

Nggak masalah. 

(jeda)

Aku yang marah ke ayah kalau terlalu lama nyembunyiin semua ini. 

(mengernyitkan dahi)

Karena ayah pikir aku bisa ngacauin semuanya? 

(melanjutkan menata barang)

Oke. Aku udah bilang mau bantu sebisaku.
Mungkin butuh bukti yang lebih nyata?

(jeda, lalu menghela napas)

Gimana aku bisa percaya, Ayah? Dia baik banget!


Makanan dalam kemasan yang ditata Reffrain terlihat berderet rapi, sesuai kategori.


REFFRAIN

(melihat makanan itu, lalu menutup pintu lemari)

Ya. 
Harus dicoba.

(jeda)

Siapa yang nggak?

(jeda)

Oke. Ayah hati-hati.

(jeda)

Bye ....


Reffrain terduduk, sedih.


CUT TO :


19. INT. RUMAH ARCHEN - SORE

Reffrain baru datang, melihat Archen berbincang dengan temannya di teras samping. Dia terenyak memikirkan sesuatu.


CUT TO : 


20. EXT. RUMAH ARCHEN. TERAS LANTAI 2 - PAGI

Reffrain duduk, sambil melihat pemandangan sekitar. Dia terlihat sedih. 

Tak lama kemudian, Tomy (28 thn) datang sambil membawa buku sketsa dan pensil, duduk di sudut lain, melihat pemandangan. Reffrain melihatnya.


TOMY

(tersentak saat melihat Reffrain)

Hey!


Reffrain tersenyum simpul melihatnya.


TOMY

(mengalihkan pandangan)

Aku pikir kamu masih libur?


REFFRAIN

Maunya sih gitu.
Tapi ayahku nggak ada di rumah. 
Jadi aku sendirian.


TOMY

(melihat Reffrain sebentar)

Oh ....

(mulai menggambar)


REFFRAIN

Kakak udah berapa lama kerja di sini?


TOMY

Emm ... sepuluh tahun mungkin.


REFFRAIN

Wah ....

(memikirkannya)

Betah juga.


TOMY

(tertawa ringan)

Aku nggak punya ijazah, beruntung Archen mau nerima.


REFFRAIN

Sebagai?


TOMY

(tersentak melihat Reffrain)

Sebagai ....
Ilustrator untuk perusahaan Lyla.


REFFRAIN

(mengerti)

Kakak pasti jago.


TOMY

(tersenyum melihat Reffrain, lalu melanjutkan menggambar)

Nggak juga.
Kamu sendiri gimana?
Betah di sini?


REFFRAIN

(mengalihkan pandangan, sedih)

Aku suka. 


Tak lama kemudian, mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. Tomy masih menggambar.


REFFRAIN

(melihat Tomy)

Boleh lihat gambarnya?


TOMY

Belum.


Reffrain mengangkat alis, tersenyum.


REFFRAIN

Kalau gitu aku ke dalam dulu.

(beranjak dari duduk)


TOMY

Oke.


Reffrain masuk ke dalam rumah.


CUT TO :


21. INT. LABORATORIUM ARCHEN - PAGI

Reffrain berjalan sambil melihat barang-barang di laboratorium. Dia lalu berhenti, teringat kata-kata Detektif Arsa. 


PROFESOR ELBERT

Pagi ...

(berjalan melewati Reffrain, menghampiri lemari perlengkapan)


REFFRAIN

Pagi, Prof. 


CUT TO :


22. INT. RUMAH ARCHEN. RUANG MAKAN - PAGI

Reffrain sedang makan sendirian. Tiba-tiba ada yang meletakkan secarik kertas di dekatnya. 

Reffrain mengambilnya, terpana melihat gambar di kertas itu. Dia lalu melihat Tomy naik ke lantai dua.


REFFRAIN

Ini buat aku?


TOMY

Ya.

(sambil menaiki tangga, tidak melihat Reffrain)


REFFRAIN

Makasih!

(melihat Tomy menghilang di tikungan, lalu kembali melihat gambar Tomy)


POV REFFRAIN : Kertas dengan gambar Reffrain yang sedang tersenyum, melihat langit. 


Reffrain tersenyum melihatnya.


CUT TO :


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)