Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT.EXT. DISKOTIK — MALAM
Raka memarkir sepeda motor dan melangkah buru-buru, seorang pemuda menghentikannya.
RENDI
RAKA
Raka angkat tangan dan tosh pada Rendi, dan mereka saling lempar senyum. Raka melangkah masuk ke diskotik, seorang security menahannya sebentar, lalu melihat sekilas pada Rendy yang mengangguk, Raka boleh masuk.
Raka mengedarkan pandangan ke dalam diskotik yang remang-remang. Musik menghentak keras. Raka melihat Papanya bersama wanita berpakaian seksi, di sekitarnya juga ada bapak-bapak lain bersama para gadis muda. Ada beberapa botol di dekat mereka. Papa Raka tampak setengah mabuk, dan dia berangkulan dengan gadis muda di dekatnya.
Raka melipir masuk toilet, dan menelpon Ratna.
RAKA
RATNA
Raka tampak geram, marah. Dia sembunyi-sembunyi memotret papanya bersama gadis itu melalui handphone. Raka dengan wajah kesal pergi ke sudut diskotik yang lain. Dia tampak frustasi, dan minum banyak hingga mabuk.
Botol Long Island, Casanova, dan Black Label ada di meja Papa. Mereka masih asyik masyuk dengan para gadis. Raka sesekali menatap nanar pada mereka. Rendi yang membuat minum dari meja bar, mendekatinya.
RENDI
RAKA
RENDI
Rendi mendesah, menatap wajah Raka yang gelisah.
RENDI
Rendi mengajak Raka turun dan ngobrol di luar. Tak lama kemudian, Papa dan rombongannya turun dengan langkah sempoyongan.
Dari balik kaca Raka melihat, Papanya membayar semua pengeluaran. Banyak lembar merah dia keluarkan. Wajah Raka tercengang atas banyaknya duit yang dibayarkan. Padahal kerap dia meminta SPP saja, Papanya selalu uring-uringan.
Wanita itu menggelayut manja di bahu Papa. Wajah Raka geram, sampai dia memukul dinding dengan tangannya karena kesal.
RENDI
Raka tersenyum tipis, dan mengangguk. Raka melihat Rendi tidak meladeni rayuan para purel yang menggodanya.
Raka tadi juga melihat sekilas Rendi baca Al Quran di Hpnya.
RAKA (VO)
Para pemandu lagu mulai keluar dengan keadaan mabuk berat. Ada yang muntah di selokan. Ada yang mengerling pada Raka. Mereka sudah pakai jaket.
RAKA
PUREL
RAKA
PUREL
Sebuah kendaraan motor mendekat, dan pengendaranya agak menatap tajam pada Raka.
PUREL
Purel-purel sudah mulai pergi dengan jemputan masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara jerit kesakitan.
Raka kaget melihat seorang purel (Maya) tersungkur setelah ditampar seorang lelaki. Raka geram dan langsung mendekat. Dia berlari melerai. Namun tak disangka Raka malah kena jotos.
LELAKI
RAKA
Lelaki itu kini menyerang Raka. Mereka berkelahi di tepi jalan. Wanita itu sempoyongan menjauh sedikit.
MAYA
Raka menghindar saat lelaki itu menghantamkan helmnya ke kepala Raka.
Perkelahian makin seru. Raka walau setengah mabuk namun bisa menyerang dengan efektif hingga menendang perut lelaki itu yang membuatnya terjengkang jatuh. Saat jatuh, Raka menonjok mukanya dengan keras. Raka juga menendang perut lelaki itu yang langsung mengaduh kesakitan.
Raka mengambil batu di dekat selokan yang dipukulkannya ke pelipis lelaki itu yang langsung mengucurkan darah. Dua security melerai mereka. Lelaki itu langsung dilarikan ke rumah sakit.
Maya yang sejak tadi mengamati kini mendekati Raka.
MAYA
Raka mengangguk. Mereka saling bertatapan.
MAYA
RAKA
MAYA
Raka tampak bingung harus menjawab apa.
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
Rendi datang menyangklong tas. Dia kaget saat melihat Raka yang terluka.
RAKA
MAYA
Rendi tertegun sejenak.
MAYA
RAKA
MAYA
RENDI
MAYA
RENDI
MAYA
RENDI
MAYA
Raka menyulut sebatang rokok dan menghisapnya. Dia duduk di bahu jalan dan menyelonjorkan kaki.
Suasana sepi, angin berembus dingin, Raka merekatkan jaket. Maya dan Rendi masih mengobrol. Dua security yang mengantar suami Maya ke rumah sakit kembali.
SECURITY
RENDI
Maya akhirnya luluh pada nasihat Rendi. Dua security yang baru saja datang, lalu mengantarkan Maya.
Mobil putih milik Maya perlahan mulai melaju. Ia melambaikan tangan dan memberi kecupan jauh pada Raka. Raka tersenyum tipis, ia sadar Maya menatapnya dengan tatapan yang dalam.
Tiba-tiba ponsel Raka berdering, Raka tak angkat. Mama mengirim pesan. Tidak usah pulang sekalian. Kamu ingin jadi bajingan seperti papamu!
Raka jadi emosi, dia membalas pesan itu: Baik! Biar aku jadi anak durhaka sekalian!
Raka sadar, lalu kemudian dia ingin menghapus pesan itu. Terbayang di benaknya, ibunya yang menangis tersedu-sedu lalu beberapa waktu lalu tanpa sengaja Raka mendengar ibunya telponan mesra dengan seorang lelaki.
Raka mendengus, dan menarik napas panjang.
Raka melihat pesan masuk lagi, dari Kak Ratna: Ingat! Mama melahirkanmu menaruhkan nyawa. Kakak tahu kau kecewa, tapi jangan kelewat batas dan melampiaskannya dengan cara-cara bodoh.
Kak Ratna kembali kirim pesan: "Raka, sudah beberapa kali kakak peringatkan. Kalau Papa dan Mama menghubungimu sudah biarkan saja tidak usah kau jawab. Baru saja Mama menegur kakak. Mama marah kamu tidak pulang. Mama juga memperlihatkan balasan pesanmu.
RAKA (VO)
"Sekarang kamu di mana?" Pesan Kak Ratna kembali masuk.
Raka menulis, "Tidak perlu mengkhawatirkanku. Ada sesuatu yang akan kuceritakan denganmu tapi tidak malam ini, Kak."
"Kau tidak sedang menipu kakak, Kan? Kau tidak sedang bikin masalah kan?"
Raka memilih tidak membalasnya. Wajahnya tampak bingung. Rendi melihat Raka tampak bingung.
RENDI
Rendi meraih bahu Raka. Mereka berangkulan dalam empasan angin malam menuju sepeda motor.