Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Junkie
Suka
Favorit
Bagikan
16. Semilla HIV AIDS
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. INT. RUMAH — SORE

Setelah 3 bulan

Maya ke rumah Raka. Ia membawa obat dan vitamin yang merangsang regenerasi tulang kaki Raka yang retak.

Mama dan Ratna tersenyum menyambut Maya. Mereka bersalaman dengan hangat, dan duduk. Mama memerhatikan Maya lebih seksama.

MAMA

Nak, apakah Mamamu tahu alasannya kau berada di sini? Mama nggak enak saja, kau sering banget ke sini, apa nggak ganggu kuliahmu?

RATNA

Aku juga ingin tahu, Ma.

Maya membuka senyumnya dengan lebar membuatnya tampak bersemangat.

MAYA

Mama sudah tahu, kok. Aku sudah cerita semuanya. Sebenarnya hari ini Mama ingin sekali datang kemari tapi? (tampak agak cemas)

Mama dan Ratna jadi penasaran akan kata-kata Maya selanjutnya.

 MAYA (VO)

Sejak aku cerai, Mama sering menyebut-nyebut nama Raka. Aku yakin Mama menyetujui Raka jadi pendamping hidupku. Sudah berapa kali aku melakukan hubungan suami istri dengannya. Aku pikir Raka hanya memanfaatkan kesempatan ketika kami dalam keadaan euforia. Sejak kenal Raka aku terseret dalam permainan yang jauh lebih ekstrem. Ia makin membuat hidupku tersesat. Untung dibantu Rendi aku bisa mengakhirinya.

MAMA

Ada apa, nak cerita saja?

MAYA

Saya yang belum siap, tante.

RATNA

Kirain ada apa gitu, yeeeee (sambil nyengir tertawa)

MAYA (VO)

Aku belum siap cerita kalau aku pernah nikah.

RAKA

Apa yang kau pikirkan kok nggak siap?

Maya jadi bingung.

MAMA

Iya nak, apa yang kau pikirkan?

MAYA

Aku hanya berharap, kita semua bisa lepas dulu dari jerat narkoba.

Terdengar pintu diketuk, Ratna berdiri membuka pintu, dan terlihat Papa masuk bawa jajanan camilan. Papa tampak berbeda setelah kena kasus hukum, ia berubah, wajahnya lebih ramah dan teduh.

Papa menyalami Mama, dan Mama mencium punggung tangan Papa. Papa juga tersenyum hangat pada Maya.

Raka awalnya kaget, namun kemudian matanya tampak berkaca-kaca, bahagia. 


INT. TERAS RUMAH — SORE

Raka duduk di kursi roda. Di dekatnya Maya dan Rendi yang duduk di sofa teras.

MAYA

Kita berhasil, Ren.

RENDI

Kamu kaleee, Hehehe. Ternyata cinta bisa merubah segalanya.

Maya pun tertawa manis. Raka tertawa lebar.

MAYA

Sekarang tugasmu menularkan padanya. Kau mampu melawan sugesti itu dengan cara menulis, bukan?

RENDI

Tenang saja, itu hal mudah. Toh nanti akan dibantu Kak Ratna. Tapi, bagaimana dengan kondisimu?

RAKA

Tenang saja, aku punya cara sendiri untuk mengalihkannya. Lagian aku tidak segila kalian, hehehe.

Mereka ngobrol dan tertawa bersama di temaram malam. Adzan Maghrib berkumandang.

Mama dan Papa mengajak untuk masuk rumah menjalankan salat magrib. Maya dan Ratna membantu Raka berjalan tanpa kursi roda. Air muka Papa tampak ramah.

Mereka mengambil wudhlu. Raka dan Papa saat berdekatan masih kikuk, keduanya tampak canggung.

Mereka semua melaksanakan shalat berjamaah dengan imam/dipimpin oleh Rendi. Raka shalat dengan duduk.

Selesai shalat, Ibu, Maya, dan Ratna ke dapur menyiapkan makan. Rendi ke teras, sedang mendapat telepon. Mereka tampak sengaja membuat Raka berdua dengan Papa.

Raka menatap Papanya yang sedang menata sarung dan sajadah.

RAKA

Pah, maafkan aku (suara bergetar dan ragu)

PAPA

Yang harusnya minta maaf Papa, Raka.

Papa juga menundukkan kepala.

MAMA

Yang lalu, biarlah berlalu. Sudah ayo salaman (teriak dari dapur)

Raka dan Papa bersalaman, Papa memeluk Raka dengan hangat. Mata keduanya saling beritatap, mata Papa berkaca-kaca, dan mereka kembali berpelukan lagi.

Raka duduk, sekilas dia melihat laporan lab di map terbuka di atas meja tentang penyakit jantung Ratna.

Rendi terdengar kaget saat menerima telepon di teras. Raka mendekat.

RENDI

Semilla dirawat di rumah sakit (suaranya lirih)

RAKA

Sakit apa?

RENDI

HIV, AIDS

Raka kaget. Maya yang mendekat juga kaget. Mereka segera meluncur ke rumah sakit. Sepanjang jalan, Raka gemetar.

RAKA (VO)

Apakah aku juga kena HIV?


INT. RUMAH SAKIT — MALAM

Maya dan Rendi memapah Raka masuk ruangan. Semilla yang berbaring di bed tampak senang atas kunjungan mereka.

Semilla pucat sekali, tubuhnya kurus kering. Tangannya diinfus.

Raka tampak sangat sedih, demikian juga Rendi, dan Maya.

SEMILLA

Kau benar-benar lolos dari zat yang akan mengantarmu ke neraka. Wajahmu kini tampak bercahaya. Begitu juga denganmu, May. Ini yang membuatku sangat senang sekarang. (menatap bergantian pada Raka dan Maya)

Napas Semilla jadi sedikit tersengal. Mata Maya berkaca-kaca, Raka juga.

RENDI

Jangan banyak bicara dulu, Mil. Tuhan pasti punya rencana yang baik buat kita. Rasanya jadi ikut nangis lihat kalian ini (tatapan ke Raka dan maya)

MAYA

Sebenarnya aku tidak ingin menangis, tapi mata tidak bisa dibohongi, Ren.

SEMILLA

Seandainya malam ini adalah malam terakhir aku bersama kalian, sungguh maafkan aku (ucapan tersendat-sendat)

MAYA

Husss, kamu ngomong apa, Mil (sambil menyeka air mata)

SEMILLA

Aku ini banyak dosa.

 RENDI

Kita ini adalah golongan manusia-manusia pezina yang sangat berdosa besar dalam agama kita. Dan Tuhan tidak pernah menutup pintu pertaubatan. Mumpung kita masih diberi kesempatan dan napas, kita harus gunakan sebaik-baiknya untuk taubat.

Rendi mengajak Semilla beristighfar, "Astaghfirullah, ampuni aku ya Allah," ucap Rendi berulang-ulang, Semilla mengikuti disusul Maya dan Raka.

Tiba-tiba Semilla mengerang kesakitan sembari memegangi perutnya berulang-ulang. Maya mulai gaduh. Raka bingung dan akhirnya terdiam.

Suara Semilla makin lemah. Rendi memanggil perawat.

DOKTER

Pembuluh darahnya pecah.

RENDI (VO)

Semilla masih mengkonsumsi zat itu. Mungkin untuk menghilangkan rasa sakit akibat virus HIV.

DOKTER

Hanya mujizat yang bisa menyelamatkannya. Andai tertolong, dia bisa buta permanen.

Semilla terpejam dengan napas mulai teratur. Dokter meninggalkan ruangan. Rendi dan Maya mau cari makan dulu.

Raka menyusuri lorong rumah sakit yang amat sepi. Dia masuk toilet, membuka tas kecil yang tersembunyi dalam saku celananya. Ampet dengan bobot beberapa gram itu dia pakai dua kali hisapan. Dan lagi-lagi surga mendatanginya di toilet.

RAKA (VO)

Aku janji pada diriku sendiri, hari ini adalah terakhir aku makai.

MAYA

Lama betul kau di toilet, Say

RAKA

Busyet, cepat sekali dia kembali. Apa dia ngerasa aku mau pake ya.

Maya mengetuk pintu toilet cukup keras. Raka terpaksa membukanya. Maya menatapnya dengan sadis. Maya memang curiga, Raka sedikit kikuk.

“Keluarga Semilla!” untung ada panggilan dari suster.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar