Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
I Will Always... (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
3. You Again

14 . INT . RUANG KELAS - PAGI HARI

Denis duduk seorang diri sembari melamun di bangku kelas, karena hari ini Tere yang duduk di sampingnya tidak masuk sekolah.

SFX: Suara bel sekolah.

Beberapa menit kemudian seorang guru memasuki kelas.

GURU

Selamat pagi!

MURID-MURID

Pagi Bu!

GURU

Anak-anak, hari ini kalian akan mendapatkan teman baru.

Murid-murid riuh mendengar hal tersebut.

GURU (CONT'D)

Langsung Ibu panggilkan saja ya.

Saat Radit memasuki kelas, cewek-cewek di kelas langsung menganga karena terpana akan ketampanannya.

MURID 1

Wah... Ganteng banget.

Denis pun juga ikut membelalakan mata saat melihat Radit, bukan karena ketampanannya, karena yang Denis ingat Radit adalah cowok gila yang bertemu dengannya kemarin.

DENIS (V.O)

Oh My God. Itu kan cowok gila yang kemarin.

GURU

Anak-anak, perkenalkan ini adalah Raditya Permana

Radit tersenyum ramah sambil melihat ke arah sekeliling kelas. Pandangannya terhenti dan raut wajahnya berubah saat ia melihat ke arah Denis. Senyumnya melebar dengan ekspresi kegirangan.

RADIT

Hai!

Radit melambaikan tangan ke arah Denis hingga membuat mata murid-murid di kelas tertuju pada orang yang menerima lambaiannya.

DENIS (V.O)

Ya ampun, ngapain sih dia ngelambai ke gue? (gugup)

Denis menundukan kepala karena malu.

GURU

Kamu sudah saling kenal dengan Denis?

RADIT

Bukan kenal lagi Bu, orang dia pacar saya (tersenyum lebar).

Mendengar penyataan Radit membuat murid-murid semakin riuh.

DENIS

Eh... Bohong, bohong. Yang dia bilang itu bohong (panik).

Denis berusaha mengklarifikasi ucapan Radit, tapi semua murid tidak menghiraukannya. Mereka malah sibuk menggosipkan Denis tentang ucapan Radit tadi.

GURU

Sudah-sudah jangan berisik! Ya sudah, kamu duduk di samping Denis saja, kebetulan teman sebangkunya tidak masuk hari ini.

Dengan raut wajah ceria, Radit berjalan menuju bangkunya. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya terdiam. Radit merogoh-rogoh isi tasnya lalu mengeluarkan sebuah buku.

RADIT

Ini punya kamu kan? (menyodorkan buku)

Denis melirik.

DENIS

Iya, makasih! Gue pikir ilang.

Denis mengambil buku itu dari tangan Radit.

RADIT

Oh iya, aku Radit.

Radit mengulurkan tangan.

DENIS

Hm...

Denis membalas uluran tangan Radit tanpa memalingkan wajahnya.

Radit terus menggenggam tangan Denis sambil menatapnya tanpa berkedip. Genggamannya sedikit erat, hingga membuat Denis sulit untuk melepaskan diri.

DENIS (CONT'D)

Mau sampe kapan tangan gue dipegangin gini? (ketus)

Radit tersadar dari lamunannya dan segera melepaskan genggamannya.

RADIT

Oh iya. Sorry! sorry!

Dengan cepat Denis menarik tangannya untuk menjauh. Lalu ia memberanikan diri untuk menatap Radit dengan tatapan yang sinis.

DENIS

Denger ya! Jangan kira lo duduk sebangku sama gue, lo bisa macem-macem.

Radit terdiam dengan kepala tertunduk.

RADIT

Ngomong-ngomong maaf ya soal kejadian kemarin! (memelas)

DENIS

Oh, ternyata lo masih punya otak buat minta maaf? (ketus)

Denis beranjak pergi sebelum Radit sempat menjawab.

CUT TO:

15 . INT. TOILET SEKOLAH - PAGI HARI

Denis membasuh wajah kemudian memandang dirinya di cermin.

DENIS

Sial banget sih gue. Kenapa gue harus ketemu dia lagi?

Denis menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya lewat mulut.

DENIS (CONT'D)

Tenang Denis, lo harus kuat! Lo nggak boleh takut sama cowok gila itu!

CUT TO:

16 . EXT. DEPAN TOILET SEKOLAH - PAGI HARI

Denis pikir dengan ucapan ketus dan sikap juteknya bisa membuat Radit takut dan nggak berani mendekatinya lagi. Ternyata perkiraannya salah. Saat Denis keluar dari toilet, ia dikejutkan oleh sesosok cowok yang males banget dilihatnya.

RADIT

Hai! (tersenyum polos)

DENIS

Ya Tuhan, ngapain lo di sini? Bikin kaget aja (mengelus dada)

RADIT

Aku lagi nungguin kamu.

DENIS

Nungguin gue? Emang lo pikir, lo siapa? Bodyguard gue? Atau babysitter gue?

Denis pergi meninggalkannya dengan langkah cepat.

CUT TO:

17 . INT. RUANG KELAS - SIANG HARI

Saat pelajaran sedang kosong, cewek-cewek di kelas bertanya, menggoda dan mendekati Radit. Tetapi Radit tidak memperdulikan mereka. Matanya terus tertuju ke arah Denis yang berada di sampingnya. Sesekali Radit bertanya dan mengajak ngobrol, tetapi Denis tidak menghiraukannya sama sekali. Untuk mengalihkan pandangan dari Radit, Denis menyibukan diri membaca buku pelajaran.

CUT TO:

18 . EXT. DEPAN KELAS ARYA - SIANG HARI

Saat jam istirahat, Denis segera berjalan menuju kelas Arya. Setelah celingak-celinguk mencari, ia tidak menemukannya.

DENIS

Arya mana?

Denis bertanya ke salah satu murid di kelas Arya.

TEMAN ARYA

Arya nggak masuk.

Denis mengambil ponsel di dalam saku untuk menghubungi Arya. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya telfon pun dijawab.

DENIS

Kamu lagi dimana? Kenapa nggak masuk sekolah? (sedikit khawatir).

ARYA

Aku lagi nggak enak badan yank.

Suara Arya terdengar lesu dan sangat pelan, hingga Denis sedikit kesulitan mendengar ucapannya. Setelah itu terdengar suara cewek yang samar-samar dari dalam telfon. Saat Denis ingin kembali bertanya, panggilan diputus oleh Arya.

Denis bingung sambil menatap layar ponselnya.

CUT TO:

19 . EXT. PARKIRAN SEKOLAH - SORE HARI

Setelah sekolah usai, dengan langkah cepat dan mata melihat sekitar, Denis berjalan menuju mobilnya, karena ia takut di ikuti oleh Radit.

Radit muncul tiba-tiba dari balik pohon dekat mobil Denis terparkir.

RADIT

Hai!

DENIS

Ya Tuhan. Bisa nggak sih lo nggak muncul tiba-tiba? Lo mau bikin gue kena serangan jantung?

RADIT

Sorry! Sorry! (merapatkan kedua telapak tangannya) Kamu mau langsung balik Nis?

DENIS

Bukan urusan lo!

Denis bergegas masuk ke dalam mobil, lalu pergi meninggalkan sekolah.

CUT TO:

20 . INT. MOBIL DENIS - SORE HARI

Saat diperjalanan, Denis tersadar ada sebuah mobil yang mengikutinya. Ia sangat terkejut ketika melihat dari kaca spion, mobil yang mengikutinya dikendarai oleh Radit.

DENIS

Ya Tuhan. Apa sih sebenarnya maunya dia? (sedikit panik)

Tanpa pikir panjang, Denis menambah kecepatan laju mobilnya.

INSERT: Terlihat Radit juga menambah kecepatan, hingga akhirnya terjadilah aksi kejar-kejaran diantara mereka.

DENIS (CONT'D)

Hm... Mau main-main dia sama gue

Denis menerobos lampu lalu lintas yang sedang berwarna kuning.

INTERCUT TO:

21 . INT. MOBIL RADIT - SORE HARI

Dengan cepat Radit menginjak pedal rem, karena lampu sudah berganti warna menjadi merah.

RADIT

Sial!

Radit memukul stir mobilnya karena kesal.

DENIS

Haha... Akhirnya gue lolos juga

Denis menari-nari kegirangan.

CUT TO:

22 . INT. KAMAR DENIS - SORE HARI

Denis langsung masuk ke kamarnya sesampainya di rumah, lalu ia lompat ke atas kasur, kemudian menelfon Tere menggunakan ponsel di tangganya.

DENIS

Halo Re, kapan lo balik?

TERE

Besok sore cinta.

DENIS

Besok sore? Jadi besok lo masih nggak masuk dong?

TERE

Ya nggak lah, kan di surat gue dua hari, hari ini sama besok. Emang kenapa sih, lo kok kayaknya gelisah banget? Lo kangen ya sama gue?

DENIS

Ih... Pede banget lo!

TERE

Terus kenapa dong?

DENIS

Nanti aja deh pas lo balik gue ceritain. Lo ga akan percaya dengan apa yang udah gue alamin.

TERE

Ya ampun, sampe segitunya. Bikin orang penasaran aja. Ya udah, sampai ketemu besok ya!

Tere memutuskan sambungan telfonnya.

DENIS

Duh... Besok gue males banget ketemu sama cowok gila itu. Gimana ya? Apa gue pura-pura sakit aja?

Denis bergegas mengganti pakaian, lalu memasukan badannya ke dalam selimut.

DENIS

Bi Sri! (berteriak)

Tidak lama kemudian BI SRI (30) seorang pembantu rumah tangga di rumah Denis masuk ke dalam kamar.

BI SRI

Ada apa non?

DENIS

Papa mana?

BI SRI

Ada di kamarnya.

DENIS

Tolong panggilin ya Bi!

BI SRI

Baik non.

Tidak lama kemudian Papa Denis yang bernama TONI (45) masuk ke kamar lalu menghampirinya.

PAPA

Kamu kenapa sayang? Kamu sakit? (khawatir)

DENIS

Iya pah, kepala aku pusing, badan aku juga menggigil.

Denis sambil sedikit beracting agar lebih meyakinkan.

PAPA

Ya sudah, Papa panggilkan dokter ya?

DENIS

Eh, nggak usah pah! Paling dikasih obat biasa aja aku juga sembuh kok.

PAPA

Oh, ya sudah. Nanti Bi Sri yang bawain obatnya ya, Soalnya Papa mau pergi ketemu client. Jangan lupa obatnya diminum!

Papa mengelus rambut anak sematawayangnya itu, kemudian keluar kamar bersama Bi Sri.

DENIS

Huft... Hampir aja. Kalau Papa beneran manggil dokter, bisa ketahuan kalau gue cuma pura-pura sakit.

Denis berguling-gulingan di atas kasur sambil tersenyum. Ia sangat senang karena besok tidak bertemu dengan Radit lagi walau hanya sehari.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar