Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUANG RUMAH SAKIT — SIANG
Dari luar Raka melihat lewat kaca, Ratna masih tergeletak tidur di kasur. Raka pilih ke taman samping rumah sakit, menelpon Mama tapi tak diangkat.
Raka ganti menghubungi Papa, malah direject. Beberapa saat kemudian, ada pesan: Papa rapat di Semarang dan tidak bisa diganggu.
RAKA (VO)
Raka dengan napas tersengal-sengal karena marah mengetik pesan balasan: Pa, misal anakmu yang sedang terkapar sakit jadi pelacur seperti Papa yang suka melacur. Apa papa tetap tidak peduli!
Papa Raka langsung menimpal pesan itu dengan cepat.
Jaga mulutmu, Ka. Kau membangkang dengan Papamu sendiri! Mau jadi apa kau?
Raka cepat membalas: Mau jadi sepertimu, Pa. Laki-laki yang disebut pejabat yang suka melacur dan menghambur-hamburkan uang tidak untuk keluarganya. Mungkin malah melebihi darimu, Pa.
Raka nyengir merasa bisa memainkan emosi Papanya, hingga membuat lelaki tua itu tak henti-hentinya menelpon.
RAKA (VO)
Raka lantas masuk rumah sakit lagi, hendak masuk ruang Ratna, namun dari kaca dia lihat kakaknya sudah tak ada. Kebetulan ada suster yang lewat.
RAKA
SUSTER
Mata Raka terbelalak kaget melihat Ratna bersama Mama. Apalagi Mama tampak merengkuh bahu Ratna dengan erat.
Raka mengangguk pada suster itu. Langkah Raga tampak ragu untuk maju atau mundur. Kebetulan, Ratna menoleh lalu melambaikan tangan.
Raka terpaku, tak bisa menjauh. Mama malah yang berdiri dan mendekat, dia memeluk Raka. Raka jadi kaget.
MAMA
Raka agak heran, matanya menyelidik kesungguhan dan ketulusan dari air muka Mama yang ternyata bersungguh-sungguh, bahkan mata Mama berkaca-kaca.
RAKA (VO)
Mereka lalu duduk bertiga bersebelahan. Tangan Mama memegang lengan Raka dengan lembut. Air muka Ratna tampak bahagia mereka bisa berkumpul bertiga.
Sebulir air mata jatuh merambat dari sudut mata Mama turun ke pipinya.
RAKA
MAMA
Wajah Raka menahan geram.
RATNA
Mama tersenyum, dan mengangguk lemah.
RAKA
Kak Ratna menatap Raka dengan tajam, lalu memberi isyarat dengan mengedipkan mata untuk menahan diri. Dia memberikan nomer antrian obat pada Raka.
Bersamaan dengan itu, petugas apotek memanggil.
MAMA
Raka memberikan nomor antrean itu.
RATNA
RAKA
Mama kembali sambil bawa obat dalam plastik.
RAKA
MAMA
Wajah Raka berubah sedikit lembut melihat Mamanya tampak sayang padanya.
RAKA
RATNA
RAKA
MAMA
Mama memegang lembut lengan dan bahu Raka, dan memandang Raka penuh sayang. Raka tersenyum tipis.
Raka melihat dua punggung keluarganya itu dengan perasaan bergetar. Lalu wajahnya berubah marah.
RAKA (VO)
Di mana Papa, dengan siapa, sedang berbuat apa? Benar-benar bikin eneg!
INT. PARKIRAN. JALAN — SIANG
Raka menuju tempat parkir.
RAKA (VO)
Raka memeriksa sesuatu dalam helm. Wajahnya lega, melihat plastik kecil berisi kristal di dalam busa helm.
Raka melaju di atas sepeda motor. Jalan agak padat. Raka salip kiri-kanan, ngebut.
Raka kerap memeriksa spion motornya, paranoid jika ada petugas yang membuntuti. Dia sengaja berputar tiga kali untuk mengawasi keadaan.
RAKA (VO)
Raka putar balik lagi, lantas masuk apartemen. Mobil Maya masih ada di parkiran.
Raka masuk kamar, dan mendapati Maya masih telentang, sama sekali belum berubah posisi tubuhnya.
Raka menatap Maya dengan tatapan dalam. Raka suka pada Maya, tapi entah kenapa wajah Semilla kembali muncul di benaknya.
Jemari Raka menata rambut Maya yang menjuntai menutupi wajah.
RAKA (VO)
Raka membisiki telinga Maya, dia menempelkan bibirnya di kupingnya, Maya menggeliat menyibak selimut. Tubuhnya telanjang.
Perlahan matanya membuka, ia mengamati sekitaran room itu seperti tidak percaya, cahaya menyilaukan matanya membuatnya mengerenyit.
RAKA
Mengetahui dirinya telanjang, Maya menutupi tubuhnya dengan selimut lagi. Kedua matanya sebening embun di pagi hari.
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
Maya tampak tak peduli walau Raka memerlihatkan plastik kecil itu, dia masih terlihat malu. Wajahnya bersemu merah seperti ada cinta tersembunyi. Dia bergegas menutupi tubuhnya dengan selimut dan masuk kamar mandi.
Maya keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang terurai basah. Wajahnya tampak segar dan cantik, membuat Raka terpesona.
MAYA
RAKA
MAYA
Raka mendekatinya, jemarinya perlahan menghapus air mata yang menitik. Pipi Maya merah merona, malu.
RAKA
MAYA
Raka malah diam. Maya jadi penasaran.
MAYA
RAKA
MAYA
Raka mengangguk-angguk. Maya mulai agak tenang. Matanya sudah tak menangis, sedikit memerah.
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
Raka mengacungkan jempol pada Maya sambil tersenyum. Maya berhias, dan membawa tas berisi buku.
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
Maya tersenyum dan dia melambaikan tangan melangkah ke luar.
Raka terpesona oleh senyum Maya. Begitu sendirian, Raka make lagi. Lelehan Amphet mengalir di dalam rongga pipet kaca. Raka mendengarkan suara gelembung angin saat mulai nyelam dalam-dalam.
Halusinasi Raka mengantarkannya ke tempat yang tenang, disambut kicau burung-burung, semilir angin gunung, serta keindahan alam yang tiada tara.
Terdengar kembali suara Maya yang lembut, Pikirkanlah!
RAKA (VO)
Begitu fly-nya Raka, hingga hadir wanita setengah telanjang mendekatinya. Raka memeluknya, memagutnya. Raka merasakan gairah dan menyalurkannya pada wanita itu.
Telepon Raka tiba-tiba berdering. Rendi menelpon. Raka tak peduli. Dering akhirnya berhenti. Raka sedang asyik masuk On.
Telepon Raka kembali berdering, dari Maya. Terpaksa Raka mengangkatnya.
MAYA
RAKA
Telepon putus. Wajah Raka sedikit kesal.
RAKA (VO)
Raka tertawa-tawa, tak peduli, dia asyik masyuk makin fly.
Pintu apartemen terbuka. Maya dan Rendi datang bersamaan. Raka kaget.
RAKA
Mereka berdua nyengir, dan meletakkan tasnya masing-masing di sofa.
Raka melirik Maya dengan tajam. Maya tersenyum manis. Maya tahu kalau Raka sedang cemburu.
RENDI
Raka menghidupkan TV dan menontonnya. Rendi dan Maya berbincang lirih di dapur. Maya masuk kamarnya dan berganti baju hitam-hitam, tampak anggun.
RAKA (VO)
MAYA
RENDI
Raka tertawa terbahak-bahak. Tawanya sampai terpingkal-pingkal, dan lanjut dengan senyum-senyum sendiri.
RAKA
Rendi geleng-geleng melihat tingkah Raka yang lagi On.
RAKA
Sebagian tidak kubakar. Aku pakai insul.
MAYA
RAKA
MAYA
Rendi mendekati Raka.
RENDI
RAKA
RENDI
Raka kembali melihat pakaian Maya yang serba hitam. Maya sedang memakai kerudung hitam pula.
RAKA
MAYA
RAKA
RENDI
Raka langsung kaget. Sosok Vena seketika menyergap ingatannya, bayangan-bayangan dia ngetep bersamanya, bayangan dia bergumul dengannya di atas ranjang. Bayangan dia minta diajari make, membuat tubuh Raka langsung lunglai.
Raka langsung mengelesot ke lantai.
MAYA
RENDI
Mata Raka berkaca-kaca. Rendi mendekat menepuk bahu, dan membantu mengangkat tubuhnya. Tapi Raka benar-benar lunglai.
RENDI
Rendi mengangkat kembali tubuh Raka, tapi Raka masih terbawa perasaan berat.
RENDI
Raka mulai sadar atas kata-kata Rendi itu. Untuk kali ketiga saat Rendi mengangkat tubuhnya, Raka berupaya berdiri. Baju hitam Raka pakai.
Mereka bertiga melangkah keluar apartemen, menuju parkiran mobil.
MAYA
RENDI
Raka saja yang lebih lincah.
MAYA
Raka nyengir. Rendi tertawa, akhirnya dia yang jadi sopir.