Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Junkie
Suka
Favorit
Bagikan
12. Vena Meninggal
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT.INT. RUMAH DUKA — SORE

Suara ayat suci terdengar dari toa, Raka merinding. Raka melihat para sahabat Jungkie duduk menunduk terdiam di sepanjang gang menuju rumah Vena.

Beberapa diantara mereka teman kuliah Raka, tampak amat kurus bagai jerangkong hidup. Hanya Jhon ketua kelas yang sehat gemuk, dia tetap saja mengatur anak-anak agar tidak tertawa keras-keras.

Bertiga mereka masuk rumah duka. Raka gemetar, langkahnya goyah, Rendi memegang bahunya, menguatkan. Mereka mendekat ke peti jenasah. Tangis dan suara lantunan doa terdengar samar-samar.

RAKA

Ren, aku tak mampu melihatnya (tubuh Raka gemetar saat menatap wajah Vena)

RENDI

Untuk terakhir kalinya yuk berdoa.

Maya mengangguk. Dipimpin Rendi mereka bertiga berdoa di hadapan jenasah Vena. Tangan terangkat berdoa, dan terucap kata amin, amin dari mulut mereka.

RAKA (VO)

Ya Tuhan, aku seperti berada di dalam mimpi buruk. Vena, vena... Wajahnya sangat hitam legam seperti terbakar.

Mereka kemudian keluar ikut duduk di kursi yang masih kosong.

MAYA

Kau memikirkan apa, Ka?

RAKA

Teman-teman itu semua kurus-kurus seperti jerangkong, mata melingkar hitam seperti mata panda, ciri pemake.

Saat mengedarkan pandangan, Raka kaget melihat Semilla, tubuhnya juga tampak kurusan. Mereka saling lempar senyum. Ada rona bahagia terpancar di wajah Raka. 

RAKA

May, aku ada temen dulu

MAYA

Siapa? (sambil edarkan pandangan)

RAKA

Itu Semilla. Kayaknya kau belum kenal

RENDI

Maya sudah kenal Vena dan Semilla, Ka. Kau yang tidak tahu (sahut Rendi sambil cengengesan)

RAKA

Ooo, kenal juga ya? (sambil menatap Maya)

Maya mengangguk sambil meringis.

MAYA

Benar, Ka. Kalian kenal lebih dulu. Aku kesetrum juga dari mereka dan aku tidak menyalahkannya, sebab aku sendiri yang minta.

RAKA (VO)

Gila! Berarti ujung-ujungnya berawal dari aku!

RENDI

Percuma kau ngobrol dengan Semilla, Ka. Coba lihat wajahnya! Tampak jelas dia sedang berhalusinasi. Saranku, nanti saja selepas jenazah Vena dikebumikan.

Raka mengangguk pelan.


EXT, PEMAKAMAN — SIANG

Tubuh Vena dimasukkan liang lahat. Tanah mulai diuruk. Papan nisan dipasang. Bunga ditaburkan. Suara orang menangis terdengar menyayat. Gerimis datang.

Orang-orang melingkari tanah yang basah berlindungkan payung hitam.

Hujan semakin deras. Tanah itu semakin basah. Raka teringat kata-kata terakhir Vena ketika mereka bertemu.

Wajah Vena tampak muram. Mereka sedang di kamar yang remang-remang.

VENA

Sudahi, dan aku akan menyudahi segalanya tanpa rehab atau mengalihkannya ke metadon, Ka. Dulu aku memang menggantinya dengan metadon, tapi ketika aku menurunkan takaran dosis, malah sakitnya melebihi rasa wakas. Dan niatku sudah bulat tidak akan menggunakan lagi selama-lamanya.

Raka memegang lengan Vena, menguatkan. Wajah Vena makin layu, dan layu.

Hujan makin deras mengguyur bumi. Maya menyentuh lengan Raka membuatnya tersadar dari lamunan.

MAYA

Kau pucat, Ka.

RAKA

Aku ingin pulang saja.

RENDI

Kau mau pulang ke apartemen Maya? Kau sudah beberapa hari tidak pulang rumah, Ka. Begitu juga denganmu, May.

RAKA

Aku sudah bilang pada Mama dan kakak.

MAYA

Apartemen ini kan, ibuku yang membeli untuk anak semata wayangnya, Ren.

RENDI

Aku tahu, tapi seberapa berat kau menjenguk ibumu yang hanya seorang diri.

RAKA

Apa maksudmu. Mama Maya hanya seorang diri?

MAYA

Bapakku meninggal satu tahun yang lalu

Gerimis mulai menyurut. Mereka masuk mobil. Raka menyapa Semilla mengajaknya bareng. Semilla mengangguk, Wajah Raka tampak bahagia.

Semilla asyik ngobrol dengan Raka. Air muka Maya cemburu melihat Semilla dan Raka yang akrab.

Obrolan mereka berubah pelan, wajah Raka dan Semilla tampak serius, lalu mata Semilla berkaca-kaca.

SEMILLA

Aku kena HIV, Ka. (bisik Semilla ke telinga Raka)

Raka kaget. Air mukanya jadi prihatin, dan bersimpati pada Semilla. Kepala Semilla rebah di bahu Raka, air matanya bercucuran. Raka bergetar, matanya berkaca-kaca.

Maya pun merengut, dan Rendi yang tahu mengajaknya mengobrol. Mobil melaju tenang.

Raka melihat dua wanita dengan ibu-ibu menyetir mobil di samping mobil mereka saat lampu merah, membuat Raka teringat Mama dan Kak Ratna.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar