Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Junkie
Suka
Favorit
Bagikan
5. Diskotik
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT.EXT. DISKOTIK — MALAM

Raka memarkir sepeda motor dan melangkah buru-buru, seorang pemuda menghentikannya.

RENDI

Jangan ngamuk di tempatku, aku bisa kena tegur si bos.

RAKA

Oke!

Raka angkat tangan dan tosh pada Rendi, dan mereka saling lempar senyum. Raka melangkah masuk ke diskotik, seorang security menahannya sebentar, lalu melihat sekilas pada Rendy yang mengangguk, Raka boleh masuk.

Raka mengedarkan pandangan ke dalam diskotik yang remang-remang. Musik menghentak keras. Raka melihat Papanya bersama wanita berpakaian seksi, di sekitarnya juga ada bapak-bapak lain bersama para gadis muda. Ada beberapa botol di dekat mereka. Papa Raka tampak setengah mabuk, dan dia berangkulan dengan gadis muda di dekatnya.

Raka melipir masuk toilet, dan menelpon Ratna.

RAKA

Papa sama gadis pelacur, aku akan lapor Mama.

RATNA

Jangan, biarkan saja. Bisa tambah runyam! Mama sudah tahu!

Raka tampak geram, marah. Dia sembunyi-sembunyi memotret papanya bersama gadis itu melalui handphone. Raka dengan wajah kesal pergi ke sudut diskotik yang lain. Dia tampak frustasi, dan minum banyak hingga mabuk.

Botol Long Island, Casanova, dan Black Label ada di meja Papa. Mereka masih asyik masyuk dengan para gadis. Raka sesekali menatap nanar pada mereka. Rendi yang membuat minum dari meja bar, mendekatinya.

RENDI

Ka, aku mengenalmu sejak lama. Pasti sangat tahu apa yang kau rasakan. Aku memberitahumu, bukan untuk melahirkan masalah baru.

RAKA

Aku hanya ingin menggampar wajah wanita salome itu di hadapan Papaku dan teman-temannya, Ren.

RENDI

Dia hanya cari duit, Ka. Dia hanya butuh duit papamu.

Rendi mendesah, menatap wajah Raka yang gelisah.

RENDI

Kau masih pake, Ka?! Ayo pelan-pelan dikurangi. Oh iya, jika kau labrak pasti diamankan security. Papamu akan jadi bahan gunjingan teman-temannya. Mereka pasti menganggap tidak bisa mendidik anaknya.

Rendi mengajak Raka turun dan ngobrol di luar. Tak lama kemudian, Papa dan rombongannya turun dengan langkah sempoyongan.

Dari balik kaca Raka melihat, Papanya membayar semua pengeluaran. Banyak lembar merah dia keluarkan. Wajah Raka tercengang atas banyaknya duit yang dibayarkan. Padahal kerap dia meminta SPP saja, Papanya selalu uring-uringan.

Wanita itu menggelayut manja di bahu Papa. Wajah Raka geram, sampai dia memukul dinding dengan tangannya karena kesal.

RENDI

Ka, sudah hampir jam tiga, kau tunggu di parkiran. Aku prepare bar sebentar. Ingat! Jangan ke mana-mana. Aku tidak mengizinkanmu pulang ke rumah dengan keadaan seperti ini!

Raka tersenyum tipis, dan mengangguk. Raka melihat Rendi tidak meladeni rayuan para purel yang menggodanya.

Raka tadi juga melihat sekilas Rendi baca Al Quran di Hpnya.

RAKA (VO)

Rendi sekarang benar-benar berubah. Dia sebenarnya mau keluar dari bar ini, tapi belum dapat kerjaan lain.

Para pemandu lagu mulai keluar dengan keadaan mabuk berat. Ada yang muntah di selokan. Ada yang mengerling pada Raka. Mereka sudah pakai jaket.

RAKA

Masih kerja di sini, mbak? (seperti mengenal mbak purel itu)

PUREL

Masih mas, sebenarnya hati sakit juga. Tapi gimana lagi, timbang aku dihajar habis-habisan oleh suamiku!

RAKA

Ooo, suami KDRT kenapa nggak cerai saja?

PUREL

Nggak segampang itu, ada anak-anak masih kecil, eh itu suamiku!

Sebuah kendaraan motor mendekat, dan pengendaranya agak menatap tajam pada Raka.

PUREL

Dia hanya teman, gak pakai aku!

Purel-purel sudah mulai pergi dengan jemputan masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara jerit kesakitan.

Raka kaget melihat seorang purel (Maya) tersungkur setelah ditampar seorang lelaki. Raka geram dan langsung mendekat. Dia berlari melerai. Namun tak disangka Raka malah kena jotos.

LELAKI

Memangnya kau siapa?! Ini urusanku dengan istriku!! (sembari menampar istrinya lagi hingga bibir Maya berdarah)

RAKA

Kau ini manusia atau binatang? Dasar gila!

Lelaki itu kini menyerang Raka. Mereka berkelahi di tepi jalan. Wanita itu sempoyongan menjauh sedikit.

MAYA

Aku sudah ajukan cerai, tapi dia tetap ngeyel!

Raka menghindar saat lelaki itu menghantamkan helmnya ke kepala Raka.

Perkelahian makin seru. Raka walau setengah mabuk namun bisa menyerang dengan efektif hingga menendang perut lelaki itu yang membuatnya terjengkang jatuh. Saat jatuh, Raka menonjok mukanya dengan keras. Raka juga menendang perut lelaki itu yang langsung mengaduh kesakitan.

Raka mengambil batu di dekat selokan yang dipukulkannya ke pelipis lelaki itu yang langsung mengucurkan darah. Dua security melerai mereka. Lelaki itu langsung dilarikan ke rumah sakit.

Maya yang sejak tadi mengamati kini mendekati Raka.

MAYA

Terimakasih, Mas.

Raka mengangguk. Mereka saling bertatapan.

MAYA

Kau bisa menyetir mobil?

RAKA

Bisa Mbak. Emang kenapa? (agak kaget)

MAYA

Antar aku, aku pusing, Mas.

Raka tampak bingung harus menjawab apa.

RAKA

Maaf, aku tak bisa antar. Aku harus pulang ke kos teman. Tadi kami janjian.

MAYA

Siapa?

RAKA

Rendi, kau kenal?

MAYA

Sebentar lagi ia keluar. Nanti biar aku yang menjelaskan.

RAKA

Suamimu pasti dirawat di rumah sakit. Kau tahu sendiri, aku menghantam pelipisnya dengan batu, ada baiknya kau dampingi suamimu dulu.

MAYA

Aku sudah tak peduli, aku sudah ajukan cerai!

Rendi datang menyangklong tas. Dia kaget saat melihat Raka yang terluka.

RAKA

Ka, ada apa. Kau berkelahi?

MAYA

Temanmu hebat, Ren. Dia baru saja menghantam kepala suamiku. Dia ingin melerai pertengkaranku dengannya, tapi malah temanmu yang jadi sasaran. Ini bukan salah dia. Justru aku berterimakasih padanya.

Rendi tertegun sejenak.

MAYA

Oh, kami belum kenalan (tangannya menyodor maju)

RAKA

Aku Raka.

MAYA

Maya, Raka tidur di kosmu, Ren?

RENDI

Iya, kenapa, May?

MAYA

Boleh aku minta tolong padanya untuk antar aku.

RENDI

Kamu ini bloon juga, dia mabuk, loe mabuk. Dan May dengarkan aku, bagaimanapun, ia masih suamimu. Baiknya kau menemaninya di rumah sakit. Andai terjadi hal buruk, suamimu melaporkan ke pihak yang berwajib bagaimana? Bukan hanya Raka yang kena imbasnya, tapi semua yang ada di sini pasti kena getahnya.

MAYA

Persetan dengan itu! Jika ia melaporkan, aku yang akan tanggung jawab. Berapa duit untuk menutup masalah ini, aku akan bayar!

RENDI

Ya, aku paham, May. Mungkin lebih baik seperti yang kukatakan barusan.

MAYA

Aku sudah menggugatnya, tapi ia tidak mau menandatangani gugatan perceraian itu. Kau juga tahu sendiri bagaimana perlakuannya terhadapku kan, Ren?

Raka menyulut sebatang rokok dan menghisapnya. Dia duduk di bahu jalan dan menyelonjorkan kaki.

Suasana sepi, angin berembus dingin, Raka merekatkan jaket. Maya dan Rendi masih mengobrol. Dua security yang mengantar suami Maya ke rumah sakit kembali.

SECURITY

May, suamimu tidak opname. Cuma pelipisnya dijahit sebanyak sebelas jahitan dan sekalian kami antarkan pulang. Ia minta agar kamu segera pulang. Ia pun menitipkan permitaan maaf pada teman Rendi tadi.

RENDI

Nah, kau dengar sendiri kan, May. Bukan aku dan Raka yang enggan menurutimu.

Maya akhirnya luluh pada nasihat Rendi. Dua security yang baru saja datang, lalu mengantarkan Maya.

Mobil putih milik Maya perlahan mulai melaju. Ia melambaikan tangan dan memberi kecupan jauh pada Raka. Raka tersenyum tipis, ia sadar Maya menatapnya dengan tatapan yang dalam.

Tiba-tiba ponsel Raka berdering, Raka tak angkat. Mama mengirim pesan. Tidak usah pulang sekalian. Kamu ingin jadi bajingan seperti papamu!

Raka jadi emosi, dia membalas pesan itu: Baik! Biar aku jadi anak durhaka sekalian!

Raka sadar, lalu kemudian dia ingin menghapus pesan itu. Terbayang di benaknya, ibunya yang menangis tersedu-sedu lalu beberapa waktu lalu tanpa sengaja Raka mendengar ibunya telponan mesra dengan seorang lelaki.

Raka mendengus, dan menarik napas panjang.

Raka melihat pesan masuk lagi, dari Kak Ratna: Ingat! Mama melahirkanmu menaruhkan nyawa. Kakak tahu kau kecewa, tapi jangan kelewat batas dan melampiaskannya dengan cara-cara bodoh.

Kak Ratna kembali kirim pesan: "Raka, sudah beberapa kali kakak peringatkan. Kalau Papa dan Mama menghubungimu sudah biarkan saja tidak usah kau jawab. Baru saja Mama menegur kakak. Mama marah kamu tidak pulang. Mama juga memperlihatkan balasan pesanmu.

RAKA (VO)

Maafkan aku, Kak. Aku tertekan.

"Sekarang kamu di mana?" Pesan Kak Ratna kembali masuk.

Raka menulis, "Tidak perlu mengkhawatirkanku. Ada sesuatu yang akan kuceritakan denganmu tapi tidak malam ini, Kak."

"Kau tidak sedang menipu kakak, Kan? Kau tidak sedang bikin masalah kan?"

Raka memilih tidak membalasnya. Wajahnya tampak bingung. Rendi melihat Raka tampak bingung.

RENDI

Balaslah nanti, ayo kita pulang.

Rendi meraih bahu Raka. Mereka berangkulan dalam empasan angin malam menuju sepeda motor.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar