Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bakti Ayah Belia (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
3. Pertemuan dan Resolusi Keluarga (Scene 10-16)

10. INT. BUS (MOVING) - DAY

FADE IN.

Bakti duduk di dalam bus, dekat jendela. Memandangi pemandangan di luar dengan tatapan kosong.

DISSOLVE TO:

11. EXT. PAGAR DEPAN RUMAH BAKTI - NIGHT

Kita melihat Bakti membuka pintu pagar dengan kepala tertunduk dan lunglai. Pintu depan rumah terbuka. Terlihat Santi dan Raka yang terlihat kaget.

12. INT. RUMAH BAKTI - RUANG KELUARGA/TAMU - moments later

Terlihat Bakti, Santi, dan Raka berbicara serius dan isi pembicaraan tidak terdengar. Bakti menangis, sujud di kaki Santi. Santi terhenyak di sofa. Raka terbelalak.

Santi bangkit dari sofa, pergi meninggalkan Bakti dan Raka. Masuk ke dalam kamarnya.

FADE OUT.

13. INT. RUMAH PUSPA - RUANG TAMU - DAY

FADE IN:

Keluarga Bakti dan keluarga Puspa bertemu. Semua orang duduk dengan ekspresi tegang dan postur kaku.

Di sofa tengah: Bakti dan Santi. Raka duduk di sandaran tangan sebelah Santi.

Di sofa kiri: Bowo (ayah Puspa, 48 tahun) dan Puspa.

Jenar (ibu Puspa, 47 tahun) berdiri di hadapan mereka semua. Kedua lengannya terlipat di depan dada. Terlihat marah.

JENAR

Datang juga kalian. Saya sudah siap panggil polisi kalau kalian berani mangkir.

SANTI

Tanpa diminta pun kami pasti akan datang, Bu.

Jenar mendengus, melirik ke arah Santi dengan tatapan meremehkan.

JENAR

Anda tidak dalam posisi untuk bisa bersikap ngesok seperti itu, ya. Jaga sikap, bisa?

BOWO

Ma, bisa bicara sambil duduk? Dan ngomong baik-baik? Ayah pegel ngeliat Mama ngomong sambil berdiri gitu...

JENAR

Enggak bisa, Yah!

(beat)

Mama enggak bisa ngomong baik-baik sama orang yang ngerusak masa depan Puspa. Enak aja!

Santi mendadak berdiri, lalu berdiri berhadapan dengan Jenar. Bakti dan Raka juga berdiri, memegangi tangan Santi dari belakang.

SANTI

(suara bergetar menahan marah)

Tolong ya, jaga lisan Ibu.

(beat)

Ini keteledoran kita semua dan Ibu tidak bisa serta-merta hanya menyalahkan Bakti.

JENAR

(suara meninggi)

Tapi yang paling banyak nanggung akibatnya siapa? Puspa!

(beat)

Yang harus hamil 9 bulan siapa? Puspa! Yang nanti harus melahirkan bayi itu siapa? Puspa! Yang harus berhenti kuliah dan kuliah ulang di kampus baru nanti karena melahirkan siapa? Puspa! Bukan Bakti!

Bakti menundukkan kepala, semakin mengkeret jadinya. Jenar mendelik ke arah Bakti dan menunjuk-nunjuk wajah Bakti.

JENAR (CONT'D)

Puas kamu?! Puas udah ngehancurin masa depan Puspa, anak perempuan saya satu-satunya?! PUAS?!

(beat)

Ini semua gara-gara kamu! Kamu dan ibu kamu yang gagal mendidik kamu! Brengsek!

(suara melengking histeris)

Dasar laki-laki, enggak bisa tahan hawa nafsu, kayak binatang!

Bakti hanya menunduk, pasrah menerima semua cacian dari Jenar. Sekujur tubuh Santi bergetar marah. Bakti dan Raka memegangi tangan Santi, berusaha menenangkannya.

Puspa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis. Bowo bangkit dari duduknya dan memegangi tangan Jenar. Tapi Jenar menghempaskan tangan Bowo. Masih marah dan tidak bisa ditenangkan.

CUT TO:

14. INT. RUMAH PUSPA - RUANG TAMU - MOMENTS LATER

Semua orang masih duduk di posisi yang sama, tetapi sudah terlihat lebih tenang. Jenar juga sudah duduk di sofa, di sebelah Bowo.

BOWO

Ya, jadi kemarin siang, setelah Puspa memberitahu kami mengenai kondisi ini, kami segera membawa Puspa ke dokter kandungan untuk diperiksa.

(beat)

Usia kandungannya sudah berusia jalan 4 bulan dan sehat. Dan Puspa tidak mau memilih aborsi.

Santi menganggukkan kepala, tidak mengindahkan Jenar yang mencibir ke arahnya.

SANTI

Saya juga tidak membenarkan aborsi, Pak. Dosa. Apalagi, menurut agama kan ruh sudah ditiupkan ke janin di usia 4 bulan. Sama saja dengan membunuh itu namanya.

Jenar mencibir keras.

JENAR

Kalau urusan begini saja, baru inget dosa. Cih.

Santi menghela napas. Berusaha untuk tidak membalas cibiran Jenar.

SANTI

Opsi terbaik yang bisa dipilih saat ini ya hanya satu, yaitu mencari orang tua angkat untuk bayi ini.

(beat)

Baik Bakti dan Santi belum bisa merawat bayi itu. Mereka berdua juga masih muda, masa depannya masih panjang. Mereka berdua harapan keluarga kita masing-masing.

JENAR

Ya cari dan uruslah itu semua sama kalian. Kalau mau tanggung jawab, jangan setengah-setengah!

(beat)

Pokoknya kalian yang urus soal orang tua yang akan mengadopsi bayi itu. Begitu bayi itu lahir dan diserahkan ke orang tua angkatnya, urusan di antara kita saya anggap selesai. Putus. Tuntas!

(beat)

Setelah lahiran, Puspa juga akan langsung lanjut kuliah di luar negeri. Jauh-jauh dari kamu. Enggak ada lagi pokoknya urusannya sama kamu!

Bakti mengangguk. Tidak bisa bersuara. Kedua matanya bergetar menahan air matanya agar tidak menetes.

Jenar kemudian memandang ke arah Raka.

JENAR

Kamu, sebagai adiknya, jangan pernah tiru tingkah brengsek kakak kamu ini. Pinter sih pinter, tapi ngehamilin anak orang, ngerusak masa depan orang.

Raka menunduk dan tidak menjawab ucapan Jenar.

Dari balik bahu Jenar, Puspa melirik ke arah Bakti. Matanya sembab. Kemudian ia menunduk.

Bakti mengerling ke arah Puspa yang tengah menunduk. Tatapannya muram. Kemudian dia menundukkan kepala.

DISSOLVE TO:

15. INT. RUANG KELAS - DAY

Kita akan melihat time lapse tampak belakang Bakti yang termenung sendiri. Duduk sambil berpangku tangan, memandangi jendela. Satu per satu, teman-teman sekelasnya masuk ke dalam ruangan dan menyapanya. Bakti tidak menghiraukan.

Dosen masuk ke dalam ruangan dan memulai kuliah. Bakti masih tetap dengan posisi duduk berpangku tangan dan memandangi jendela.

Jam kuliah usai. Dosen meninggalkan ruangan kelas. Satu per satu, teman-temannya menegurnya sambil meninggalkan ruangan kelas. Bakti tetap bergeming, memandangi jendela.

DISSOLVE TO:

16. INT. RUMAH PUSPA - KAMAR PUSPA - NIGHT

Kita akan melihat time lapse tampak depan Puspa yang duduk di tepi tempat tidurnya. Tertunduk sambil memeluk perutnya. Matanya sembab.

Kamarnya temaram, hanya lampu tidurnya saja yang menyala. Banyak barang berserakan di lantai kamarnya. Termasuk pigura foto Puspa bersama Bakti mengenakan seragam SMA, kacanya sudah pecah berkeping-keping.

Asisten rumah tangga membereskan lantai kamar yang berantakan. Lalu pergi meninggalkan kamar.

Jenar memarahi Puspa sambil berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuknya. Lalu pergi meninggalkan kamar.

Bowo geleng-geleng kepala memandangi Puspa. Lalu pergi meninggalkan kamar.

DISSOLVE TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar