Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
14 . INT . RUANG KELAS - PAGI HARI
Denis duduk seorang diri sembari melamun di bangku kelas, karena hari ini Tere yang duduk di sampingnya tidak masuk sekolah.
SFX: Suara bel sekolah.
Beberapa menit kemudian seorang guru memasuki kelas.
GURU
Selamat pagi!
MURID-MURID
Pagi Bu!
GURU
Anak-anak, hari ini kalian akan mendapatkan teman baru.
Murid-murid riuh mendengar hal tersebut.
GURU (CONT'D)
Langsung Ibu panggilkan saja ya.
Saat Radit memasuki kelas, cewek-cewek di kelas langsung menganga karena terpana akan ketampanannya.
MURID 1
Wah... Ganteng banget.
Denis pun juga ikut membelalakan mata saat melihat Radit, bukan karena ketampanannya, karena yang Denis ingat Radit adalah cowok gila yang bertemu dengannya kemarin.
DENIS (V.O)
Oh My God. Itu kan cowok gila yang kemarin.
GURU
Anak-anak, perkenalkan ini adalah Raditya Permana
Radit tersenyum ramah sambil melihat ke arah sekeliling kelas. Pandangannya terhenti dan raut wajahnya berubah saat ia melihat ke arah Denis. Senyumnya melebar dengan ekspresi kegirangan.
RADIT
Hai!
Radit melambaikan tangan ke arah Denis hingga membuat mata murid-murid di kelas tertuju pada orang yang menerima lambaiannya.
DENIS (V.O)
Ya ampun, ngapain sih dia ngelambai ke gue? (gugup)
Denis menundukan kepala karena malu.
GURU
Kamu sudah saling kenal dengan Denis?
RADIT
Bukan kenal lagi Bu, orang dia pacar saya (tersenyum lebar).
Mendengar penyataan Radit membuat murid-murid semakin riuh.
DENIS
Eh... Bohong, bohong. Yang dia bilang itu bohong (panik).
Denis berusaha mengklarifikasi ucapan Radit, tapi semua murid tidak menghiraukannya. Mereka malah sibuk menggosipkan Denis tentang ucapan Radit tadi.
GURU
Sudah-sudah jangan berisik! Ya sudah, kamu duduk di samping Denis saja, kebetulan teman sebangkunya tidak masuk hari ini.
Dengan raut wajah ceria, Radit berjalan menuju bangkunya. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya terdiam. Radit merogoh-rogoh isi tasnya lalu mengeluarkan sebuah buku.
RADIT
Ini punya kamu kan? (menyodorkan buku)
Denis melirik.
DENIS
Iya, makasih! Gue pikir ilang.
Denis mengambil buku itu dari tangan Radit.
RADIT
Oh iya, aku Radit.
Radit mengulurkan tangan.
DENIS
Hm...
Denis membalas uluran tangan Radit tanpa memalingkan wajahnya.
Radit terus menggenggam tangan Denis sambil menatapnya tanpa berkedip. Genggamannya sedikit erat, hingga membuat Denis sulit untuk melepaskan diri.
DENIS (CONT'D)
Mau sampe kapan tangan gue dipegangin gini? (ketus)
Radit tersadar dari lamunannya dan segera melepaskan genggamannya.
RADIT
Oh iya. Sorry! sorry!
Dengan cepat Denis menarik tangannya untuk menjauh. Lalu ia memberanikan diri untuk menatap Radit dengan tatapan yang sinis.
DENIS
Denger ya! Jangan kira lo duduk sebangku sama gue, lo bisa macem-macem.
Radit terdiam dengan kepala tertunduk.
RADIT
Ngomong-ngomong maaf ya soal kejadian kemarin! (memelas)
DENIS
Oh, ternyata lo masih punya otak buat minta maaf? (ketus)
Denis beranjak pergi sebelum Radit sempat menjawab.
CUT TO:
15 . INT. TOILET SEKOLAH - PAGI HARI
Denis membasuh wajah kemudian memandang dirinya di cermin.
DENIS
Sial banget sih gue. Kenapa gue harus ketemu dia lagi?
Denis menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya lewat mulut.
DENIS (CONT'D)
Tenang Denis, lo harus kuat! Lo nggak boleh takut sama cowok gila itu!
CUT TO:
16 . EXT. DEPAN TOILET SEKOLAH - PAGI HARI
Denis pikir dengan ucapan ketus dan sikap juteknya bisa membuat Radit takut dan nggak berani mendekatinya lagi. Ternyata perkiraannya salah. Saat Denis keluar dari toilet, ia dikejutkan oleh sesosok cowok yang males banget dilihatnya.
RADIT
Hai! (tersenyum polos)
DENIS
Ya Tuhan, ngapain lo di sini? Bikin kaget aja (mengelus dada)
RADIT
Aku lagi nungguin kamu.
DENIS
Nungguin gue? Emang lo pikir, lo siapa? Bodyguard gue? Atau babysitter gue?
Denis pergi meninggalkannya dengan langkah cepat.
CUT TO:
17 . INT. RUANG KELAS - SIANG HARI
Saat pelajaran sedang kosong, cewek-cewek di kelas bertanya, menggoda dan mendekati Radit. Tetapi Radit tidak memperdulikan mereka. Matanya terus tertuju ke arah Denis yang berada di sampingnya. Sesekali Radit bertanya dan mengajak ngobrol, tetapi Denis tidak menghiraukannya sama sekali. Untuk mengalihkan pandangan dari Radit, Denis menyibukan diri membaca buku pelajaran.
CUT TO:
18 . EXT. DEPAN KELAS ARYA - SIANG HARI
Saat jam istirahat, Denis segera berjalan menuju kelas Arya. Setelah celingak-celinguk mencari, ia tidak menemukannya.
DENIS
Arya mana?
Denis bertanya ke salah satu murid di kelas Arya.
TEMAN ARYA
Arya nggak masuk.
Denis mengambil ponsel di dalam saku untuk menghubungi Arya. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya telfon pun dijawab.
DENIS
Kamu lagi dimana? Kenapa nggak masuk sekolah? (sedikit khawatir).
ARYA
Aku lagi nggak enak badan yank.
Suara Arya terdengar lesu dan sangat pelan, hingga Denis sedikit kesulitan mendengar ucapannya. Setelah itu terdengar suara cewek yang samar-samar dari dalam telfon. Saat Denis ingin kembali bertanya, panggilan diputus oleh Arya.
Denis bingung sambil menatap layar ponselnya.
CUT TO:
19 . EXT. PARKIRAN SEKOLAH - SORE HARI
Setelah sekolah usai, dengan langkah cepat dan mata melihat sekitar, Denis berjalan menuju mobilnya, karena ia takut di ikuti oleh Radit.
Radit muncul tiba-tiba dari balik pohon dekat mobil Denis terparkir.
RADIT
Hai!
DENIS
Ya Tuhan. Bisa nggak sih lo nggak muncul tiba-tiba? Lo mau bikin gue kena serangan jantung?
RADIT
Sorry! Sorry! (merapatkan kedua telapak tangannya) Kamu mau langsung balik Nis?
DENIS
Bukan urusan lo!
Denis bergegas masuk ke dalam mobil, lalu pergi meninggalkan sekolah.
CUT TO:
20 . INT. MOBIL DENIS - SORE HARI
Saat diperjalanan, Denis tersadar ada sebuah mobil yang mengikutinya. Ia sangat terkejut ketika melihat dari kaca spion, mobil yang mengikutinya dikendarai oleh Radit.
DENIS
Ya Tuhan. Apa sih sebenarnya maunya dia? (sedikit panik)
Tanpa pikir panjang, Denis menambah kecepatan laju mobilnya.
INSERT: Terlihat Radit juga menambah kecepatan, hingga akhirnya terjadilah aksi kejar-kejaran diantara mereka.
DENIS (CONT'D)
Hm... Mau main-main dia sama gue
Denis menerobos lampu lalu lintas yang sedang berwarna kuning.
INTERCUT TO:
21 . INT. MOBIL RADIT - SORE HARI
Dengan cepat Radit menginjak pedal rem, karena lampu sudah berganti warna menjadi merah.
RADIT
Sial!
Radit memukul stir mobilnya karena kesal.
DENIS
Haha... Akhirnya gue lolos juga
Denis menari-nari kegirangan.
CUT TO:
22 . INT. KAMAR DENIS - SORE HARI
Denis langsung masuk ke kamarnya sesampainya di rumah, lalu ia lompat ke atas kasur, kemudian menelfon Tere menggunakan ponsel di tangganya.
DENIS
Halo Re, kapan lo balik?
TERE
Besok sore cinta.
DENIS
Besok sore? Jadi besok lo masih nggak masuk dong?
TERE
Ya nggak lah, kan di surat gue dua hari, hari ini sama besok. Emang kenapa sih, lo kok kayaknya gelisah banget? Lo kangen ya sama gue?
DENIS
Ih... Pede banget lo!
TERE
Terus kenapa dong?
DENIS
Nanti aja deh pas lo balik gue ceritain. Lo ga akan percaya dengan apa yang udah gue alamin.
TERE
Ya ampun, sampe segitunya. Bikin orang penasaran aja. Ya udah, sampai ketemu besok ya!
Tere memutuskan sambungan telfonnya.
DENIS
Duh... Besok gue males banget ketemu sama cowok gila itu. Gimana ya? Apa gue pura-pura sakit aja?
Denis bergegas mengganti pakaian, lalu memasukan badannya ke dalam selimut.
DENIS
Bi Sri! (berteriak)
Tidak lama kemudian BI SRI (30) seorang pembantu rumah tangga di rumah Denis masuk ke dalam kamar.
BI SRI
Ada apa non?
DENIS
Papa mana?
BI SRI
Ada di kamarnya.
DENIS
Tolong panggilin ya Bi!
BI SRI
Baik non.
Tidak lama kemudian Papa Denis yang bernama TONI (45) masuk ke kamar lalu menghampirinya.
PAPA
Kamu kenapa sayang? Kamu sakit? (khawatir)
DENIS
Iya pah, kepala aku pusing, badan aku juga menggigil.
Denis sambil sedikit beracting agar lebih meyakinkan.
PAPA
Ya sudah, Papa panggilkan dokter ya?
DENIS
Eh, nggak usah pah! Paling dikasih obat biasa aja aku juga sembuh kok.
PAPA
Oh, ya sudah. Nanti Bi Sri yang bawain obatnya ya, Soalnya Papa mau pergi ketemu client. Jangan lupa obatnya diminum!
Papa mengelus rambut anak sematawayangnya itu, kemudian keluar kamar bersama Bi Sri.
DENIS
Huft... Hampir aja. Kalau Papa beneran manggil dokter, bisa ketahuan kalau gue cuma pura-pura sakit.
Denis berguling-gulingan di atas kasur sambil tersenyum. Ia sangat senang karena besok tidak bertemu dengan Radit lagi walau hanya sehari.