Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
I Will Always... (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
9. Who Is She?

55 . INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN - DINI HARI

Arya tertidur pulas setelah diperiksa oleh Dokter dan diberi obat. Denis duduk disampingnya sambil menggenggam tangannya. Sedangkan Tere berdiri di belakang sambil menggenggam pundak Denis.

TERE

Kenapa bisa jadi kacau begini ya Nis?

DENIS

Gue juga bingung Re.

TERE

Lagian juga sih lo, udah tau mereka kayak kucing sama anjing, malah lo satuin! (sedikit kesal)

DENIS

Ya mana gue tau Re bakal jadi kayak gini. Maksud gue kan, hubungan gue sama Radit udah baik, karena dia udah baik banget sama gue, jadi ya gue pengen dia dan Arya bisa akur gitu.

TERE

Kayaknya bakalan susah buat akur Nis, lo kan tau si Radit suka sama lo.

DENIS

Tapi kan gue cuma nganggep dia temen, nggak lebih.

TERE

Hm... Tapi gue heran, nggak mungkin kali kalo si Radit mukulin Arya tanpa sebab.

DENIS

Kok lo malah belain Radit sih Re? Jelas-jelas si Radit itu nggak waras. Jadi nggak perlu ditanya lagi. (sedikit emosi)

TERE

Iya sorry deh, tapi nggak ada salahnya kan kalau ditanya dulu?

DENIS

Hm... Iya nanti gue tanya.

DISSOLVE TO:

56 . INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN - PAGI HARI

Denis masih terlelap sambil terus menggengam tangan Arya, tiba-tiba ia merasakan genggaman tangan Arya semakin kuat hingga membuatnya terbangun.

ARYA

Selamat pagi! (suara yang pelan)

DENIS

Kamu udah sadar yank? Gimana keadaan kamu? (cemas)

ARYA

Udah lebih baik, tapi masih sedikit pusing.

DENIS

Ya udah, kamu istirahat aja ya sayang!

ARYA

Iya, kamu nggak sekolah yank?

DENIS

Ya nggak mungkinlah aku bisa serius belajar, sementara pacar aku lagi terkapar di rumah sakit.

ARYA

Makasih ya yank! Tapi kamu nggak perlu sampai ngorbanin sekolah kamu.

Denis hanya mengganggukan kepala dan tersenyum.

SFX: Bunyi ponsel Arya

Ponsel Arya yang berada di atas meja di dekatnya berbunyi. Ia mencari sumber suara, lalu mengambilnya dan membaca sebuah pesan di dalamnya. Raut wajah Arya berubah setelah membaca pesan tersebut.

DENIS

Pesan dari siapa yank? (penasaran)

ARYA

Dari nyokap. Ya udah yank, mendingan kamu sekolah aja, mumpung masih jam 7. (gugup)

DENIS

Yah, aku kan mau jagain kamu.

ARYA

Aku nggak apa-apa kok. Ortu aku juga sebentar lagi mau dateng. Jadi kamu masuk sekolah aja ya sayang! (paksanya sedikit merayu)

DENIS

Hm... Iya deh.

Denis sedikit kesal sambil mencibir.

ARYA

Nah gitu dong.

DENIS

Ya udah, aku pergi dulu ya!

Denis berpamitan lalu mencium kening Arya.

CUT TO:

57 . INT. RUMAH SAKIT - LORONG RUMAH SAKIT - PAGI HARI

Saat berjalan dilorong rumah sakit, Denis berpapasan dengan cewek yang menjadi model di club malam semalam. Karena Denis lupa, ia bingung pernah melihat cewek itu dimana. Model itu melihat ke arah Denis, tetapi dengan tatapan dan senyuman yang sinis. Setelah melewatinya, Denis bertemu Tere yang dari tadi menghilang.

DENIS

Dari mana aja lo?

TERE

Dari kantin Nis, laper banget gue.

Tere memperhatikan Denis yang telah rapih dengan membawa tas.

TERE (CONT'D)

Lo udah mau balik? (heran)

DENIS

Iya, si Arya nyuruh gue masuk sekolah.

TERE

Oh, ya udah lo tunggu di sini bentar ya! Gue mau pamitan sama Arya dulu.

Tere sedikit berlari menuju kamar Arya dan tidak lama kemudian, Tere kembali dengan raut wajah yang aneh seperti sedang memikirkan sesuatu.

DENIS

Udah pamitannya?

Tere hanya terdiam dengan kepala menunduk dan raut wajah seperti sedang berfikir.

DENIS (CONT'D)

Re, lo udah pamitannya belom? Kok ditanya diem aja sih? (heran)

TERE

Eh, iya udah. (tersadar dari lamunannya) Lo jadi masuk sekolah?

DENIS

Jadilah, lagian gue bete di rumah. Sekalian gue mau tanya-tanya soal masalah kemaren sama si cowok gila itu.

CUT TO:

58 . INT. RUANG KELAS - PAGI HARI

Di sekolah, Radit sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.

TERE

Kayaknya si Radit nggak masuk Nis.

DENIS

Iya, takut kali dia ketemu gue.

Begitu juga hari-hari berikutnya, Radit tidak masuk sekolah. Terlintas perasaan cemas di hati Denis.

DENIS (V.O)

Apa gue terlalu kasar membentaknya? Kayaknya nggak deh. Disisi lain dia memang udah kelewatan dan dia memang pantas mendapatkan itu.

Disuatu pagi yang cerah, saat Denis sedang mengobrol bersama Tere di kelas, tiba-tiba sesosok tangan muncul dari belakang menutupi kedua matanya.

DENIS

Aduh, siapa sih nih? (kesal)

Setelah tangan itu terlepas, ia terkejut saat melihat orang yang melakukannya.

DENIS (CONT'D)

Arya!

ARYA

Hai! (tersenyum)

DENIS

Kok kamu udah keluar dari rumah sakit? Bukannya harusnya besok?

ARYA

Abis bete di rumah sakit, jadi aku keluar aja.

DENIS

Memang kamu udah lebih baik?

ARYA

Udah kok. Nih liat aja!

Arya berputar menunjukan kalau ia sudah sehat.

Denis memperhatikan, memang sudah terlihat lebih baik, walaupun masih ada bekas luka dan plester yang masih menempel diwajahnya. Saat Denis menoleh ke arah Tere yang sedang duduk disampingnya, Tere sedang menatap Arya dengan sorot tatapan yang tajam hingga membuat Denis terheran.

DENIS (V.O)

Aneh, nggak seperti biasanya Tere menatap Arya seperti itu.

TERE

Nis, gue balik ke bangku gue dulu ya.

Tere beranjak pergi.

ARYA

Kemana si brengsek itu?

DENIS

Maksud kamu Radit? Dari kemarin juga dia nggak masuk. Emang apa sih yang sebenarnya terjadi malam itu?

Denis bertanya dengan raut wajah yang sangat penasaran.

ARYA

Eh... Itu, aku juga nggak ngerti, tiba-tiba aja dia langsung mukulin aku. Mungkin dia kesal kali nggak bisa dapetin kamu.

Arya menjawab dengan raut wajah bingung.

Denis menatap curiga melihat gelagat Arya.

DENIS (V.O)

Memang ada sedikit yang aneh, tapi mudah-mudahan yang Arya ucapkan benar.

Denis menengok ke arah Tere yang sedang duduk di bangkunya. Tere memalingkan wajah, seolah ia menghindari untuk melihat ke arah Denis dan Arya.

DENIS (V.O)

Sebenarnya apa yang disembuyikan Tere hingga dia bersikap seperti itu?

SFX: Bel istirahat.

Denis segera mengejar Tere yang berjalan terburu-buru keluar kelas.

CUT TO:

59 . INT. SEKOLAH - DEPAN RUANG KELAS - SIANG HARI

DENIS

Teresa! (berteriak)

Tere menghentikan langkahnya.

TERE

Ada apa nis?

DENIS

Lo kenapa sih?

TERE

Kenapa apanya?

DENIS

Re, please! Muka lo tuh nggak bisa bohong. Lo ada masalah apa sama Arya? (penasaran)

TERE

Nggak ada kok, perasaan lo aja kali. (gugup)

Denis menatap mata Tere dalam-dalam. Untuk beberapa saat, Tere hanya terdiam sembari berfikir.

TERE (CONT'D)

Hm... Ya udah nanti malem aja gue ceritanya, sekalian makan malem.

DENIS

Nah gitu dong.

CUT TO:

60 . INT. RESTORAN - MALAM HARI

Denis dan Tere bertemu disebuah Restoran. Setelah memesan makanan, raut wajah Tere menjadi serius.

TERE

Udah siap belom denger cerita gue?

Denis hanya menganggukan kepala.

TERE (CONT'D)

Tapi sebelumnya, gue mau nanya dulu sama lo. Apa lo ngerasa yakin sama Arya?

DENIS

Maksud lo?

Denis bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan.

TERE

Lo ngerasa ada yang Arya sembunyiin nggak dari lo?

DENIS

Ngerasa sih, tapi gue mencoba untuk berfikir positif aja.

TERE

Lo salah besar Nis, harusnya lo selidikin apa yang menjadi kecurigaan lo itu.

DENIS

Ya terus masalahnya dimana Re? To the point aja sih! (semakin penasaran)

TERE

Lo inget, waktu di rumah sakit gue bilang mau pamitan sama Arya?

Denis mengganggukan kepala.

TERE (CONT'D)

Lo tau, sebenernya gue sama sekali nggak pamitan sama dia.

DENIS

Loh, kok bisa? Terus lo ngapain?

CUT TO FLASH BACK:

61 . INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN - PAGI HARI

Tere berdiri di depan pintu kamar Arya di rawat.

TERE (O.S)

Saat di depan pintu, gue mendengar suara Arya sedang berbicara dengan seseorang di dalam kamar, karena pintu kamar terbuka sedikit, jadi gue putusin untuk mengintip dari celah pintu, dan lo tau apa yang gue liat?

Tere membelalakan mata melihat sesuatu dari caleh pintu kamar.

CUT BACK TO:

Denis menggelengkan kepala

TERE

Ada seorang cewek di dalam kamar bersama Arya.

DENIS

Hah... serius lo?

Denis terkejut hingga dahinya berkerut.

TERE

Serius, dan yang lebih parahnya lagi mereka mesra banget kayak orang pacaran.

Denis menjadi lemas, hatinya terasa sakit, air matanya pun menetes sedikit demi sedikit.

DENIS

Lo nggak lagi becanda kan Re?

Denis mengambil tissu lalu menghapus air matanya.

TERE

Gue serius Nis. Lagian untungnya buat gue apa bohongin lo.

DENIS

Tapi kenapa lo baru cerita sekarang? Kalau lo langsung kasih tau gue waktu di rumah sakit, kan bisa langsung gue gerebek.

TERE

Gue takut salah sangka Nis, yang akhirnya jadi fitnah dan membuat lo jadi nggak percaya lagi sama Arya.

Tere menggenggam tangan Denis.

TERE (CONT'D)

Ini juga yang gue takutin, gue nggak mau liat lo sedih. Udah dong Nis jangan nangis gitu!

Denis menganggukan kepala.

TERE (CONT'D)

Yuk kita makan!

Tere melahap makanan yang telah disajikan.

DENIS

Gue jadi nggak nafsu makan.

Denis menjadi lesu sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya.

TERE

Tuh kan, gue udah yakin bakalan kayak gini jadinya, mangkanya gue nggak mau cerita. (sedikit kesal)

DENIS

Iya, iya gue makan.

TERE

Nis, dari pada bete clubbing yuk!

Ajak Tere setelah selesai makan.

DENIS

Yuk. (antusias)

CUT TO:

62 . INT. CLUB MALAM - MALAM HARI

Dengan berada di tempat seperti itu, Denis berusaha melupakan kesedihannya untuk sejenak.

Ketika sedang asik-asiknya duduk sambil menikmati minuman dan musik, tiba-tiba dari arah sudut meja bar, seseorang tumbang karena mabuk berat. Secara sepintas dan tidak sengaja, Denis melihat wajah pemabuk tersebut, karena di dalam club sangat gelap dan hanya diterangi dengan lampu yang kelap-kelip, ia merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.

DENIS

Re, itu kayak si Radit!

Tere berusaha melihat dengan seksama ke arah Denis menunjuk.

TERE

Eh, iya Nis itu si Radit. (membelalakan mata) Yuk kita tolongin!

 

Mereka segera menghampiri Radit yang sedang digotong oleh petugas club.

TERE

Pak, maaf ini teman kita.

PETUGAS CLUB

Oh, ini teman kalian? Dari kemarin dia mabuk terus seperti ini.

Denis dan Tere saling bertatapan seolah mereka tau penyebab Radit mabuk.

PETUGAS CLUB (CONT'D)

Mau di taruh dimana teman kalian ini?

TERE

Di mobil kita aja Pak, di depan!

CUT TO:

63 . EXT. PARKIRAN CLUB MALAM - MALAM HARI

Mereka memutuskan untuk membawa Radit ke dalam mobil Denis.

DENIS

Terus sekarang kita harus gimana?" (bingung)

TERE

Bawa ke rumah lo aja!

DENIS

Hah, kenapa harus rumah gue?

TERE

Gini ya Nis, kita kan nggak tau rumah dia dimana dan di rumah gue udah nggak ada kamar kosong, lo tau sendiri kan? Lagian bokap lo lagi dinas keluar kota kan?

Denis menganggukan kepala.

TERE (CONT'D)

Nah, ya udah lo bawa gih si Radit ke rumah lo!

DENIS

Hm... ya udah deh.

CUT TO:

64 . INT. MOBIL DENIS - MALAM HARI

Denis menjadi merasa bersalah Melihat keadaan Radit seperti itu.

DENIS

Dit, lo kenapa bisa jadi kayak gini sih?

Denis bertanya pada Radit yang tengah tertidur di sampingnya, walaupun ia tau Radit tidak mungkin mendengar apalagi menjawabnya.

RADIT

Dinna... Din... Dinna...

Saat dalam perjalanan, Radit berbicara sendiri atau ngelindur. Ia hanya memanggil sebuah nama yang ia ucapkan beberapa kali.

Denis menatap bingung karena ia tidak tahu siapa orang yang di maksud Radit.

CUT TO:

65 . INT. RUMAH DENIS - KAMAR TAMU - DINI HARI

Denis meminta Pak Ucup untuk membantunya membawa Radit ke kamar tamu. Setelah Radit diletakan di atas kasur, Pak Ucup keluar.

DENIS

Dit, lo udah makan belom?

Denis bertanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Radit.

Radit tidak menjawab. Setelah cukup lama memandanginya, Denis memutuskan untuk meninggalkannya.

RADIT

Din, jangan tinggalin aku!

Dengan tiba-tiba Radit memegang tangan Denis saat ia akan beranjak pergi.

DENIS

Gue bukan Dinna Dit. Gue Denis

Denis berusaha melepaskan diri dari genggamannya.

Radit tidak menghiraukan ucapan Denis, ia terus menyangka Denis adalah Dinna dan genggamannya semakin kencang, hingga membuat Denis kesakitan.

RADIT

Maafin aku Din! Aku mohon kamu jangan tinggalin aku! Aku nggak mau kehilangan kamu lagi! (menangis)

DENIS

Gue Denis, bukan Dinna. Lepasin gue! (meronta-ronta)

Tidak lama kemudian Radit melepaskan genggamannya. Denis segera pergi meninggalkannya sambil memegang lengannya yang terasa sakit.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar