Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
141 . INT. RUMAH SAKIT - KAMAR RAWAT DENIS - SIANG HARI
Mama dan Papa, itulah yang pertama kali Denis lihat saat ia siuman. Wajah mereka terlihat sangat sedih dan khawatir.
DENIS
Mah! Pah! (suara yang lemah)
MAMA
Mama ada di sini nak. Gimana keadaan kamu?
Mama memeluknya dengan menitihkan air mata.
Denis terdiam sejenak.
DENIS
Sudah berapa hari aku tidak sadarkan diri?
PAPA
Sudah 3 hari nak.
Denis kembali terdiam sejenak sembari mengingat-ingat kembali.
DENIS
Mah! Pah! Radit mana? Apa dia baik-baik saja?
Mama dan Papa terdiam.
Melihat ekspresi wajah mereka, Denis tau kalau Radit tidak baik-baik saja. Dengan sekuat tenaga ia bangun untuk beranjak dari tempat tidur.
MAMA
Mau kemana kamu?
Mama menahannya.
DENIS
Lepasin aku Mah! Aku mau lihat keadaan Radit.
Dengan sekuat tenaga Denis melepaskan diri dari Mama. Saat kakinya menapak ke lantai, ia terjatuh.
Dengan cepat, Mama dan Papa menghampirinya yang sedang tersungkur dilantai.
PAPA
Kamu belum pulih benar sayang.
DENIS
Aku hanya ingin melihat keadaan Radit Pah.
Denis berusaha untuk berdiri.
MAMA
Baiklah, Mama akan ambilkan kursi roda untuk kamu.
CUT TO:
142 . INT. RUMAH SAKIT - KAMAR RAWAT RADIT - SIANG HARI
Radit terlihat masih terbaring dan belum sadarkan diri. Denis langsung mendekap tangan Radit dan menciuminya.
DENIS
Dit, maafin aku! Kamu nggak boleh ninggalin aku seperti ini! (PAUSE) Kamu harus terus berjuang Dit, biar kita bisa melanjutkan pertunangan kita.
Denis menangis terisak-isak.
Mama dan Papa yang tadinya ikut menangis, tiba-tiba terdiam saat mendengar ucapan Denis.
MAMA
Denis, apa maksud ucapan kamu tadi?
DENIS
Denis? Aku bukan Denis. (bingung)
Mama dan Papa saling bertatapan dengan raut wajah bingung.
MAMA
Denis, Mama tidak sedang bercanda.
DINNA
Aku bukan Denis Mah, Aku Dinna.
Mama sangat terkejut sekaligus bingung mendengar ucapannya, terlihat sangat jelas dari raut wajahnya.
MAMA
Apa maksud kamu?
Mama berbicara dengan nada suara yang semakin keras.
DINNA
Aku Dinna Mah, bukan Denis. (kesal)
MAMA
CUKUP DENIS!
Mama membentak dengan mata melotot.
Dinna terdiam, karena ia bingung dengan sikap Mama.
DINNA (V.O)
Sebenarnya apa yang telah terjadi selama aku tidak sadarkan diri.
MAMA
Kamu jangan hanya diam saja! Anak kamu sudah mulai tidak waras.
Mama menarik-narik lengan baju Papa.
Papa hanya terdiam sembari mengamatinya.
PAPA
Denis, apa yang kamu ingat hingga kamu bisa ada di sini sekarang?
DINNA
Aku dan Radit kecelakaan saat di jalan menuju villa kita di puncak, dan itu beberapa hari sebelum hari pertunanganku.
Papa menarik nafas panjang.
PAPA
Sepertinya ingatan kamu sudah pulih.
MAMA
Sebenarnya apa yang terjadi di sini?
PAPA
Tenang Mah! biar Papa jelaskan.
Dinna dan Mama hanya terdiam sambil menatap Papa dengan penuh curiga.
PAPA (CONT'D)
Sebenarnya Denis sudah meninggal saat dia masih berumur 10 tahun akibat demam berdarah.
MAMA
Lalu dia?
Mama bingung sambil melihat ke arah Dinna yang juga sedang bingung.
PAPA
Ya, dia adalah Dinna.
DINNA
Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan.
MAMA
Bisa kamu jelaskan semuanya? (menahan emosi)
Papa kembali menarik nafas panjang, terlihat ia sangat berat untuk menceritakannya.
PAPA
Setelah kecelakaan itu, Papa membawa kabur Dinna dari rumah sakit dan memberi tahu Mama kalau Dinna sudah meninggal. Untuk menutupi itu, Papa mengganti nama batu nisan Denis menjadi Dinna. (menarik nafas panjang) Akibat kecelakaan itu, kamu mengalami amnesia. Papa mengganti nama kamu menjadi Denis dan Papa membawa kamu ke Psikolog untuk memberikan kamu terapi kepribadian yang berbeda dari Dinna.
MAMA
Ya Tuhan, tega sekali kamu melakukan ini? Kamu tau, hidup aku hancur karena aku pikir Dinna sudah meninggal.
Mama menangis dan memukuli Papa.
Papa menahan serangan-serangan Mama.
PAPA
Maafkan aku Mona! Aku melakukan semua ini karena aku kesepian, dan aku sangat merindukan Denis.
Papa menahan ke dua tangan Mama lalu memeluknya.
DINNA
Lalu setelah itu apa yang terjadi?
Papa menghampiri Dinna, lalu menceritakan semuanya dari awal hingga sekarang. Mendengar cerita Papa, kepala Dinna menjadi pusing, dan sedikit demi sedikit ia mengingat semuanya, karena ketika siuman yang Dinna ingat hanya kejadian sebelum kecelakaan saat ia masih menjadi Dinna.
PAPA
Walaupun Papa merubah kamu, tetapi warna favorite kamu, makanan yang kamu suka, apa pun yang ada di dalam diri Dinna tidak bisa dirubah. Oleh sebab itu, Papa pikir pertemuan kamu dengan Radit memang sudah menjadi takdir dan Papa tidak mungkin memisahkan kalian untuk yang kedua kalinya.
Tidak lama setelah itu, tiba-tiba saja Mama dan Papa Radit masuk ke dalam kamar.
MAMA RADIT
Kalian ada disini?
Mereka bertiga hanya menganggukan kepala.
MAMA RADIT (CONT'D)
Tante dan Om sudah berencana akan membawa Radit berobat ke Singapore, supaya dia mendapatkan perawatan yang lebih baik disana.
Dinna hanya bisa terdiam dan pasrah.
MAMA RADIT (CONT'D)
Tante tau, kamu pasti menentang keputusan kami, tapi kalau kamu memang mencitai Radit, kamu pasti akan membiarkannya mendapatkan yang terbaik.
Mama Radit menggenggam pundak Dinna.
Dinna menganggukan kepala dengan sedikit tersenyum.
CUT TO:
143 . INT. RUMAH DINNA - KAMAR DINNA - SIANG HARI
Dinna hanya bisa menunggu dan berharap Radit segera kembali. Setelah hampir satu bulan, Mama Radit menelfonnya untuk memberikan kabar bahwa Radit sudah siuman.
RADIT
Hai puteri cantik.
Radit berbicara dengan suara yang pelan dan terputus-putus.
DINNA
Hai pangeran tampan
Dinna menitihkan air mata yang menetes sedikit demi sedikit.
DINNA (CONT'D)
Kamu kapan pulang?
RADIT
Aku juga belum tau, kamu doain aja biar aku cepat sembuh, biar aku bisa cepat pulang.
DINNA
Pasti aku doain yang terbaik buat kamu.
RADIT
Kamu nangis ya?
DINNA
Hah, nggak kok.
Dinna menghapus air mata yang membasahi pipinya.
RADIT
Jangan bohong! Kan kamu udah janji nggak boleh sedih lagi.
DINNA
Iya aku janji. Selama kamu ada di sisi aku, aku nggak akan sedih dan akan selalu tersenyum.
RADIT
Aku pengen banget ngobrol sama kamu lebih lama lagi, tetapi kata dokter aku nggak boleh terlalu banyak bicara, jadi nanti kita sambung lagi ya sayang.
DINNA
Ya udah, semoga cepat sembuh ya sayang.
DINNA (V.O)
Aku akan bersabar menunggunya, seperti Radit sabar menunggu ku kembali padanya. Dan hal baiknya, setelah semua kejadian itu, Mama menghilangkan semua pikiran buruknya terhadap Radit.
CUT TO:
144 . EXT. PANTAI - SENJA
Dinna berjalan di sebuah pantai yang sepi, sesekali ombak menyentuh kakinya yang sedang berpijak di atas pasir. Pantai ini adalah tempat favoritenya dan Radit, karena di sinilah Radit menyatakan cintanya kepada Dinna. Sudah satu bulan lebih Radit tidak kembali, hampir setiap hari Dinna menunggunya di sini.
Tiba-tiba seseorang memeluk Dinna dari belakang. Awalnya ia terkejut, lalu ia terdiam sejenak karena ia tau dan mengenal rasa dekapan itu. Tidak seperti dulu, ia meronta-ronta ingin melepaskan diri, kali ini ia memegang tangan orang yang memeluknya, yang melingkar di pinggangnya, karena ia tau yang memeluknya itu adalah orang yang sangat berarti baginya.
DINNA
Hai!
Dinna menitihkan air mata kebahagiaan.
RADIT
Hai!
Perlahan Dinna membalikan badan, lalu memeluknya dengan erat.
DINNA
Aku pikir aku nggak bisa bertemu kamu lagi. Aku sangat takut kehilangan kamu.
RADIT
Aku nggak mungkin meninggalkan kamu begitu aja, karena selama ini kamu nggak pernah meninggalkan aku.
DINNA
I love you Dit.
RADIT
I love you too Din.
DINNA
Kamu udah tau aku Dinna?
Dinna mengangkat kepalanya dari dada Radit, lalu menatap dalam-dalam mata hitam pekat miliknya.
RADIT
Walaupun aku tidak sadarkan diri, tetapi aku dengar pembicaraan kamu sama orang tua kamu saat di rumah sakit waktu itu. Awalnya aku tidak terlalu percaya, tetapi setelah aku pikir-pikir hanya Denis yang selalu bilang 'lo gue' saat bicara sama aku, dan hanya Dinna yang memanggil aku dengan sebutan pangeran tampan. Sebenarnya dari awal, aku juga sudah yakin.
DINNA
Yakin kenapa?
RADIT
I will always know, that is you.
Dinna menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
DINNA
I will always beside you.
Dinna mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Radit.
DINNA (V.O)
Sekarang aku menjadi mengerti arti dari mimpi saat melihat pantulan cermin waktu itu. Mungkin dulu aku memang membencinya, tetapi sebenarnya dari lubuk hati ku yang paling dalam, aku sangat mencintainya.