Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
LOCKDOWN
Suka
Favorit
Bagikan
3. Elevenium (Part 3)

23. INT. GEDUNG PEMERINTAHAN/DEPAN RUANG KERJA SYAHRIR - PAGI

Tama (28 thn) berjalan sambil melihat keadaan di sekitar.

POV TAMA : Hanya ada satu-dua orang yang lewat di kejauhan. 


Tama berhenti di depan ruang kerja Syahrir. Tapi dia tersentak melihat seorang cleaning service membuka pintu ruangan itu dari dalam. 

Tama tersenyum, membiarkan cleaning service itu lewat, sementara dia masuk, lalu menutup pintu ruangan dari dalam. 


CUT TO : 


24. INT. GEDUNG PEMERINTAHAN. RUANG KERJA SYAHRIR - PAGI

Tama bergegas menempatkan penyadap di dalam vas bunga. Dia lalu berhenti untuk melihat sebuah lukisan. 


CUT TO : 


25. INT. GEDUNG PEMERINTAHAN. DEPAN RUANG KERJA SYAHRIR/RUANG KERJA TAMA - PAGI

Tama baru saja keluar dari ruang kerja Syahrir, menutup pintu, lalu berjalan menuju lorong. Dia terlihat percaya diri, saling berbalas senyum dengan orang yang berpapasan dengannya. 

Tama menuruni tangga, berbelok, keluar gedung. Dia berjalan sambil mengetik pesan di ponsel. 


Pesan yang diketik Tama :

Done.


Setelah mengirim pesan itu, dia menyimpan ponselnya di saku. 


CUT TO : 


26. INT. GEDUNG PEMERINTAHAN. RUANG KERJA SYAHRIR - SIANG

BCU : Jam dinding menunjukkan pukul 11.05


Pintu ruangan dibuka dari luar oleh Syharir (40 thn). Dua orang yang menyusul masuk ke dalam ruangan bersamanya adalah Mario (40 thn) dan Saman (35 thn).

Syahrir mempersilakan Mario dan Saman duduk, lalu melihat vas bunga di meja kerja. Dia terenyak sebentar, lalu berjalan ke ambang pintu. 


SYAHRIR

Rin ....

(memanggil sekretarisnya yang berada di luar ruangan)


KARINA

Ya, Pak?

(menghampiri Syahrir)


SYAHRIR

Siapa yang taruh bunga di situ?

(menunjuk vas bunga)


KARINA

Memang biasanya di situ, Pak.


SYAHRIR

Ambil. 

(sembari masuk ke dalam ruangan)


Karina (25 thn) ikut masuk, mengambil vas bunga itu.


SYAHRIR (CONT'D)

Tamu kita ini alergi bunga asal kamu tau. 


KARINA

Ini artifisial, Pak. Aman.


SYAHRIR

Kalau saya bilang alergi itu artinya dia nggak mau lihat bunganya.


MARIO

(tertawa mendengarnya)

Nggak apa-apa.
Santai aja. 


Karina membawa vas bunga itu, lalu menutup pintu dari luar.


SYAHRIR

(lalu duduk)

Maaf ya ....
Sekretaris baru, banyak protes.


MARIO

Wah. Cocok dong sama kamu yang udah pikun. 


SYAHRIR

Sembarangan kamu!
Jadi gimana?
Coba aku lihat desainnya. 


Saman mengeluarkan berkas, menunjukkannya pada Syahrir. 


CUT TO :


27. INT. GEDUNG PEMERINTAHAN. RUANG KERJA TAMA - SIANG

Tama sedang bekerja, tapi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dia heran melihat siapa yang menelepon. 


TAMA 

(menjawab panggilan telepon)

Aku telfon balik nanti. 

(jeda)

Oke. 


Dia lalu melihat ponselnya, bermaksud mengetikkan pesan. Tapi ada pesan masuk dari Bry.


Layar ponsel Tama : Pesan dari Bry : 

Kamu taruh di vas bunga?


Tama membalas :

Ya. 


Bry membalas : 

Sekarang cuma ada Resepsionis jawab telfon sepanjang waktu. 


Tama tersentak, lalu membalas :

Aku punya cadangan. 

Tunggu.


Tama mencari data di ponselnya, lalu mengirimkan pesan berisi Link pada Bry.

Tama melihat ke sekitar, waspada.


Pesan masuk di ponsel Tama : 

Good job.


Tama menghela napas lega. 


CUT TO :


28. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR DEVA - PAGI

ON SCREEN : Sembilan bulan kemudian ....


BCU : Koper yang baru saja ditutup Deva. 

Deva melepas stiker yang ada di koper, lalu membuangnya. Dia lalu menempatkan koper itu di satu sisi. 

Deva membawa bungkusan berisi snack keluar kamar.


CUT TO :


29. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. DEPAN KAMAR ANDIEN - PAGI

Deva berjalan menuju kamar Andien, bermaksud mengetuk pintunya. Tapi ternyata pintu itu sudah setengah terbuka. 


DEVA

Dien.

(melongokkan kepala ke dalam ruangan, melihat ke kanan-kiri—tidak ada siapapun—lalu masuk, melihat laptop yang menyala di sudut ruangan)


CUT TO :


30. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR ANDIEN - PAGI

Deva duduk, terenyak melihat tulisan Andien di laptop.

Andien yang baru saja keluar dari kamar mandi, tersentak melihat Deva. Dia bergegas meraih laptopnya.

Deva lalu melihat Andien.


ANDIEN

Sejak kapan lo di sini?


DEVA

Belum lima menit.


Andien lalu melihat laptop yang dibawanya.


DEVA (CONT'D)

Tapi gue baca lumayan banyak.

(lalu menguap, dan bersandar di dinding)


Andien tidak habis pikir, lalu duduk dan meletakkan laptop di meja.


ANDIEN

Jangan sembarangan baca tulisan orang.


DEVA

Menurut lo kalo nggak ada gue laptop lo bakal aman?
Pintu nggak ditutup.


Andien sibuk dengan laptopnya.


DEVA (CONT'D)

(masih melihat Andien)

Lo nulis novel atau riwayat hidup?


ANDIEN

(tersentak melihat Deva)

Surat wasiat.


DEVA

(hampir tertawa)

Gue bawa keripik apel. 
Tau gitu gue beli vitamin C.
Sama biji bunga ....
Bunga apa tadi yang lo tulis?


ANDIEN

(menutup laptopnya kesal)

Mana keripik apelnya?


Deva menaruh beberapa bungkus keripik apel di meja. Andien segera membukanya.


ANDIEN (CONT'D)

Apanya yang menarik dari Malang? 

(lalu makan keripik)

Lo kan bisa liburan ke luar negeri? 


DEVA

Oh ya? 
Kalau bisa, mungkin gue nggak perlu pindah kos ke sini. 


ANDIEN

(tersenyum)

Jangan-jangan lo dapat tugas buat nyelidikin latar belakang gue?


DEVA

Ya. Gue ke sana nyari rumah lo. 


ANDIEN

Kenapa baru bilang waktu udah sampai? 
Takut gue ikut? 

(lalu melihat Deva)


DEVA

(menggeleng) 

Bukannya gue udah bilang, gue diajak temen?


Andien fokus makan. 


DEVA (CONT'D)

Jadi, lo mau banting stir jadi penulis novel detektif?


ANDIEN

Kenapa nggak?
Nilai bahasa gue waktu SMA lumayan.


DEVA

Kenapa nulis kisah hidup sendiri?


Andien tersentak melihat Deva.


DEVA (CONT'D)

Sekalipun lo ganti namanya, gue tau itu lo.


Andien mengabaikannya, melanjutkan makan.


DEVA (CONT'D)

Detektif mana yang buka identitasnya di depan banyak orang?


ANDIEN

Gue kan nggak bilang itu kisah nyata.


DEVA

Tapi gimana kalo ada orang lain yang tau?


ANDIEN

Gue bakal pakai nama pena juga.


DEVA

Lo masih inget semboyan BIN, kan?
Berhasil tidak dipuji.
Gagal dicaci maki.
Hilang tidak dicari.
Mati tidak diakui.


ANDIEN

(tidak habis pikir melihat Deva)

Lo fikir kita agent BIN?


DEVA

Lo sendiri yang bilang,
Harus profesional.
Bahkan kalau kita bukan agent CIA!


Andien terenyak sebentar, lalu melanjutkan makan.


DEVA (CONT'D)

(melihat laptop Andien, lalu Andien)

Jadi ... lo masih denger suara-suara misterius itu?


ANDIEN

Setiap hari gue berjuang dengan hal-hal kayak gini.
Suara-suara yang nggak bisa lo denger. 

(lalu melihat Deva)

Pemikiran-pemikiran yang nggak bisa lo mengerti.
Bahkan mungkin ... yang lo kenal selama ini itu cuma versi terbaik diri gue.


Deva terenyak.


CUT TO :


Deva baru saja keluar dari kamar Andien, lalu berbalik, melihat Andien bermaksud menutup pintu kamarnya.


DEVA

Selama ini gue pikir, hidup itu untuk menjadi versi terbaik diri kita.


Andien tersentak.


DEVA (CONT'D)

(tersenyum)

Dan kita berdua aktor.
Bukan penulis.


Andien terenyak melihat Deva melangkah pergi, naik tangga ke lantai tiga.


CUT TO :


Andien duduk di tempat tidur dengan laptop di pangkuannya.


DEVA (O.S)

Dan kita berdua aktor.
Bukan penulis.


Andien menghela napas panjang, lalu menghapus file novelnya.


CUT TO :


31. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA - PAGI

Andien keluar kamar untuk membuang sampah di kaleng besar di sudut yang dekat dengan tangga. 


PEREMPUAN 1 (O.S)

Sebenernya mereka pacaran apa gimana sih?
Risih banget gue lihatnya. 


PEREMPUAN 2 (O.S)

Sama. 
Madam Marisa pura-pura nggak tau lagi. 
Mentang-mentang kos bebas. 
Bukan berarti nggak ada peraturan sama sekali, kan? 


Andien kesal, melihat ke asal suara. 


POV ANDIEN : Tidak ada satu pun pintu kamar lain yang terbuka. 


Andien lalu berjalan menuju kamarnya, tapi dia berhenti sebentar, melihat ruang TV. 


POV ANDIEN : Ruang TV juga kosong.


PEREMPUAN 1 (O.S)

Kelihatannya aja polos. 


Andien masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu dari dalam. 


CUT TO : 


32. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR ANDIEN - PAGI

Andien menjatuhkan diri di tempat tidur, masih kesal. Tak lama kemudian, dia mengambil kardus kecil vitamin C dari lemari. 


ANDIEN

(membuka kotak vitamin)

Ck!

(melempar kotak kosong itu ke tempat sampah, lalu duduk bersandar di tempat tidur)


Andien mengetik pesan di ponselnya.


BCU : Layar ponsel Andien : Pesan untuk Deva :

Lo nyuruh gue berhenti nulis, apa mau tanggung jawab sama otak gue yang terlalu kreatif?


Send!


CUT TO :


33. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR DEVA - PAGI 

Deva berbaring di tempat tidur, membaca pesan dari Andien. 


DEVA

(hampir tertawa)

Kalau lo kreatif lo pasti punya jalan keluar lain. 

(mengetik pesan untuk Andien)


CUT BACK TO ANDIEN


SFX : Suara notifikasi pesan masuk di ponsel Andien. 


Andien mengambil ponselnya, melihat pesan dari Deva. Dia lalu mengetik balasan pesan.


BCU : Layar ponsel Andien :

Gimana kalo nanti kita latihan?


Tak lama setelah Andien mengirim pesan, ada pesan masuk lagi. Andien melihatnya. 


BCU : Layar ponsel Andien : Pesan dari Deva :

Boleh. 


CUT TO :


34. EXT. RUMAH KOS MADAM MARISA. DEPAN KAMAR ANDIEN - SORE

Deva mengetuk pintu kamar Andien, lalu melihat jam tangan. 

Dia kembali melihat pintu, bermaksud mengetuk lagi saat Andien membuka pintunya. 

Deva terpana melihat Andien tampil cantik dengan riasan wajah. 


ANDIEN 

(heran melihat Deva)

Kenapa?

(menutup pintu di belakangnya)


DEVA

Ng ... nggak. 
Lo bilang tadi latihan, kan?


ANDIEN

Takut bertarung sama cewek cantik?


Deva tersentak.


CUT TO :


35. INT. TEMPAT LATIHAN TAEKWONDO - SORE

Andien dan Deva sedang latihan Taekwondo. 


DEVA

Banyak penipu berwajah cantik.
Kenapa gue harus takut?

(menyerang Andien)


Andien membalas serangan Deva. Mereka terus berduel. 


CUT TO :

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)