Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bakti Ayah Belia (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
27. Kumpul Bersama Lagi (Scene 96-99)

96. INT. RUMAH BAKTI - RUANG KELUARGA/TAMU - DAY

Suasana masih hening dan canggung. Bakti melirik ke arah Santi yang masih buang muka. Bakti menghela napas panjang.

BAKTI

Bu, tolong ngomong sesuatulah. Bakti jadi bingung kalau Ibu diem terus kayak begini.

Santi masih bergeming. Bakti menghela napas lagi.

BAKTI (CONT'D)

Bu...

Santi menoleh ke arah Bakti. Ekspresi dan tangan Santi bergetar marah, namun matanya berkaca-kaca.

SANTI

Tega banget kamu ya, Bakti. Tega banget sama Ibu. Sama Raka.

(beat)

Setelah kamu diam-diam pergi bawa anak itu dan cuma ninggalin surat, terus menghilang kayak ditelan bumi selama 5 tahun, bisa kamu pulang ke sini? Seakan enggak ada apa-apa?

(suara bergetar)

Apa maksud kamu?! Enggak mikirin perasaan Ibu sama sekali ya kamu ini!

Bakti menatap Santi. Terdiam.

SANTI (CONT'D)

Kamu pikir 5 tahun itu kayak 5 hari? 5 menit? 5 detik?! 5 tahun itu lama, Bakti!

(beat)

5 tahun kamu bikin Ibu bener-bener tersiksa rasa marah, kecewa, malu, sedih, cemas, penyesalan, dan berdosa. Ibu bener-bener gagal ngedidik kamu dan gagal menjaga janji Ibu ke Bapak untuk ngejagain kamu!

Mata Bakti berkaca-kaca. Kemudian dia menundukkan kepala.

BAKTI

Maafin Bakti, Bu. Maaf...

(tercekat)

Maaf, Bu...

Santi mulai menangis dan mengusap air matanya sendiri.

SANTI

Ibu gagal jadi ibu untuk kamu. Ibu gagal menjadi contoh yang baik buat kamu, Bakti. Gagal total.

(beat)

Ibu bener-bener marah dan kecewa sama diri ibu sendiri. Ibu merasa malu dan berdosa sama kamu, sama anak kamu, cucu Ibu sendiri. Ibu menyesal...

(beat)

Kamu lebih seperti ibu daripada Ibu sendiri. Kamu bisa dan berani mengorbankan hidup kamu kamu demi hidup anak kamu. Ibu yang gagal, Bakti. Gagal. Ibu egois, cuma mikirin diri ibu sendiri.

Bakti menangis tersedu-sedu. Santi mendekat dan mengusap kepala Bakti lembut. Tangisan Bakti semakin menjadi-jadi.

SANTI

Maafin Ibu, Ti. Maaf...

BAKTI

Maafin Bakti, Bu. Maaf...

Bakti bersujud di kaki Santi. Keduanya menangis tersedu-sedu. Kemudian mereka saling berpelukan.

97. INT. RUMAH BAKTI - DAPUR - DAY

Raka dan Kinan mengamati Bakti dan Santi yang sedang berpelukan sambil menangis. Mereka berdua tersenyum lega. Kemudian Nala menarik pelan tangan Kinan.

NALA

Tante, kenapa mereka nangis? Ayah sama Eyang lagi sedih, ya?

KINAN

Mereka nangis karena terharu, La. Mereka udah kangen lama, terus akhirnya bisa ketemu lagi.

NALA

Oh, jadi nangis itu bukan gara-gara sedih aja ya, Tante? Kalau kangen bisa nangis juga?

RAKA

Iya, kalau kangen juga bisa sampai nangis, La.

(beat)

Ini Tante Kinan kalau lagi kangen sama Ayah, mungkin bisa nangis juga.

NALA

Beneran, Tante?

Kinan mendorong pelan bahu Raka. Raka berusaha menahan tawa.

98. INT. RUMAH BAKTI - RUANG KELUARGA/TAMU - MOMENTS LATER

Mereka berlima duduk dan berkumpul kembali. Suasana masih agak canggung, tetapi tidak mencekam seperti sebelumnya. Nala duduk di pangkuan Bakti dan sesekali melirik ke arah Santi. Kemudian dia berbisik di telinga Bakti.

BAKTI

Iya, La. Eyang ini ibunya Ayah.

NALA

Terus bedanya Eyang sama Enin apa, Yah?

BAKTI

Eyang ibunya Ayah. Kalau Enin, tantenya Ayah. Enin itu adiknya Eyang.

NALA

Ooh, Eyang sama Enin itu kayak Ayah sama Om Raka ya, Yah?

BAKTI

Iya, betul begitu.

Nala mengangguk. Bakti mengusap kepala Nala.

SANTI

Marni kenapa enggak ikut ke sini, Ti?

BAKTI

Lagi ngurusin kos-kosannya yang di Bandung. Atau lebih tepatnya, emang disengajain pergi ke Bandung hari ini.

(beat)

Tante masih sungkan ketemu sama Ibu.

Santi menghela napas panjang.

SANTI

Ibu mau berterima kasih dan minta maaf ke Marni. Ibu berutang banyak sama dia. Kira-kira mau enggak ya, dia?

BAKTI

Nanti coba Bakti sampaiin ke Tante ya, Bu. Harusnya sih bisa.

Santi mengangguk. Kemudian menoleh ke arah Kinan.

SANTI

Saya juga mau berterima kasih ke kamu, Kinan. Tadi Bakti bilang, katanya kamu yang ngasih tau dan ngebujuk dia untuk pulang ke rumah.

(beat)

Terima kasih banyak ya, Kinan. Kamu udah berbuat banyak banget untuk Bakti.

Kinan mendadak salting. Lalu menggaruk kepalanya padahal tidak gatal.

KINAN

Sama-sama, Tante.

BAKTI

Kinan juga yang bantu nengahin Bakti sama Puspa.

SANTI

Puspa? Kamu akhirnya udah ketemu lagi sama Puspa juga?

RAKA

Beberapa bulan yang lalu Kak Puspa emang dateng ke sini, nanyain kabar orangt...

(beat)

Maksudnya, nanyain Om Fadli sama Tante Laras.

BAKTI

Iya, beberapa minggu yang lalu enggak sengaja ketemu sama Puspa dan komunikasi kami berdua kacau banget. Akhirnya, Kinan yang bantu nengahin dan sekarang kondisinya udah baik.

(beat)

Nanti Bakti ceritain lengkapnya ke Ibu. Ke Raka juga.

Santi tersenyum kepada Kinan. Kinan membalas senyum Santi dan mulai salah tingkah lagi. Raka menahan tawa.

SANTI

Kalian bertiga makan malam di sini, ya? Kalian mau makan apa? Nanti Ibu masakin untuk kalian.

NALA

Nala mau ayam goreng krispi...

Mereka semua saling pandang kemudian tertawa terbahak-bahak. Kecuali Nala.

SANTI

Ya udah, nanti Eyang bikinin ayam goreng krispi buat Nala, ya.

NALA

Krispinya yang banyak boleh, Eyang?

Santi tertawa dan mengangguk.

SANTI

Iya, boleh, boleh.

(beat)

Raka, nanti ke warung, ya. Beli tepung bumbu, soalnya Ibu udah punya ayam.

RAKA

Nala mau ikut sama Om ke warung, enggak?

(beat)

Kak, si Nala boleh makan permen atau ciki gitu enggak, sih?

BAKTI

Boleh, asal jangan banyak-banyak dan jangan lupa minum air putih aja, nanti dia bisa batuk. Apalagi kalau makan ciki banyak-banyak.

SANTI

Kinan suka makan apa?

Kinan terdiam. Bingung.

BAKTI

Kemarin katanya pingin makan ayam goreng bumbu rempah pakai sambel sama lalapan?

(beat)

Itu masakan andalan Ibu. Mau makan itu?

RAKA

Itu kan masakan kesukaan lo, Kak. Modus banget, deh. Bilang aja elo yang pengen makan ayam goreng sama sambel.

BAKTI

Berisik!

KINAN

Tapi kemarin emang pingin makan itu, sih...

(menoleh ke Santi)

Boleh ayam goreng sama sambel, Tante?

SANTI

Boleh, dong. Ibu udah ungkep ayam dari kemarin. Tinggal digoreng sama buat sambelnya aja. Sama si Raka beli sayur lalapannya di warung.

(beat)

Berarti ayam goreng krispi untuk Nala, sama ayam goreng rempah buat Kinan.

NALA

Yang punya Nala krispi-nya yang banyak, Eyang.

Mereka semua tertawa lagi. Santi mengangguk dan mengusap kepala Nala. Gemas. Raka bangun dan mengulurkan tangan ke arah Nala.

RAKA

La, ayo ikut sama Om Raka ke warung. Kita beli permen sama ciki.

BAKTI

Nala minta gendong di bahu ya sama Om Raka. Om Raka kan tinggi kayak pohon.

Nala turun dari pangkuan Bakti dan menggenggam tangan Raka.

NALA

Beneran boleh, Om?

Raka memicingkan mata ke arah Bakti. Tapi mengangguk ke arah Nala. Bakti nyengir jahil sambil angkat bahu.

RAKA

Boleh. Tapi pas pulangnya aja enggak apa-apa, ya?

NALA

Oke, Om.

Raka dan Nala pun keluar dari ruangan. Sambil bergandengan tangan.

SANTI

Bakti, kamu bantu ibu masak nasi sama goreng ayam. Ibu mau ngulek sambel.

KINAN

Aku boleh ikut bantu di dapur juga enggak, Tante?

BAKTI

Kamu mau masak nasi? Abis itu bantuin aku goreng ayam.

Kinan menganggukkan kepala. Bersemangat. Santi angkat alis mendengar perbincangan Kinan dan Bakti.

BAKTI

Kalau urusan dapur, Kinan paling pinter masak nasi, masak air, masak mie, sama nyuci perabotan, Bu. Sisanya masih butuh banyak belajar.

Kinan nyengir kuda ke arah Santi. Santi terdiam sejenak, kemudian akhirnya tertawa.

SANTI

Oalah... ya udah, kalau gitu ikut aja sini ke dapur, yuk. Masak bareng-bareng.

Mereka bertiga pun meninggalkan ruangan sambil tertawa.

DISSOLVE TO:

99. EXT. PAGAR DEPAN RUMAH MARNI - DAY

Mobil Kinan berhenti di depan pagar. Kinan, Santi, dan Raka turun dari mobil. Santi dan Raka memandangi papan dengan tulisan: "AWAS ANJING GALAK!". Alis mereka berdua terangkat.

SANTI

Kinan, memangnya Marni melihara anjing?

Kinan tertawa dan menggelengkan kepala.

KINAN

Enggak, Tante. Katanya ini tuh dulu dipasang buat nakutin anak-anak yang suka iseng manjat-manjat pager rumah Tante Marni.

SANTI

Oalah... Si Raka kan takut banget sama anjing.

RAKA

Yang takut kan Ibu, kenapa jadi bawa-bawa Raka, deh.

Mereka bertiga tertawa. Kinan membuka pintu pagar dan mereka bertiga masuk.

100. EXT. HALAMAN RUMAH MARNI - MOMENTS LATER

Bakti membuka pintu depan rumah. Nala menghambur lari ke arah Kinan, Santi, dan Raka, kemudian mencium tangan mereka masing-masing.

Di belakang Bakti, Marni berdiri dengan ekspresi cemas.

101. INT. RUMAH MARNI - RUANG KELUARGA - DAY

Kita akan melihat Bakti, Kinan, Marni, Santi, dan Raka berkumpul. Marni dan Santi duduk sebelahan. Mereka berdua berbicara serius. Kemudian, Marni dan Santi saling berpelukan.

DISSOLVE TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar