Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. INT. RUMAH BIAN-KAMAR NAYA-MALAM
Naya sedang vidio call dengan ibunya
Naya
Ibu sehat kan disana?
Ibu Naya
Sehat sayang
Naya tersenyum
Ibu Naya
Emm..yang kamu bicarakan waktu itu seius Nay?
Naya
Apapun yang terjadi nanti, Ibu nggak usah terlalu mikirin yah! Fokus aja sama kesehatan ibu
Saat Ibu Naya mau menjawab tiba-tiba terdengar suara “Gubrak” Naya menoleh kaget.
Naya
Udah dulu ya Bu!
Vidio call ditutup. Naya mengecek keluar
2. INT. RUMAH IBU NAYA-KAMAR-MALAM
Ibu Naya batuk-batuk dan tiba-tiba asmanya kambuh. Ia segera mencari obat dan menghisapnya.
Setelah agak tenang Ibu Naya melihat foto Naya di kamarnya
3. INT. RUMAH BIAN-DI DEKAT PINTU-MALAM
Bian sudah dalam keadaan tersungkur dengan memar-memar di wajahnya. Naya terkejut seketika melihat itu.
Naya
Biaaaaan!
Naya menghampiri Bian dan berusaha membaringkannya. Sedang pandangan Bian sudah kabur
Cut to:
4. INT. RUMAH BIAN-KAMAR BIAN-PAGI
Naya membuka jendela. Bian bangun karena silau.
Naya
Ganti baju! Habis itu makan.
Bian hanya mendengarkan. Naya meninggalkan Bian
Cut to:
5. INT. RUMAH BIAN-DAPIR-PAGI
Bubur buatan Naya sudah siap di meja makan. Bian datang dengan baju baru.
Naya
Nih…
Bian melihat Naya sebentar lalu memakan bubur tersebut
Naya mengambil es untuk mengompres luka Bian
Naya
Eghm…sini
(Naya mulai mengompres memar di bawah mata Bian)
Bian
Tadi suruh makan! Sekarang di kompres! Gimana gue ngunyahnya?
Naya
Astagfirulloahaladzim, lo itu ditolong bawel banget ya! Yang mau gue kompres itu matamu bukan bibirmu! Sini!
Bian menurut. Ia menghadap Naya sambil mengunyah bubur. Naya mulai mengompres mata (bagian bawa) Bian
Naya
Kenapa bisa kayak gini sih?
Bian
Ada orang yang dendam kali sama gue!
Naya
Banyak banget yah dendamnya?
Bian
Pelan-pelan!
Naya melirik mata Bian. Lalu melanjutkan lagi
Naya
Lo sih kebanyakan dosa! Sukurin kualat!
Naya beralih mengobati pelipis Bian. Dia meletakkan kain kompres. Dan mulai mengoleskan obat lalu memplester pelipis Bian yang sobek sedikit.
Di samping itu Bian terus melihati Naya seraya membatin
Bian (dalam hati)
Gue udah pernah nyakitin lo Nay! Dan kali ini gak lagi! Dhimas lebih baik buat lo!
Saat Bian asyik menatap Naya. Tanpa disadari Shinta sudah berdiri di ruang tamu dan melihat Naya dan Bian dengan berkaca-kaca.
Naya sempat melihat Shinta tapi dia melanjutkan memasang plester. Setelah plester terpasang Bian baru berhenti menatap Naya dan kembali mengunyah buburnya.
Naya
Di ruang tamu ada Shinta
(Ucap Naya Datar)
Bian terkejut. Langsung melihat ke arah ruang tamu.
Naya pergi.
Bian
Shin!
Shinta pergi dengan sambil menahan tangisan
Bian
Shinta!
Bian mengejar Shinta
Cut to:
6. EXT. RUMAH BIAN-HALAMAN DEPAN-PAGI
Mobil Bayu terparkir di depan rumah Bian
Bian
Shinta!
Shinta segera masuk ke mobil. Bayu membuka kaca mobil lalu memakai kacamata.
Bian mendekat ke mobil itu
Bian
Shinta
Mobil itu melaju pergi. Bian meremas rambutnya dan menghembuskan napas berulang kali (antara lelah berlari dan emosi)
7. INT. RUMAH BIAN-DI BALIK JENDELA-PAGI
Naya melihati Bian dari dalam sambil mengangkat telfon dari seseorang
Naya
Baik Pak, makasih
Cut to:
8. EXT. JALAN-MOBIL BIAN-SIANG
Bian di dalam perjalanan menuju café untuk bertemu Shinta
Sepanjang jalan dia menelpon Shinta tapi tidak dijawab, Bian resah
9. EXT. JALAN-MOBIL NAYA-SIANG
Naya sedang menyetir sambil bertelfonan melalui headsheat Bluetooth.
Naya
Halo, Pak. Iya saya sudah di perjalananan
Naya
Iya berkas-berkasnya sudah lengkap
Naya
Baik Pak
Naya menambah kecepatan
10. INT. CAFÉ-DERETAN TEMPAT DUDUK-SORE
Bian mencari Shinta, menoleh ke kanan ke kiri. Sampai akhirnya menemukan Shinta di salah satu kursi. Bian segera menghampiri.
Bian
Shinta?
Bian kaget karena di sebelah Shinta ada Bayu
Bayu
Silakan duduk
Bian melihat Shinta yang diam saja
Bian
Lo Bayu kan?
Bayu mengangguk. Bian lalu tidak memedulikannya, ia hanya fokus pada Shinta
Bian memegang tangan Shinta
Bian
Sayang, yang kamu liat kemarin salah paham. Aku gak pernah punya rasa ke Naya. Kamu percaya kan?
Shinta melepaskan tangan Bian
Shinta
Kita sampai disini aja Bi.
Bian mengerutkan kening. Bayu menatapnya santai
Bian
Surat dari pengadilan udah turun Shinta, bentar lagi aku sama Naya cerai. Kita bisa sama-sama kayak dulu! Ya?
Shinta Diam
Bayu
Udah jelas kan? Ayo Sayang kita pergi!
Bian
Sayang?
Bayu dan Shinta pergi tanpa memedulikan Bian. Setelah mereka menjauh beberapa langkah. Bian yang merasa dibodohi tersenyum payah lalu menghampiri Bayu.
Bian memegang bahu Bayu. Lalu meninjunya, “Buag.”
Ujung bibir Bayu berdarah, Shinta khawatir
Bian
Brengsek lo!
(Seru Bian sambil menudingkan telunjuk ke wajah Bayu)
Bian menatap Shinta sinis lalu pergi