Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bakti Ayah Belia (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
22. Diskusi dan Solusi Para Wanita (Scene 79-80)

79. INT. CAFE - DAY

Kinan dan Puspa duduk berhadapan dan saling berpandangan. Kemudian, barista datang dan meletakkan minuman di atas meja.

BARISTA

Hot English Breakfast dan hot Cafe Latte yang less sugar. Silakan.

KINAN PUSPA

Thank you Terima kasih.

Barista meninggalkan meja. Kinan dan Puspa menyeruput minuman masing-masing, masih sambil saling memandangi.

PUSPA

Elo ini ceweknya Bakti, ya?

KINAN

For now bukan.

PUSPA

Oh, belom jadian. Masih gebetan, ya.

(beat)

Kenapa? Takut gue ngerebut Bakti?

Kinan menggelengkan kepala.

KINAN

Enggaklah. Kita kan bukan hidup di dunia FTV anak sekolah, Mbak.

(beat)

Gue di sini merasa perlu menjembatani kalian berdua setelah melihat beberapa kali gimana reaksinya Bakti tiap ada elo. Dia jadi meledak-ledak dan hysterical banget.

(beat)

Yang jelas, Bakti belum ada di kondisi dia bisa menghadapi lo dengan tenang saat ini. Meanwhile, elo terus nge-push dia dengan keinginan lo. And itu termasuk invading privasinya Bakti.

Puspa menyeruput tehnya. Kemudian meletakkan cangkirnya di atas meja. Terdengar suara clack! yang cukup nyaring.

PUSPA

Terus? Sekarang elo mau ngapain? Ngelarang-ngelarang gue?

KINAN

Ngelarang elo untuk minta Nala dari Bakti, iya.

PUSPA

Tapi anak itu tuh anak gue! Gue yang ngandung dia selama 9 bulan dan gue yang ngelahirin dia!

KINAN

Tapi yang membesarkan Nala selama 5 tahun belakangan itu Bakti, Mbak.

(beat)

Dan anak itu punya nama. Nala. Dan elo enggak seharusnya minta-minta Nala kayak begitu. Nala itu manusia dan bukannya barang, Mbak.

Sekujur badan Puspa bergetar, menahan amarah.

KINAN (CONT'D)

Gue juga perempuan, Mbak. Gue ngerti mengandung dan melahirkan itu bukan hal yang mudah. Apalagi elo mengalaminya di luar pernikahan. Pasti berat dan stressful buat lo saat itu. Gue paham, Mbak.

(beat)

Tapi, bukan berarti elo tiba-tiba dateng dan seenaknya minta balik anak lo kayak begini juga. Bakti itu bukan tempat penitipan anak, Mbak. Bakti itu bapaknya Nala dan dia yang jungkir-balik selama 5 tahun ini buat ngurus dan membesarkan Nala.

(beat)

Elo enggak boleh menihilkan usaha dan pengorbanan Bakti selama 5 tahun ini kayak gini, Mbak. Dan elo enggak bisa mungkirin kenyataan bahwa elo emang enggak ada di 5 tahun pertama hidup Nala regardless of the fact elo emang ibu kandungnya dia.

Kinan menghela napas dan meneguk kopinya.

KINAN (CONT'D)

Apa elo tau gimana kejamnya judgment dan stigma orang-orang mengenai Bakti yang punya anak tapi enggak nikah?

(beat)

Apa elo tau orang-orang pada mikir dan percaya Nala itu hasil Bakti merkosa mantan pacarnya karena mabuk? Kemudian mantannya kabur karena Bakti yang suka KDRT?

(beat)

Belum lagi ledekan atau sindiran berbau innuendo tentang Bakti karena dia belum memutuskan untuk menikah padahal dia masih muda dan udah punya anak.

Puspa terbelalak. Kemudian termangu.

KINAN (CONT'D)

Tapi dia pasrah nerima semua itu, Mbak. Meskipun dia bilang enggak apa-apalah, udah kebal-lah, tapi gue yakin, deep down, those words hurt him so bad.

(beat)

Bakti bisa pasrah dan tenang menghadapi itu semua selama ini, Mbak. Tapi, semua itu jadi bubar jalan di saat elo tiba-tiba muncul dan minta Nala untuk jadi milik lo sepenuhnya. That really stressed him out, Mbak.

Kinan menghela napas. Kemudian meneguk kopinya.

KINAN (CONT'D)

So, sekarang gue harap elo sekarang ngerti sikonnya kayak gimana dan please, jangan merasa elo yang paling berhak atas Nala.

(beat)

Bakti itu udah ninggalin hidup dia yang dulu, keluarganya, dan mimpinya buat Nala. Elo minta Nala dari dia, sama aja elo minta hidup dia dan alasan dia untuk tetep hidup.

(beat)

That's not cool, Mbak.

Puspa terperenyak. Kemudian mulai menangis.

80. INT. CAFE - MOMENTS LATER

Puspa sudah berhenti menangis dan terlihat tenang walaupun matanya agak sembab. Kinan meneguk kopi dari cangkir keduanya.

PUSPA

Gue... gue minta maaf, ya.

KINAN

Minta maafnya ke Bakti-lah, bukannya ke gue.

PUSPA

Ke elo jugalah. Kan gue jadi ngerepotin lo juga.

KINAN

Oh, buat yang hari ini? Yang gue akhirnya jadi cabut dari kantor buat bawa lo jauh-jauh dari Bakti?

(beat)

That's okay. Tapi beliin gue makan siang, ya. Karena kayaknya uang makan dan transport gue hari ini di-cut gara-gara kejadian ini.

Puspa tersenyum kecil dan mengangguk.

PUSPA

Selain itu, makasih banyak karena elo udah mau ngejelasin semuanya ke gue. Soal Bakti dan struggles dia selama ini, setelah gue cabut ninggalin dia.

(beat)

Elo juga enggak nge-judge gue melebihi porsinya dan enggak bikin masalahnya jadi melebar ke mana-mana. Makasih, ya.

KINAN

You're welcome, Mbak.

PUSPA

Jujur, gue pikir elo bakalan blindly pasang badan buat Bakti dan menyingkirkan gue jauh-jauh dari hidup Bakti. Terus nganggep gue ibu yang enggak bertanggung jawab karena udah nelantarin anak, apalah apalah apalah gitu.

KINAN

Karena gue udah tau cerita awalnya, Mbak. Gue ngerti kenapa elo pergi ninggalin Bakti dan anak kalian. Bagi gue, elo udah cukup bertanggung jawab dengan mempertahankan Nala dalam kandungan lo, melahirkan dia dengan selamat, dan menyerahkannya ke orang tua angkat yang memang bersedia dan mampu untuk merawat.

(beat)

Kesepakatan awalnya memang seperti itu, kan? Dan mungkin kalau gue ada di posisi lo pada saat itu, gue pun akan melakukan hal yang sama.

Kinan menyeruput kopinya.

KINAN (CONT'D)

Gue cuma enggak bisa terima bagian elo tuh tiba-tiba mau minta Nala dari Bakti macem Nala itu barang. Udah gitu maksa dan invading privasinya Bakti.

(beat)

Kalau elo bilangnya mau ikut membesarkan Nala bareng-bareng dan mau mengompensasi 5 tahun yang udah berlalu, gue yakin, Bakti pasti enggak bakalan ngamuk-ngamuk kayak gini.

PUSPA

Iya, bagian itu emang pure kesalahan gue. Gue akuin itu dan gue nyesel banget karena gue ngikutin ego gue.

KINAN

Dan elo harus minta maaf ke Bakti untuk yang satu itu. Kemudian komunikasiin maksud dan tujuan lo yang sebenernya ke Bakti mengenai Nala.

PUSPA

Elo bisa bantu gue? Supaya gue bisa ngomong dan ngejelasin semuanya ke Bakti?

KINAN

No problem. Nanti pun gue pasti akan ceritain obrolan kita berdua ke dia.

Puspa mengangguk. Kemudian meneguk tehnya.

PUSPA

Elo enggak masalah gue tiba-tiba dateng lagi ke hidupnya Bakti? Elo enggak jealous atau gimana gitu?

KINAN

Elo tuh dateng lagi ke hidup Bakti sebagai ibu kandungnya Nala, kan? Bukan sebagai mantan pacar yang pingin balikan lagi?

(beat)

Kalau motif lo yang nomor dua, lupain obrolan ini udah terjadi. Kita berantem deh di luar sekarang.

Puspa tertawa dan geleng-geleng kepala. Kinan pun tersenyum kecil. Suasana sudah mulai mencair.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar