Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
I Will Always... (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
14. Mother

104 . INT. RUMAH DENIS - KAMAR DENIS - PAGI HARI

Denis menelfon Radit.

DENIS

Dit, apa lo tau tentang keberadaan Nyokap gue? Setelah meninggalnya Dinna, bokap gue nggak tau keberadaannya.

INTERCUT TO:

105 . INT. RUMAH RADIT - KAMAR RADIT - PAGI HARI

RADIT

Maaf, aku nggak tau Nis.

Denis tertegun mendengarnya.

RADIT (CONT'D)

Tapi, gimana kalau kita cari nyokap kamu?

DENIS

Cari gimana maksudnya?

RADIT

Ya kita cari aja. Tanya-tanya sama orang-orang ditempat tinggalnya yang dulu, gimana?

DENIS

Ide bagus tuh! Ya udah, kita mulai besok aja ya pencariannya.

CUT TO:

106 . EXT. RUMAH MAMA DENIS - DEPAN RUMAH - PAGI HARI

Denis dan Radit pergi menuju rumah yang dulu sempat ditinggali oleh Dinna dan Mama sebelum Dinna meninggal. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, tibalah mereka disebuah rumah yang cukup besar.

DENIS

Ini rumahnya?

Radit menganggukan kepala.

DENIS (CONT'D)

Apa Mama masih tinggal di sini?

RADIT

Rumah ini sudah dijual sama Mama kamu.

DENIS

Kenapa dijual?

RADIT

Begini ya Nis, setau aku setelah Dinna meninggal, Mama kamu jadi stres, dia sering minum-minum dan nggak peduli lagi sama perusahaannya. Hingga akhirnya Mama kamu bangkrut dan menjual rumah ini beserta isinya, dan setelah itu aku nggak tau lagi.

Bel ditekan, dan pemilik rumah pun keluar.

DENIS DAN RADIT

Selamat pagi Pak!

PEMILIK RUMAH

Iya, pagi. Ada perlu apa ya?

RADIT

Begini Pak, kami ingin bertanya soal Ibu Mona, pemilik rumah ini sebelum Bapak. Apa Bapak mengetahui keberadaannya sekarang ada dimana?

PEMILIK RUMAH

Oh, Ibu Mona. Iya saya tau, kalau tidak salah saya masih menyimpan alamat barunya, untuk berjaga-jaga kalau ada yang mencarinya ke sini. Tunggu sebentar ya!

Pemilik rumah masuk kembali ke dalam rumah.

Mendengar hal itu, Denis menjadi sangat senang.

Tidak lama kemudian, Pemilik rumah tersebut memberikan mereka secarik kertas yang terdapat alamat rumah Mama di dalamnya. Setelah berpamitan dan berterima kasih, mereka pun langsung menuju alamat yang telah diberikan.

CUT TO:

107 . EXT. RUMAH BARU MAMA DENIS - DEPAN RUMAH - PAGI HARI

Denis dan Radit melihat ada 3 orang yang sedang duduk mengobrol di depan rumah yang lebih kecil dari rumah Mama sebelumnya. Satu orang berbadan besar dan sudah terlihat tua, dua lainya bertubuh tegap dan kekar, layaknya seorang algojo.

RADIT

Permisi Pak.

PAK BROTO

Iya, ada perlu apa? (ekspresi tidak senang)

RADIT

Kami ingin mencari Ibu Mona. Ada Pak?

Mendengar nama Mama, Pak Broto langsung membuang ludah dengan ekspresi marah.

PAK BROTO

Pagi-pagi begini kenapa harus ada yang membuat saya muak. Memangnya ada hubungan apa kalian dengan wanita penipu itu?

Mendengar hinaan itu, Denis berusaha meredam emosinya.

DENIS

Maksud Bapak apa bicara seperti itu? Saya anaknya, Bapak sendiri siapa?

Pak Broto bangun dari duduknya menghampiri Radit dan Denis di temani ke dua algojonya.

PAK BROTO

Oh, jadi kamu anaknya. Saya adalah Pak Broto, pemilik rumah ini yang baru.

Pak Broto menunjuk-nunjuk lantai yang menunjukan kalau mereka sedang berdiri di tanah miliknya.

Saat Radit melihat wajah Denis yang emosi, ia menggenggam pundak Denis untuk meredam emosinya.

RADIT

Begini ya Pak, kami hanya ingin bertanya dimana keberadaan Ibu Mona sekarang. Apa Bapak tau?

Radit bertanya dengan penuh kesabaran.

PAK BROTO

Kalian tau, Mona telah berhutang kepada saya lebih dari 1 miliar, setelah itu dia menghilang begitu saja meninggalkan rumah ini, tetapi dengan rumah ini saja masih belum cukup untuk melunasi hutangnya.

Pak Broto membakar sebuah cerutu yang dia ambil dari saku kemejanya.

RADIT

Lalu dimana Ibu Mona sekarang?

PAK BROTO

Ya mana saya tau. Kalau pun tau, pasti dia sudah saya bunuh, karena tidak ada gunanya orang seperti dia di biarkan hidup.

Amarah Denis yang sudah ia tahan langsung mencapai titik didih, tanpa pikir panjang, Denis langsung melayangkan bogem mentah kewajahnya, disertai cacian dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya.

Dengan cepat kedua algojo Pak Broto menyeret Denis dan Radit keluar dari rumah tersebut. Radit pun langsung menarik Denis agar menjauh dari rumah itu.

DENIS

Kurang ajar banget tuh tua bangka, belom aja tadi gue hajar abis-abisan.

RADIT

Sabar Nis, terus sekarang kita harus cari kemana lagi Mama kamu?

Tiba-tiba saja seorang wanita tua dengan pakaian yang lusuh sambil membawa karung berisi botol bekas menghampiri mereka.

WANITA TUA

Maaf adik-adik, Ibu kebetulan mendengar percakapan kalian. Kalian mencari orang yang dulu tinggal dirumah itu?

DENIS

Iya betul, apa Ibu tau keberadaannya?

Denis bertanya penuh harapan.

WANITA TUA

Iya, Ibu tau. Mari saya antar.

CUT TO:

108 . EXT. JALANAN - SIANG HARI

Mereka berjalan cukup jauh dari rumah Pak Broto, hingga membuat Denis dan Radit kelelahan

DENIS

Masih jauh ya Bu? (ngos-ngosan)

WANITA TUA

Sebentar lagi sampai.

DENIS

Kok Ibu kuat banget jalan jauh begini?

WANITA TUA

Ya ini sudah menjadi resiko dari pekerjaan Ibu, jadi ibu sudah terbiasa. Ibu Mona juga awalnya selalu mengeluh lelah, tapi akhirnya dia juga sudah terbiasa.

Mendengar hal itu, membuat mata Denis berkaca-kaca.

Dengan cepat Radit menggenggam tangan Denis untuk menenangkan hatinya.

CUT TO:

109 . EXT. DAERAH KUMUH - DEPAN RUMAH MAMA DENIS - SIANG HARI

Hingga tibalah mereka di daerah yang sangat kumuh.

WANITA TUA

Itu rumahnya.

Wanita tua itu menunjuk sebuah rumah yang sangat kecil dan kotor, bangunan rumah tersebut terbuat dari kayu dan rotan yang terlihat sudah reot.

DENIS

Ibu yakin itu rumahnya? (terkejut)

WANITA TUA

Iya betul. Ya sudah, saya tinggal dulu ya.

Wanita tua itu kemudian pergi.

DENIS

Dit, apa benar itu rumahnya?

Denis memastikan kembali dan ingin mendengar jawabannya yang sebaliknya.

RADIT

Aku juga nggak tau Nis.

Tiba-tiba dari dalam rumah, keluar seorang wanita yang tidak terlalu tua. Badannya kurus, ringkih, kotor dan sepertinya tidak terawat. Ia membawa beberapa piring kotor, lalu mencucinya di depan rumah membelakangi Denis dan Radit. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, mereka memperhatikan wanita itu.

DENIS

Dit, itu bukan nyokap gue kan? Tolong jangan bilang itu nyokap gue!

Denis menangis dengan mulut yang ia tutupi dengan tangannya agar tangisannya tidak bersuara.

Hati Denis benar-benar sakit melihat apa yang terjadi dengan Mamanya. Di rumah, Denis hidup senang dan serba berkecukupan, disisi lain Mamanya hidup susah seperti ini, bahkan untuk makan saja sepertinya sulit, sangat terlihat dari badannya yang kurus itu.

RADIT

Benar Nis, itu Mama kamu.

Denis pun langsung memeluk Radit dan menangis didekapannya.

Setelah cukup tenang, dengan perlahan Denis memberanikan diri untuk menghampirinya. jantungnya berdetak dengan cepat dan semakin cepat hingga ia sulit untuk bernafas.

Sesampainya di dekatnya, untuk beberapa saat Denis memandanginya dari belakang, dengan ragu-ragu dan nafas terisak-isak ia memanggilnya.

DENIS

Mama!

Wanita itu tersentak saat mendengar suara Denis. Dengan perlahan ia menaruh piring yang sedang dicucinya, lalu menengok kebelakang. Saat melihat Denis, matanya terbelalak.

MAMA

Dinna.

Dengan cepat ia membersihkan tangannya yang basah dengan bajunya yang lusuh, lalu menghampiri dan langsung memeluknya.

MAMA (CONT'D)

Dinna, kamu kemana aja? Mama kangen banget nak sama kamu. (menangis terisak-isak)

Mama melepaskan pelukannya, lalu memegang wajah Denis dan menatapnya dalam-dalam.

MAMA

Ini bukan mimpikan? Kamu benar-benar anak ku Dinna?

DENIS

Aku Denis Mah, saudara kembarnya Dinna. Mama masih ingat kan?

MAMA

Denis? Kamu Denis? (terkejut)

Denis hanya menganggukan kepala.

MAMA (CONT'D)

Ya Tuhan, tentu Mama ingat nak.

Mama kembali memeluk Denis dengan erat.

DENIS

Mama kemana aja sih Mah? Kenapa Mama tinggalin Denis?

MAMA

Maafkan Mama nak! Mama janji tidak akan meninggalkan kamu lagi.

Mama menatap sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Denis.

MAMA (CONT'D)

Kamu tau dari mana Mama ada di sini?

DENIS

Tadi ada seorang wanita yang memberitahu Mama ada di sini.

MAMA

Lalu kamu kesini dengan siapa nak?

DENIS

Aku kesini bersama teman Mah, itu dia di sana.

Denis menunjuk ke arah Radit yang berdiri tidak terlalu jauh.

Saat melihat Radit, raut wajah Mama berubah, tatapan matanya terlihat penuh dengan kebencian.

MAMA

Kamu?

Mama mengambil piring-piring yang tadi ia cuci, kemudian melemparkannya ke arah Radit, dengan cepat Radit pun menghindari piring-piring yang berterbangan ke arahnya, sesekali ada juga piring yang mengenai tubuhnya.

MAMA

PEMBUNUHH...!!! Pergi kamu dari sini!

Mama Denis sangat murka kepada Radit, ia terus berteriak, mencaci maki dan melemparinya piring.

DENIS

Mama, hentikan Mah!

Denis terkejut melihat reaksi Mama, ia berusaha menahan dan menghentikannya, tetapi percuma karena Mama tidak mau berhenti, hingga akhirnya Mama kelelahan dan jatuh pingsan.

CUT TO:

110 . INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN - SIANG HARI

RADIT

Sepertinya Mama kamu benci banget sama aku. (dengan kepala tertunduk)

DENIS

Kenapa dia benci sama lo? (bingung)

RADIT

Ya mungkin karena dia pikir aku penyebab kematian Dinna, mangkanya tadi dia bilang aku pembunuh.

DENIS

Tapi itu kan kecelakaan Dit. Masa Mama nggak bisa ngertiin itu.

RADIT

Aku juga nggak tau Nis. Kayaknya lebih baik aku pulang aja.

DENIS

Eh, tunggu dulu! Biar gue jelasin dulu sama Mama, kalau memang dia masih seperti tadi, ya lo balik aja. Semoga dia bisa terima dan mau mengerti.

Tidak lama kemudian, Mama terbangun. Denis segera menyuruh Radit bersembunyi di belakangnya.

MAMA

Denis! (suara yang lemah)

DENIS

Iya Mah, Denis ada di sini. Gimana keadaan Mama? Sudah lebih baik? (khawatir)

Mama menganggukan kepala.

MAMA

Dimana pembunuh itu?

DENIS

Sssttt... Mama nggak boleh bicara seperti itu! Itu semua kecelakaan, dan sudah menjadi takdir yang maha kuasa. Jadi Mama nggak boleh menyalahkan orang lain!

Denis menceramahinya, berharap bisa sedikit mengurangi rasa amarah Mama kepada Radit.

Mama tersenyum kecil mendengar penjelasan Denis.

MAMA

Iya, Mama mengerti. Lalu dimana dia?

 

Dengan perlahan Radit muncul dari belakang Denis. Denis pikir saat melihat senyuman Mama dan mendengar suara Mama yang lemah, Mama sudah memaafkannya dan tidak memiliki tenaga lagi untuk marah-marah.

Tetapi perkiraannya salah, Mama kembali mengamuk saat melihat Radit, dia bangun dari tidurnya, lalu mencekik Radit dan mencacimakinya.

MAMA

Dasar pembunuh. Kamu juga harus mati!

Mama penuh emosi hingga bola matanya seakan mau lepas.

Dengan sekuat tenaga, Denis berusaha melerai mereka.

DENIS

Mama lepasin! Kalau gini caranya, Mama bisa membunuh Radit

MAMA

Dia memang pantas mati! Kamu tidak seharusnya membela dia, dia itu telah membunuh saudara kembar kamu. (berteriak)

Mama semakin menjadi-jadi.

DENIS

Dokter, Tolongg...!!!

Denis hanya bisa berteriak meminta pertolongan, karena ia tidak sanggup untuk melawan amarah mama dan melerai mereka seorang diri. Tidak lama kemudian, dokter dan suster datang, lalu dengan cepat menyuntikkan obat penenang kepada Mama, akhirnya Mama tertidur kembali.

Radit pun terbatuk-batuk setelahnya, sambil memegangi lehernya yang sakit.

DENIS

Lo nggak apa-apa? (khawatir)

Radit menggelengkan kepala.

DENIS (CONT'D)

Dit, bener kata lo, Mama belum bisa nerima kenyataan ini.

RADIT

Lebih baik kamu ngomong sama Mama kamu setelah keadaan dia lebih baik.

Denis menganggukan kepala.

RADIT (CONT'D)

Ya udah, aku balik dulu ya! kalau ada apa-apa kabarin aku!

Radit pergi meninggalkan mereka.

Denis duduk disamping Mama, memandang wajahnya dan membelai rambutnya.

DENIS

Mah, kenapa Mama nggak bisa maafin Radit? Aku sayang sama Mama dan aku juga sayang sama Radit. Semoga bencinya Mama sama Radit bukanlah sebuah pilihan untuk Denis.

Denis menggenggam tangan Mamanya

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar