Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Junkie
Suka
Favorit
Bagikan
9. Rumah Sakit
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. JALAN — SIANG

Di perjalanan angin menyambar-nyambar, langit mengerjap-ngerjap. Mobil Raka melaju membawa Ratna di dalamnya yang menahan rasa sakit di perut.

Mendung makin tebal, angin menghempas kencang, mobil makin melaju kencang melibas aspal yang mulai basah karena gerimis. Tak dinyana, sebuah truk nyelonong di depan. Tabrakan tak terhindarkan!


RAKA

Kakak baik-baik saja? (Raka menangis menatap wajah Ratna yang terluka di wajahnya)

MAYA

Berarti selama ini kau mengendarai kendaraan ugal-ugalan? (sambil memukul lengan Raka)

Pukulan itu membuat Raka tersadar ternyata itu hanya lamunan dan halusinasi dia saja. Mobilnya bisa menghindari truk itu, dan kini melaju menuju rumah sakit yang sudah dekat.

Begitu tiba mereka segera menuju poli jantung. Ratna memegangi bagian dada kirinya.

RAKA

Sakit, kak?

Ratna mengangguk. Begitu sakitnya Ratna sampai merintih. Banyak pasien jadi melihat, seolah mereka ikut merasakan sakit itu. Raka bingung apa yang harus dia lakukan. Dia melihat antrian yang masih panjang.

Rintihan Ratna malah memancing sugesti. Raka makin sukar mengontrol diri sebab tubuhnya makin menggigil, hidung berair dan meler, dan pandangan makin kabur. Ratna makin kesakitan.

RAKA

Kak, ayo bertahan!

Raka berseru menarik perhatian beberapa suster yang lalu lalang. Melihat kondisinya, dua suster mendekat lalu memerintahkan satpam untuk mengangkat Ratna ke ruang ICU. Kedua suster itu segera mengambil tindakan secara gesit.

Mereka berbagi tugas, satu suster memasang oksigen, yang satu lagi memasang himodinamik dan saturasi dengan cara menempelkan elektroda di tubuh Ratna untuk dihubungkan ke monitor. Setelah alat terpasang, seorang dokter melihat grafik di monitor.

RAKA

Gimana kondisinya, dok? (Raka bertanya sambil menahan rasa wakas yang makin menenggelamkan akal sehat)

SUSTER

Mohon maaf, Mas. Demi keselamatan pasien, baiknya menunggu di luar.

RAKA

Baik, Sus. Tolong segera dikabari.

SUSTER

Baik, semoga kondisinya kembali stabil.

Sebelum Raka keluar, dia melihat dua suster itu seperti sedang mengamati tubuhnya yang makin menggigil.

RAKA (VO)

Aku rasa dua suster itu tahu penyebab tubuhku menggigil.

EXT. RUMAH SAKIT — SIANG

Raka menelpon seseorang dan mentransfer lewat aplikasi di Hpnya.

Raka keluar rumah sakit menuju semak-semak tepat di bawah baliho samping rumah sakit. Sambil memeriksa keadaan sekitar, kepalanya toleh-toleh, tangannya mengambil secuil kertas berwarna kuning di dalam semak.

Raka merasa lebih tenang dan gembira. Dia kembali berlari menuju rumah sakit dan masuk toilet. Raka menggunakan lintingan alumunium foil dari dalam bungkus rokok untuk memakainya.

Raka mulai mengatur penapasan sesaat. Tarik lepas sebanyak tiga kali. Telunjukku menjepit lubang hidung kiri dan mulai menyedot dalam-dalam melalui lubang hidung sebelah kanan. Tidak lebih dari satu menit, kembali Raka temukan euphoria. Rasa panik berubah menjadi tawa sebelum kembali ke ruang tunggu.

RAKA (VO)

Cara ini berbahaya, bila tubuhku lemah bisa mati mendadak, tapi mau bagaimana lagi, nggak ada alat yang lain. Kalau pakai insulin harus ke apotik langganan, sedang kakak masih gawat.

Ruang tunggu makin menjubal. Bukan berkurang malah semakin penuh. Kursi pojok yang ditinggal Raka sudah ditempati orang lain.

Raka harus menunggu dan bersandar di tembok bersama keluarga pasien yang tidak kebagian tempat duduk. Dalam situasi apapun Raka tetap merasa ceria.

Kadang melintas perawat mendorong brankar pasien meninggal yang diiringi isak tangis sanak saudara membuat Raka malah cengengesan.

RAKA (VO)

Bukan tidak mungkin aku segera menyusul mayat itu.

Begitu ada penunggu pergi, Raka langsung duduk di kursi kosong itu.

Raka melihat pasien gila yang sukar diarahkan suster. Bicaranya cerewet, dan ngamuk. Petugas keamanan sampai ikut mengatasi. Raka ajak ngobrol bapak di sebelahnya.

RAKA

Maaf, Pak. Kayaknya dia mengalami gangguan jiwa berat ya?

BAPAK

Paling harta bendanya ludes, Mas.

RAKA

Maksudnya, Pak?

BAPAK

Ya, seperti serangan fajar, mas. Untuk tim sukses. Berharap modal kembali dengan cepat ketika ia mencalonkan diri sebagai Kepala Desa, atau anggota dewan, eee… malah gagal jadinya gila, hahaha.

RAKA

Aku malah lebih suka melihat mereka seperti itu, Pak. Semisal jadi pun, paling lupa dengan janji-janjinya. Masyarakat makin melarat, mereka makin kaya raya dan sok kuasa. Setelah korupsi, buat foya-foya di tempat-tempat karaoke dan booking wanita yang jual tubuhnya. Ya, seperti bapakku!

BAPAK

Loh! Bapaknya anggota dewan?

Raka menutup mulut seketika, tanda dia keceplosan. Untungnya Bapak itu dipanggil petugas giliran masuk ke ruang dokter. Raka pun mengangguk menyilakan.

Begitu cerianya Raka sampai lupa belum menghubungi Papa dan Mama, begitu ingat dia langsung menelpon mereka. Mama tidak mengangkat, Papa juga. Raka mendesah geram.

Suster membuka pintu ICU, Raka bergegas mendekat.

RAKA

 Bagaimana keadaan kakak, Sus?

SUSTER

Syukurlah bisa stabil, tapi detak jantungnya masih lemah dan harus opname beberapa hari menunggu pulih.

RAKA

Boleh aku menjenguknya, Sus?

SUSTER

Boleh, Mas. Silahkan.

RAKA

Kok, belum sadar, Sus?

SUSTER

Itu hanya pengaruh obat saja. Mohon maaf, saya tinggal. Jika butuh pertolongan silahkan tekan tombol merah di samping gagang infus.

Raka mengangguk. Raka beberapa kali memanggil kak Ratna tapi tetap tak kunjung siuman. Raka duduk tepat di sebelah kepala kak Ratna sembari mengusap dahinya yang berkeringat.

Raka melihat jemari Kak Ratna seperti bergerak-gerak atau itu hanya halusinasinya? Mata Raka coba fokus menatap jemarinya untuk membuktikan apakah benar-benar bergerak.

Semakin lama penglihatan Raka makin kabur. Pelupuk matanya mengeluarkan air karena beberapa menit tidak berkedip.

Raka kembali memanggilnya. Ratna mulai bergerak dan matanya terbuka perlahan.

RAKA

Kakak!

RATNA

Rasanya ngantuk terus, Ka, pingin tidur terus, apa mau mati ya Ka?

RAKA

Hussstt, bicara apa to, Kak?!

Raka merasa merinding. Tiba-tiba HPnya berdering. Raka membuka layar, dan membaca pesan yang datang dari ibu.

Itu balasan untuk kalian yang selalu berani dengan orangtua. Kalau sudah begini, siapa yang pusing? Ujung-ujungnya Mama lagi yang mengurus administrasinya. Tidak mungkin Papa kalian iba walau Ratna opname.

Seketika wajah Raka memerah, sebal dan marah.

RAKA (VO)

Apa pantas seorang ibu berkata seperti itu terhadap anaknya sendiri.

RATNA

Pesan dari siapa, Ka? Kenapa kau marah.

Raka diam saja, bingung mau bicara apa.

RATNA

Raka, pesan dari siapa? Kakak tahu kau menyembunyikan pesan yang membuatmu marah. Kau tidak perlu khawatir, coba kau baca!

Pesan itu Raka baca dengan pelan. wajah Raka tampak khawatir.

RATNA

Kakak ndak kaget. Bukankah sudah biasa hal itu dilakukan mama dan papa. Jadi, janganlah kau bawa emosi hanya karena pesan dari mama.

RAKA

Tapi, bagaimana biayanya Kak?

RATNA

Tolong ambilkan tas Kakak!

RAKA (VO)

Aneh, tidak ada panik-paniknya. Padahal aku yang masih terbawa efek saja panik.

RATNA

Sekarang kamu ke ATM tarik dua ratus ribu atau berapa buat makan selama menunggu Kakak. Masalah biaya kamu tidak perlu memikirkan itu.

RAKA (VO)

Apa kakak punya tabungan? Rasanya tidak mungkin, dia hanya nulis dan jadi guru honorer yang gajinya kecil, biaya rumah sakit kan sangat besar.

RATNA

Malah melamun. Sudah buruan sana, dari pagi kau belum makan!

RAKA (VO)

Memang benar, sejak tadi aku belum kemasukan nasi sama sekali, tapi tadi yang mirip garam membuatku tidak lapar. Mungkin itu yang bikin tubuhku kurus bak jerangkong hidup.

RATNA

Sudah sana, makan!

RAKA

Iya-iya, Kak.

RATNA

Oya, sekalian belikan buku tulis dan pulpen.

RAKA

Sempat-sempatnya menulis, padahal kondisi belum fit. Mungkin penulis sejati akan selalu menulis dalam kondisi apapun, kali ya?

Raka tertawa nyengir.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar