Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
72. INT. MALL - KAFE - DAY/NIGHT
Bakti menghampiri Kinan dan Nala yang duduk sebelahan sambil nonton kartun di ponselnya Kinan. Kemudian Bakti duduk di hadapan mereka berdua. Wajahnya terlihat kesal.
KINAN
What's wrong?
BAKTI
Kamu ada yang mau dicari lagi enggak di sini, Nan?
KINAN
Enggak, sih. Kenapa? Kamu pengen pulang sekarang?
Bakti menganggukkan kepala.
KINAN
Yaudah yuk, kita pulang sekarang. Nala, pulang sekarang, yuk.
NALA
Yaaah, kenapa pulang sekarang, Tante?
KINAN
Soalnya udah sore dan Tante udah capek, hehe. Enggak apa-apa ya pulang sekarang? Besok-besok kita ke sini lagi.
NALA
(manyun)
Oke deh, Tante.
Kinan mengelus kepala Nala. Kemudian memandangi Bakti. Cemas.
CUT TO:
73. INT. MOBIL KINAN (MOVING) - NIGHT
Mobil diguyur hujan. Kinan menyetir. Bakti terdiam di sampingnya. Sedangkan Nala tertidur di jok belakang. Kinan sesekali mengerling ke arah Bakti.
74. INT. MOBIL KINAN - MOMENTS LATER
Mobil berhenti dan di luar masih hujan. Kinan memandangi Bakti dan menghela napas panjang.
KINAN
Kamu enggak apa-apa, Ti?
Bakti menggeleng-gelengkan kepala.
KINAN (CONT'D)
Mind to tell me?
BAKTI
Yang tadi tuh... Puspa. Mantan.
(beat)
Dan ibunya Nala. Ibu kandung.
Kinan menelan ludah. Mendadak merasa gugup, tapi berusaha terlihat tenang.
BAKTI (CONT'D)
Aku pernah bilang ke kamu kan, kalau aku punya anak tapi aku enggak nikah.
Kinan mengangguk pelan.
BAKTI (CONT'D)
Aku sama dia enggak dinikahin karena waktu itu kesepakatan orang tua adalah anak yang dilahirin dia akan dirawat sama pihak ketiga, yang kebetulan kerabat jauh ibu aku.
(beat)
Terus kami berdua harus putus dan mulai kehidupan masing-masing setelah Puspa lahiran.
Bakti menunduk dan menghela napas panjang.
BAKTI (CONT'D)
Saat itu, aku dan dia sama-sama setuju, mikir mungkin ini jalan yang terbaik untuk masa depan kami berdua.
(beat)
Kemudian aku berubah pikiran pas enggak sengaja ngeliat dia, di ruang bayi rumah sakit. Aku kesadar kalau dia itu anak aku, darah daging aku, dan aku enggak rela kasih dia ke orang lain.
Bakti menoleh ke arah Nala yang tertidur.
BAKTI (CONT'D)
Ibu marah karena aku mau rawat anak aku. Akhirnya aku kabur, bawa dia, dan tinggal sama Tante Marni.
(beat)
Tante Marni saudara tiri Ibu. Dia enggak akur sama keluarga besar dan ibu enggak tau kalau aku tau dia. Jadi, sejauh ini aman.
(beat)
Aku berhenti kuliah dan mulai kerja serabutan ini itu, sampai akhirnya hampir setahun yang lalu ketemu sama Bang Ardi dan kerja di SC.
KINAN
I'm so sorry to hear that.
Bakti menggelengkan kepala. Tersenyum lirih ke arah Kinan.
BAKTI
Aku udah ikhlas ngejalanin ini semua. Yang penting Nala sehat, happy, dan berkecukupan. Tapi...
(beat)
Tapi aku enggak ikhlas pas tiba-tiba, setelah 5 tahun berlalu, ketemu Puspa dan dia mau minta Nala dari aku.
KINAN
M-minta?!
Bakti mengangguk. Ekspresinya marah dan kecewa.
BAKTI
Dia tadi bilangnya selama ini masih kepikiran bayinya yang dia tinggal kuliah di Amerika. Tapi dia enggak ngehubungin aku karena ya dia mikirnya aku juga pasti enggak bakalan in touch sama orang tua angkat bayinya.
(beat)
Lulus kuliah, dia mutusin buat pulang dan internship di sini. Sambil nyari anaknya. Dia sampai datengin rumah Ibu dan kaget pas tau kejadiannya gimana.
(beat)
Dan apes banget, dasar Jakarta emang sempit, hari ini ketemu. Dan ternyata Puspa temennya Wulan pula.
Kinan masih termangu. Tidak bisa komentar.
BAKTI (CONT'D)
Dia kaget? Seneng? Apalah pokoknya pas tau anak dia udah sebesar ini dan kondisinya baik-baik aja. Dia sempet mikir aku sama Nala tinggal di tempat kumuh, hidup susah sengsara gitulah gara-gara aku kabur dari rumah.
Kinan mengernyit. Bakti mendengus.
BAKTI (CONT'D)
Makanya... aku marah. Marah banget. Bisa-bisanya dia mau minta Nala begitu aja. Dia pikir Nala itu barang apa? Bisa seenaknya diminta-minta kayak begitu?!
(beat)
Iya tau, dia ibunya. Ibu biologisnya. Tapi enggak gitu juga dong caranya? Apalagi dia enggak ada dari Nala lahir sampai sekarang udah segede ini?
Kinan menggenggam tangan Bakti. Mata Bakti mulai berkaca-kaca.
BAKTI (CONT'D)
(suara bergetar)
Aku enggak bisa, enggak mau ngasih Nala ke dia, Nan. Pokoknya enggak.
(terisak)
Nala anak aku, Nan. Aku enggak bisa...
Bakti menangis dan Kinan memeluk Bakti. Kinan mengusap bagian belakang kepalanya Bakti. Ikut merasa sedih.