Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bakti Ayah Belia (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
18. Benih pun Mulai Bersemai (Scene 59-66)

59. INT. PARKIRAN GEDUNG KANTOR - DAY

Kita akan melihat Bakti dan Kinan yang berdiri mengantri elevator sambil mengobrol. Pintu elevator terbuka dan ada orang yang keluar. Bakti refleks menarik mendekat ke arahnya, memberi jalan kepada yang lewat.

60. INT. KANTOR - RUANGAN TIM TRAFFIC - DAY

Kita akan melihat Bakti dan Kinan bersenda gurau. Ardi memandangi mereka sambil tersenyum dari mejanya.

61. INT. KANTOR - COMMON ROOM - DAY

Kita akan melihat Bakti dan Kinan melewati orang-orang yang sedang sarapan. Mereka berdua mengobrol sambil tertawa. Orang-orang bisik-bisik memandangi mereka berdua yang berlalu. Rahma tersenyum sambil menyapu.

62. INT. KANTOR - RUANGAN TIM TRAFFIC - NIGHT

Kita akan melihat Bakti dan Kinan video call dengan Nala.

63. EXT. MINIMARKET - NIGHT

Kita akan melihat Bakti dan Kinan keluar dari minimarket. Mereka tertawa dan saling dorong-dorongan. Kemudian Bakti membukakan pintu mobil untuk Kinan dan menutupnya setelah Kinan duduk di dalam. Mobil Kinan meninggalkan minimarket.

64. INT. RUMAH MARNI - RUANG KELUARGA - NIGHT

Kita akan melihat Bakti yang duduk di sofa memangku Nala yang tertidur. Dia melihat layar ponselnya dan senyum-senyum sendiri. Di sebelah Bakti, ada Marni yang sedang menonton TV. Dia melirik ke arah Bakti dan geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

65. INT. KAMAR INDEKOS KINAN - NIGHT

Kita akan melihat Kinan tiduran di atas tempat tidur, cekikikan sambil melihat layar ponselnya.

66. INT. KANTOR - RUANGAN TIM TRAFFIC - DAY

Bakti menoleh ke arah jam tangannya dan sudah menunjukkan jam 11 siang. Dia mematikan layar komputernya.

BAKTI

Bang, gue izin jemput Nala dulu, ya.

ARDI

Oke, hati-hati, ya. Oh iya, Ti, gue boleh titip pisang aroma yang dijual deket sekolah si Nala, enggak? Enak banget, tuh.

(beat)

Yang cokelat keju sama yang keju, yah. Nanti duitnya gue ganti, hehe.

BAKTI

Oke, Bang. Sip.

(menoleh ke Kinan)

Nan, cabut dulu, ya.

KINAN

Okay. Take care, Ti.

Bakti mengusap pelan bagian belakang kepala Kinan dan melangkah keluar meninggalkan ruangan. Ardi berdeham.

ARDI

Duh, tau enggak, sih? Lama-lama gue berasa obat nyamuk deh di ruangan ini.

(beat)

Cari tambahan tenaga apa nih gue?

KINAN

Obat nyamuk apaan deh. Kalau mau ikut gabung ngobrol bareng kan bisa, Di.

ARDI

(berdecak)

Kalau ikut gabung ngobrol emang bisa, Kin. Tapi kalau saling tatap penuh sayang? Elus kepala penuh kasih?

(nada meninggi)

Bokinan di minimarket malem-malem? Mana bisaaaaa...

Kinan mulai kelihatan panik.

KINAN

Lah, elo kok tau yang minimarket?!

ARDI

Heh, emang itu minimarket milik kalian berdua doang? Gue juga sekali-kali suka kali jajan ke situ, terus numpang ngerokok juga.

(beat)

Udah berapa kali tuh gue enggak jadi mampir gara-gara gue ngeliat lo lagi duaan sama si Bakti.

Kinan menghela napas. Tidak tahu bagaimana menanggapi Ardi.

ARDI (CONT'D)

Tapi elo beneran lagi deket kan sama Bakti, Kin? Maksud gue, romantically speaking.

Kinan angkat bahu, tidak begitu yakin.

KINAN

Lagi deket dan gue-nya attracted sama Bakti sih iya, Di. Cuma gue belum tau deh si Bakti-nya gimana.

ARDI

Gue tuh kadang masih suka kaget sendiri betapa straightforward-nya elo.

(beat)

Tapi, Bakti kan udah punya anak, Kin. Udah mayan gede lagi. Elo enggak masalah?

KINAN

No problem. Nala pun anaknya baik dan cute. Enggak awkward sama sekali ke gue.

ARDI

Terus Bakti pernah enggak sih cerita ke elo soal kenapa akhirnya dia punya anak?

KINAN

Dia cuma pernah bilang kalau dia punya anak tapi enggak nikah. Bilang gitu aja gue udah bisa ngebayanginlah general story-nya kayak gimana.

(beat)

Gue enggak tanya-tanya lebih jauh lagi. Gue enggak merasa berhak untuk prying.

ARDI

Tapi nih ya, kalau dari lubuk hati lo yang paling dalam, ada enggak sih rasa kecewa dengan kondisi Bakti yang begini?

Kinan terdiam sejenak. Menimbang-nimbang dalam pikirannya.

KINAN

Daripada kecewa, gue lebih ke surprised sih sebenernya. Ngeliat Bakti yang sekarang, kayak... enggak mungkin aja dia kayak gitu.

(angkat bahu)

Tapi yaudah, namanya juga manusia. Pernah begini dan pernah begitu, termasuk gue. Termasuk elo juga.

(beat)

Menurut gue, Bakti termasuk yang berani untuk owned up katakanlah 'kesalahan' dia dan tetap membesarkan Nala, walaupun sendiri. And that's enough for me.

Ardi memandangi Kinan dengan sorot mata penuh kekaguman.

ARDI

Duh, kenapa ya orang-orang tuh pada enggak bisa kayak elo, Kin?

KINAN

Gimana tuh maksudnya?

ARDI

Kenapa orang-orang tuh kebanyakan pada enggak bisa punya pemikiran kayak elo.

(beat)

Gue belum ada setahun bareng lagi sama Bakti, dan gue udah sakit hati sendiri gimana lingkungan nge-judge dia sampai segitunya. Gue enggak bisa ngebayangin gimana perasaannya dia selama ini.

Ardi menghela napas. Berusaha mengontrol emosinya.

ARDI

Dikatain enggak punya wibawalah, enggak jantanlah, sama yang bapak-bapak karena dia enggak nyari istri buat ngurus anaknya.

(beat)

Sering banget digodain sama ibu-ibu genit. Dipikirnya karena Bakti udah punya anak, dia bisa gampang dicolek.

(beat)

Digosipin mabok terus merkosa pacarnya sampai hamil-lah. Terus pacarnya kabur karena dia suka KDRT. Dan dia juga bisa jadi kasar sama anaknya di rumah.

(beat)

Gue... gue enggak abis pikir, Kin. I mean, orang kayak Bakti, lho. Bakti. Bak to the Ti. Kalau ke orang yang kayak gue, masih bisa dipahamilah walaupun ya gila juga.

Kinan tersenyum miris dan angkat bahu.

KINAN

Dunno. Gue lebih percaya sama intuisi dan my own firsthand experience aja. Gue bisa liat dan ngerasain sendiri betapa baiknya Bakti, dan betapa sayangnya dia sama Nala. Se-selfless itu dan se-genuine itu.

(beat)

Mereka sih yang rugi enggak bisa liat dan ngerasain itu. Such a pity.

ARDI

Kin.

KINAN

Kenapa?

ARDI

Jadi, semenjak punya anak, Bakti tuh jadi timid banget, Kin. Terutama urusan cewek begini. Dia merasa somehow enggak pantas punya pacar lagi.

(beat)

Baru kali ini gue ngeliat dia bisa membuka diri dan hati dia lagi buat cewek, Kin.

KINAN

Gue tau. I can sense it.

ARDI

Jadi, elo buruan deh lamar si Bakti, Kin. Gue udah geregetan banget ini. Gue daftarin deh kalian ke KUA sekarang.

(beat)

Kalau nunggu si Bakti takutnya lama banget, nih. Jangan-jangan harus nunggu si Nala lulus SMA dulu lagi.

KINAN

Heh, lo kata ngelamar orang tuh segampang jajan di minimarket?!

(beat)

But I can it as a consideration. Gue? Ngelamar Bakti? Sounds good juga, sih.

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar