Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
96. INT. RUMAH BAKTI - RUANG KELUARGA/TAMU - DAY
Suasana masih hening dan canggung. Bakti melirik ke arah Santi yang masih buang muka. Bakti menghela napas panjang.
BAKTI
Bu, tolong ngomong sesuatulah. Bakti jadi bingung kalau Ibu diem terus kayak begini.
Santi masih bergeming. Bakti menghela napas lagi.
BAKTI (CONT'D)
Bu...
Santi menoleh ke arah Bakti. Ekspresi dan tangan Santi bergetar marah, namun matanya berkaca-kaca.
SANTI
Tega banget kamu ya, Bakti. Tega banget sama Ibu. Sama Raka.
(beat)
Setelah kamu diam-diam pergi bawa anak itu dan cuma ninggalin surat, terus menghilang kayak ditelan bumi selama 5 tahun, bisa kamu pulang ke sini? Seakan enggak ada apa-apa?
(suara bergetar)
Apa maksud kamu?! Enggak mikirin perasaan Ibu sama sekali ya kamu ini!
Bakti menatap Santi. Terdiam.
SANTI (CONT'D)
Kamu pikir 5 tahun itu kayak 5 hari? 5 menit? 5 detik?! 5 tahun itu lama, Bakti!
(beat)
5 tahun kamu bikin Ibu bener-bener tersiksa rasa marah, kecewa, malu, sedih, cemas, penyesalan, dan berdosa. Ibu bener-bener gagal ngedidik kamu dan gagal menjaga janji Ibu ke Bapak untuk ngejagain kamu!
Mata Bakti berkaca-kaca. Kemudian dia menundukkan kepala.
BAKTI
Maafin Bakti, Bu. Maaf...
(tercekat)
Maaf, Bu...
Santi mulai menangis dan mengusap air matanya sendiri.
SANTI
Ibu gagal jadi ibu untuk kamu. Ibu gagal menjadi contoh yang baik buat kamu, Bakti. Gagal total.
(beat)
Ibu bener-bener marah dan kecewa sama diri ibu sendiri. Ibu merasa malu dan berdosa sama kamu, sama anak kamu, cucu Ibu sendiri. Ibu menyesal...
(beat)
Kamu lebih seperti ibu daripada Ibu sendiri. Kamu bisa dan berani mengorbankan hidup kamu kamu demi hidup anak kamu. Ibu yang gagal, Bakti. Gagal. Ibu egois, cuma mikirin diri ibu sendiri.
Bakti menangis tersedu-sedu. Santi mendekat dan mengusap kepala Bakti lembut. Tangisan Bakti semakin menjadi-jadi.
SANTI
Maafin Ibu, Ti. Maaf...
BAKTI
Maafin Bakti, Bu. Maaf...
Bakti bersujud di kaki Santi. Keduanya menangis tersedu-sedu. Kemudian mereka saling berpelukan.
97. INT. RUMAH BAKTI - DAPUR - DAY
Raka dan Kinan mengamati Bakti dan Santi yang sedang berpelukan sambil menangis. Mereka berdua tersenyum lega. Kemudian Nala menarik pelan tangan Kinan.
NALA
Tante, kenapa mereka nangis? Ayah sama Eyang lagi sedih, ya?
KINAN
Mereka nangis karena terharu, La. Mereka udah kangen lama, terus akhirnya bisa ketemu lagi.
NALA
Oh, jadi nangis itu bukan gara-gara sedih aja ya, Tante? Kalau kangen bisa nangis juga?
RAKA
Iya, kalau kangen juga bisa sampai nangis, La.
(beat)
Ini Tante Kinan kalau lagi kangen sama Ayah, mungkin bisa nangis juga.
NALA
Beneran, Tante?
Kinan mendorong pelan bahu Raka. Raka berusaha menahan tawa.
98. INT. RUMAH BAKTI - RUANG KELUARGA/TAMU - MOMENTS LATER
Mereka berlima duduk dan berkumpul kembali. Suasana masih agak canggung, tetapi tidak mencekam seperti sebelumnya. Nala duduk di pangkuan Bakti dan sesekali melirik ke arah Santi. Kemudian dia berbisik di telinga Bakti.
BAKTI
Iya, La. Eyang ini ibunya Ayah.
NALA
Terus bedanya Eyang sama Enin apa, Yah?
BAKTI
Eyang ibunya Ayah. Kalau Enin, tantenya Ayah. Enin itu adiknya Eyang.
NALA
Ooh, Eyang sama Enin itu kayak Ayah sama Om Raka ya, Yah?
BAKTI
Iya, betul begitu.
Nala mengangguk. Bakti mengusap kepala Nala.
SANTI
Marni kenapa enggak ikut ke sini, Ti?
BAKTI
Lagi ngurusin kos-kosannya yang di Bandung. Atau lebih tepatnya, emang disengajain pergi ke Bandung hari ini.
(beat)
Tante masih sungkan ketemu sama Ibu.
Santi menghela napas panjang.
SANTI
Ibu mau berterima kasih dan minta maaf ke Marni. Ibu berutang banyak sama dia. Kira-kira mau enggak ya, dia?
BAKTI
Nanti coba Bakti sampaiin ke Tante ya, Bu. Harusnya sih bisa.
Santi mengangguk. Kemudian menoleh ke arah Kinan.
SANTI
Saya juga mau berterima kasih ke kamu, Kinan. Tadi Bakti bilang, katanya kamu yang ngasih tau dan ngebujuk dia untuk pulang ke rumah.
(beat)
Terima kasih banyak ya, Kinan. Kamu udah berbuat banyak banget untuk Bakti.
Kinan mendadak salting. Lalu menggaruk kepalanya padahal tidak gatal.
KINAN
Sama-sama, Tante.
BAKTI
Kinan juga yang bantu nengahin Bakti sama Puspa.
SANTI
Puspa? Kamu akhirnya udah ketemu lagi sama Puspa juga?
RAKA
Beberapa bulan yang lalu Kak Puspa emang dateng ke sini, nanyain kabar orangt...
(beat)
Maksudnya, nanyain Om Fadli sama Tante Laras.
BAKTI
Iya, beberapa minggu yang lalu enggak sengaja ketemu sama Puspa dan komunikasi kami berdua kacau banget. Akhirnya, Kinan yang bantu nengahin dan sekarang kondisinya udah baik.
(beat)
Nanti Bakti ceritain lengkapnya ke Ibu. Ke Raka juga.
Santi tersenyum kepada Kinan. Kinan membalas senyum Santi dan mulai salah tingkah lagi. Raka menahan tawa.
SANTI
Kalian bertiga makan malam di sini, ya? Kalian mau makan apa? Nanti Ibu masakin untuk kalian.
NALA
Nala mau ayam goreng krispi...
Mereka semua saling pandang kemudian tertawa terbahak-bahak. Kecuali Nala.
SANTI
Ya udah, nanti Eyang bikinin ayam goreng krispi buat Nala, ya.
NALA
Krispinya yang banyak boleh, Eyang?
Santi tertawa dan mengangguk.
SANTI
Iya, boleh, boleh.
(beat)
Raka, nanti ke warung, ya. Beli tepung bumbu, soalnya Ibu udah punya ayam.
RAKA
Nala mau ikut sama Om ke warung, enggak?
(beat)
Kak, si Nala boleh makan permen atau ciki gitu enggak, sih?
BAKTI
Boleh, asal jangan banyak-banyak dan jangan lupa minum air putih aja, nanti dia bisa batuk. Apalagi kalau makan ciki banyak-banyak.
SANTI
Kinan suka makan apa?
Kinan terdiam. Bingung.
BAKTI
Kemarin katanya pingin makan ayam goreng bumbu rempah pakai sambel sama lalapan?
(beat)
Itu masakan andalan Ibu. Mau makan itu?
RAKA
Itu kan masakan kesukaan lo, Kak. Modus banget, deh. Bilang aja elo yang pengen makan ayam goreng sama sambel.
BAKTI
Berisik!
KINAN
Tapi kemarin emang pingin makan itu, sih...
(menoleh ke Santi)
Boleh ayam goreng sama sambel, Tante?
SANTI
Boleh, dong. Ibu udah ungkep ayam dari kemarin. Tinggal digoreng sama buat sambelnya aja. Sama si Raka beli sayur lalapannya di warung.
(beat)
Berarti ayam goreng krispi untuk Nala, sama ayam goreng rempah buat Kinan.
NALA
Yang punya Nala krispi-nya yang banyak, Eyang.
Mereka semua tertawa lagi. Santi mengangguk dan mengusap kepala Nala. Gemas. Raka bangun dan mengulurkan tangan ke arah Nala.
RAKA
La, ayo ikut sama Om Raka ke warung. Kita beli permen sama ciki.
BAKTI
Nala minta gendong di bahu ya sama Om Raka. Om Raka kan tinggi kayak pohon.
Nala turun dari pangkuan Bakti dan menggenggam tangan Raka.
NALA
Beneran boleh, Om?
Raka memicingkan mata ke arah Bakti. Tapi mengangguk ke arah Nala. Bakti nyengir jahil sambil angkat bahu.
RAKA
Boleh. Tapi pas pulangnya aja enggak apa-apa, ya?
NALA
Oke, Om.
Raka dan Nala pun keluar dari ruangan. Sambil bergandengan tangan.
SANTI
Bakti, kamu bantu ibu masak nasi sama goreng ayam. Ibu mau ngulek sambel.
KINAN
Aku boleh ikut bantu di dapur juga enggak, Tante?
BAKTI
Kamu mau masak nasi? Abis itu bantuin aku goreng ayam.
Kinan menganggukkan kepala. Bersemangat. Santi angkat alis mendengar perbincangan Kinan dan Bakti.
BAKTI
Kalau urusan dapur, Kinan paling pinter masak nasi, masak air, masak mie, sama nyuci perabotan, Bu. Sisanya masih butuh banyak belajar.
Kinan nyengir kuda ke arah Santi. Santi terdiam sejenak, kemudian akhirnya tertawa.
SANTI
Oalah... ya udah, kalau gitu ikut aja sini ke dapur, yuk. Masak bareng-bareng.
Mereka bertiga pun meninggalkan ruangan sambil tertawa.
DISSOLVE TO:
99. EXT. PAGAR DEPAN RUMAH MARNI - DAY
Mobil Kinan berhenti di depan pagar. Kinan, Santi, dan Raka turun dari mobil. Santi dan Raka memandangi papan dengan tulisan: "AWAS ANJING GALAK!". Alis mereka berdua terangkat.
SANTI
Kinan, memangnya Marni melihara anjing?
Kinan tertawa dan menggelengkan kepala.
KINAN
Enggak, Tante. Katanya ini tuh dulu dipasang buat nakutin anak-anak yang suka iseng manjat-manjat pager rumah Tante Marni.
SANTI
Oalah... Si Raka kan takut banget sama anjing.
RAKA
Yang takut kan Ibu, kenapa jadi bawa-bawa Raka, deh.
Mereka bertiga tertawa. Kinan membuka pintu pagar dan mereka bertiga masuk.
100. EXT. HALAMAN RUMAH MARNI - MOMENTS LATER
Bakti membuka pintu depan rumah. Nala menghambur lari ke arah Kinan, Santi, dan Raka, kemudian mencium tangan mereka masing-masing.
Di belakang Bakti, Marni berdiri dengan ekspresi cemas.
101. INT. RUMAH MARNI - RUANG KELUARGA - DAY
Kita akan melihat Bakti, Kinan, Marni, Santi, dan Raka berkumpul. Marni dan Santi duduk sebelahan. Mereka berdua berbicara serius. Kemudian, Marni dan Santi saling berpelukan.
DISSOLVE TO: