Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. INT. RUMAH BIAN-KAMAR NAYA-MALAM
Jam menunjukkan pukul 11 Malam. Tapi Bian dan Naya belum tidur dan tetap tidak saling bicara.
Bian mengubah posisnya sehingga melihat Naya. Ia mengira Naya tidur. Maka ia berbalik lagi memunggungi Naya, menghadap ke jendela.
Beberapa detik kemudian Bian merem-merem dan akhirnya tidur. Dalam tidurnya dia bermimpi.
Flashback:
2. EXT. SEBUAH CAFÉ- TEMPAT DUDUK-SIANG
Naya dan Bian duduk berhadap-hadapan. Naya berkaca-kaca Bian diam sambil menunduk. Di sebelah Bian ada seorang perempuan. Sepuluh detik tidak ada percakapan.
Naya
Sejak kapan kalian…
(Naya tidak bisa melanjutkan pertanyaannya)
Bian diam sebentar kemudian menatap mata Naya. Naya terus melihat ke atas agar air matanya tidak jatuh.
Bian
Dua tahun lalu…
Naya menghempaskan napas. Naya hanya menatap ke bawah karena air matanya jatuh. Lalu ia mengangguk-angguk paham sambil tersenyum tegar.
Naya
Makasih…
Naya melihat ke arah perempuan di samping Bian. Lalu tersenyum dan pergi. Dalam langkahnya yang pergi dari kafe tersebut air mata Naya benar-benar tumpah. Naya menggigit bibirnya agar isaknya tidak terdengar.
Cut back to:
3. INT. RUMAH BIAN- KAMAR NAYA-PAGI
Naya duduk di depan meja rias dia berkaca-kaca dan sesekali menarik napas agar tidak jadi menangis.
Bian tidak jadi bangun. Ia melihat Naya yang menyeka air matanya lalu berdiri. Bian memejamkan mata lagi (pura-pura tidur)
Naya
Sialan lo! Amit-amit ya! Gue gak mau jadi istrinya orang yang udah nyakitin gue.
(Serunya sambil mengepalkan tinju pada Bian dari jauh)
Naya mengambil hpnya di kasur. Bian masih memejamkan mata.
Naya menatap Bian sinis. Lalu mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Bian.
Setelah itu Naya pergi. Bian baru membuka mata.
4. INT. RUMAH BIAN-KAMAR NAYA-PAGI
Bian duduk meremas bantal yang dilempar Naya tadi.
Bian hendak melempar bantal itu tapi tidak jadi karena dia teringat Naya yang menangis.
Lantas Bian tengkurap. Menatapkan wajahnya ke bantal dan berteriak.
Bian
Arrrrrrghhhhhh!
Kaki Bian refleks terangkat-angkat
Cut to:
5. INT. RUMAH BIAN-RUANG MAKAN-PAGI
Para perempuan sibuk menata makanan di meja makan. Bian (masih memakai piyama) yang baru datang langsung mendapat isyarat dari papanya.
Papa Bian
Eghem…gehm
Sambil memastikan tidak ada yang melihat. Tangan papa Bian mengisyaratkan ciuman lalu menunjuk ke Naya.
Bian
Ha?
Papa Bian melotot dan mengulangi isyaratnya.
Para perempuan duduk di meja makan. Sebelum duduk Papa Bian melotot lagi sambil melirik ke Naya.
Bian terlihat takut
Bian
Halo istriiku
(Ucap Bian sambil mengecup kening Naya)
Naya kaget. Para orang tua tersenyum lega.
Mama Bian
Uuuu pagi-pagi udah dapet ciuman!
Naya tersenyum lalu melihati Bian sebentar dengan tatapan aneh
Papa Bian
Pengantin baru Ma…
Iya nggak Bu Endang?
Ibu Naya
Betul sekali Pak!
Bian menarik napas dalam.
Bian (Dalam hati)
Gue beles lo Nay!
Bian
Kamu mau apa sayang?
Bian menatap Naya dengan sangat perhatian
Naya melotot dan menendang-nendang kaki Bian
Bian
Kok kaki aku kamu tendang-tendang Aku salah?
Ibu Naya
Kenapa Nay?
Naya menutupi mukanya. Menoleh ke arah Bian dengan mengucapkan kata “goblok” tanpa suara. Bian pura-pura nggak paham.
Para orang tua menunggu Naya atau Bian bicara
Bian
Kamu pengen lagi?
Naya mengucapkan kata “goblok” lagi. Para orang tua saling melempar senyuman.
Bian
Ya jangan sekarang dong sayang! Masih ada ibu kamu sama mama papa juga.
Naya mengepalkan tinju. Berhenti menutupi mukanya lalu bersiap makan dengan sangat malu.
Papa Bian
Naya…Naya…
Para orang tua tertawa.
Cut to:
6. EXT. RUMAH BIAN- HALAMAN DEPAN-PAGI
Naya dan ibu Naya berdiri di halaman.
Naya
Buk
Ibu Naya
Iya?
Naya
Naya masih kontakan sama Dimas. Minggu ini kita mau ketemu.
Ibu Naya
Kamu harusnya belajar menerima Bian kembali. Masa lalu kalian dijadikan pelajaran saja. Toh tidak semua kenangan kalian menyakitkan Nduk. Pasti ada manisnya.
Naya mengambil napas berat
Naya
Apalagi sih buk yang harus dipertahanin sekarang? Bian udah punya Shinta. Aku udah punya Dimas. Buang-buang waktu buk. Yang di meja makan tadi pun mulutnya Bian aja ngasal.
Ibu Naya
Menikah dengan Bian itu permintaan terakhir Alm bapakmu Nduk
Naya mengambil napas berat lagi
Naya Keinginan Bapak. Berati Ibu ikhlas kalau aku cerai sama dia?
Ibu Naya terdiam. Tidak lama kemudian Bian dan orang tuanya datang.
Mama Bian
Ya udah Mama sama Papa pulang dulu yah!
Papa Bian
Inget Bian! Kamu harus jaga istri kamu!
Bian merangkul pundak Naya. Naya yang terlihat tidak nyaman diam
Papa Bian
Naya, kalau Bian nakal telpon aja papa ya
Mereka tertawa
Naya
Iya pa
Ibu Naya
Kalian harus lebih sabar ya menghadapi satu sama lain. Biasakan terbuka dan saling percaya.
Bian
Pasti Buk
Bian dan Naya salim lalu para orang tua pergi menggunakan mobil.
Naya segera melepas tangan Bian dan masuk ke dalam
Cut to: