Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bakti Ayah Belia (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Keteledoran Muda-Mudi (Scene 7-9)

7. INT. RUMAH PUSPA - KAMAR PUSPA - DAY

Bakti dan Puspa tiduran di atas tempat tidur Puspa. Puspa berada di dalam rangkulan Bakti.

Dinding kamar Puspa ditempeli wallpaper berwarna merah muda pastel dengan gambar bunga mawar kecil-kecil. Di samping tempat tidur, ada meja kecil. Di atasnya, ada lampu tidur, lilin aroma terapi, serta bingkai foto Bakti dan Puspa sedang rangkulan, mengenakan seragam SMA.

PUSPA

(menghela napas)

Yang, aku enggak usah ikut jalan-jalan ke Eropa, ya?

(beat)

Enakan di sini, di rumah, peluk-pelukan sama kamu.

Bakti mengulum senyum. Puspa bahkan sudah tersenyum saat telapak tangannya merasakan degup jantung Bakti.

BAKTI

Ya jangan gitu jugalah. Keliling Eropa lho, Yang. Aku aja pengen.

PUSPA

(merajuk)

Tapi lebih seru liburan di sini aja sama kamu tau.

(beat)

Mana kita udah enggak ketemu satu semester lagi. Kangen banget kan aku sama kamu, Yang.

BAKTI

Ya sama, aku juga kangen sama kamu.

(beat)

Biasanya kan kita sering banget ketemu. Terus kemarin-kemarin enggak ketemu sama sekali. Aneh banget rasanya.

PUSPA

Makanya, ngerti kan kenapa aku jadinya males ikut liburan ke Eropa.

(beat)

Nanti sepanjang liburan pasti Mama bahas-bahas IPK aku yang menurut standar dia biasa-biasa aja. Bisa stress aku sepanjang liburan dengerin dia ngomel.

BAKTI

IPK kamu semester ini berapa emangnya?

PUSPA

3,1an lah. Enggak jelek-jelek banget buat mahasiswa baru yang masih adaptasi.

(beat)

Kamu berapa? Jangan bilang 4!

Bakti terdiam dan tersenyum canggung, merasa tidak enak.

PUSPA

Tuh kan, bener aja! IPK kamu 4 semester ini.

(manyun)

Yang, Ibu kamu pasti seneng banget deh punya anak kayak kamu.

(beat)

Udah baik, pinter, enggak pernah nyusahin, jadi panutan dan kesayangan banyak orang lagi. Kuliah dapet beasiswa full. Udah gitu ganteng lagi...

BAKTI

Terus punya pacar namanya Puspa lagi. Yang cantik, manis, penyabar, penyayang, rajin, walaupun tajir tapi anaknya enggak sombong dan rajin menabung. Mau aja diajak jalan naik motor butut padahal punya mobil bagus...

Puspa seketika tertawa. Bakti juga jadi ikut tertawa.

BAKTI (CONT'D)

Ternyata kalau ditotal-total kamu yang jauh lebih Tantet unggul tau, Yang. Aku kalau enggak pinter dikit, beneran jadi enggak punya apa-apa.

Tawa Puspa mereda. Dia memandangi Bakti dalam-dalam.

PUSPA

Kamu tuh pinter banget, bukan pinter dikit. Dari kelas 10 juga kamu udah juara umum terus kan di sekolah.

(beat)

Aku bahkan masuk 3 besar di kelas aja enggak pernah.

BAKTI

Aku kan dipaksa jadi pinter, Yang.

(tertawa kecil)

Setelah Bapak enggak ada pas aku masih kelas 8, Ibu wanti-wanti terus ke aku, bilang dia belum tentu sanggup biayain aku kuliah. Ibu kan cuma jadi guru di MTs pinggiran gitu. Udah gitu, masih ada Raka lagi.

(beat)

Makanya, aku jadi belajar terus biar nilainya bagus. Apalagi pas masuk SMA, biar bisa dapet kampus negeri sama beasiswa. Kalau enggak gitu, aku enggak bisa kuliah.

Lagi, Puspa mengeratkan pelukannya. Begitu juga dengan Bakti. Seperti menghangatkan satu sama lain.

PUSPA

Tau enggak, Yang?

BAKTI

Tau apaan?

PUSPA

Aku kan sayang banget tau sama kamu.

BAKTI

(nada jahil)

Beneran? Masa, sih?

PUSPA

Enggak jadi, deng. Bohongan.

(mengeratkan pelukannya)

Jadi selama ini aku cuma akting doang.

Bakti tertawa, lalu mengamati ekspresi wajah Puspa.

Keduanya saling menatap dalam-dalam, seperti saling melempar kode. Begitu Puspa menganggukkan kepala, Bakti mendekatkan wajahnya ke wajah Puspa.

Bima mengecup pelan bibirr Puspa, juga mengeratkan pelukannya.

CUT TO:

8. INT. RUMAH PUSPA - KAMAR PUSPA - MOMENTS LATER

Di ujung tempat tidur, terlihat ujung kaki Bakti dan Puspa yang tidak tertutup oleh selimut. Di lantai, di dekat kaki tempat tidur, terlihat pakaian mereka yang berserakan.

FADED TO BLACK.

9. INT. KAMAR INDEKOS BAKTI - NIGHT

TITLE: 4 BULAN KEMUDIAN

Suasana remang-remang. Bakti sedang membaca buku di pangkuannya sambil duduk di lantai, dikelilingi tumpukan kertas dan buku-buku. Di meja lipatnya, ada laptop tua yang terbuka dan menyala.

Ponselnya yang berada di atas meja, di samping laptopnya, bergetar. Ada panggilan datang dari Puspa. Bakti menjawab panggilan dari Puspa.

BAKTI

Halo? Kenapa, Yang?

PUSPA (O.S.)

Halo, Sayang. Kamu lagi apa?

BAKTI

(membalikkan halaman buku)

Aku lagi belajar, besok ada UTS. Ujian terakhir.

(beat)

Kenapa? Ada apa jam segini kamu telepon aku?

Bakti melirik ke arah jam digital yang tertera di sudut layar laptopnya.

BAKTI (CONT'D)

Udah jam 2 pagi lho, ini. Ada apa? Tumben. Biasanya kamu udah tidur.

Tidak terdengar balasan dari Puspa. Bakti mengernyit. Hanya terdengar suara helaan napas Puspa yang berat.

Bakti pun seketika menutup buku yang ada di pangkuannya, panik.

BAKTI (CONT'D)

Puspa? Sayang? Kenapa? Ada apa?

Puspa masih belum menjawab. Bakti terdiam sejenak, berpikir keras.

BAKTI (CONT'D)

Kamu sakit? Enggak enak badan?

Terdengar Puspa berbicara, hanya suaranya tidak jelas karena ada gangguan sinyal. Bakti bangkit dari duduknya dan membuka jendela kamarnya.

BAKTI (CONT'D)

Gimana? Kenapa? Tadi suara kamu enggak kedengeran, sinyalnya jelek.

PUSPA (O.S.)

(berdeham)

Aku udah telat mens tiga bulan ini.

Bakti terbelalak.

PUSPA (O.S.) (CONT'D)

Terus aku tadi ngecek pakai test pack. Dan hasilnya positif. Aku hamil.

Bakti terperenyak di lantai seketika. Ia memegangi keningnya, berusaha memproses apa yang baru ia dengar.

Panik serta cemas yang tadi Bakti rasakan membuncah menjadi takut dan rasa bersalah. Dia mendadak linglung.

BAKTI

M-maaf...

PUSPA (O.S.)

(menyela ucapan Bakti)

Jujur, aku panik dan aku enggak tau aku harus gimana. Ini... ini tuh kayak di luar kendali aku banget, Yang. Besok aku mau bilang ke Mama dan Ayah.

(beat)

Kamu besok UTS terakhir, kan? Habis itu, kamu bisa langsung pulang ke Jakarta? Kalau Mama tau, dia pasti... pasti mau ketemu sama kamu.

Bakti memejamkan matanya sejenak, kemudian menggigit bibir bawahnya. Jantungnya semakin berdebar. Tidak karuan.

BAKTI

Oke, besok abis ujian aku langsung pulang ke Jakarta.

(beat)

Kamu... kamu gimana?

PUSPA (O.S.)

Aku masih agak... denial. Bingung. Takut. Dan cemas juga.

(beat)

Tapi jujur...

Bakti menelan ludah. Peluh mengalir di pelipisnya.

PUSPA (O.S.) (CONT'D)

... Aku takut gimana nasib kita berdua ke depannya setelah ini. Jujur, ini bakalan berat banget buat kita berdua. Mama pasti bakalan marah besar. Aku... aku takut kita disuruh putus gara-gara ini.

BAKTI

Maaf. Maafin aku. Harusnya waktu itu aku...

PUSPA (O.S.)

(menyela ucapan Bakti)

Ini kesalahan kita berdua dan kita harus tanggung konsekuensinya nanti. Apapun itu.

(beat)

Kamu juga kabarin Ibu kamu ya, Yang.

(beat)

Hm... ya udah kalau begitu. Aku tidur duluan, ya. Besok aku ada kuliah pagi. Good luck buat ujiannya besok. See you.

Puspa menutup panggilannya sebelum Bakti menjawab.

Bakti menggenggam erat ponselnya. Kemudian duduk melungker, memeluk kedua kakinya erat-erat. Membenamkan wajahnya di lengan dan lututnya. Dan menangis.

FADE OUT.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar