Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALAN — SIANG
Di perjalanan angin menyambar-nyambar, langit mengerjap-ngerjap. Mobil Raka melaju membawa Ratna di dalamnya yang menahan rasa sakit di perut.
Mendung makin tebal, angin menghempas kencang, mobil makin melaju kencang melibas aspal yang mulai basah karena gerimis. Tak dinyana, sebuah truk nyelonong di depan. Tabrakan tak terhindarkan!
RAKA
MAYA
Pukulan itu membuat Raka tersadar ternyata itu hanya lamunan dan halusinasi dia saja. Mobilnya bisa menghindari truk itu, dan kini melaju menuju rumah sakit yang sudah dekat.
Begitu tiba mereka segera menuju poli jantung. Ratna memegangi bagian dada kirinya.
RAKA
Ratna mengangguk. Begitu sakitnya Ratna sampai merintih. Banyak pasien jadi melihat, seolah mereka ikut merasakan sakit itu. Raka bingung apa yang harus dia lakukan. Dia melihat antrian yang masih panjang.
Rintihan Ratna malah memancing sugesti. Raka makin sukar mengontrol diri sebab tubuhnya makin menggigil, hidung berair dan meler, dan pandangan makin kabur. Ratna makin kesakitan.
RAKA
Raka berseru menarik perhatian beberapa suster yang lalu lalang. Melihat kondisinya, dua suster mendekat lalu memerintahkan satpam untuk mengangkat Ratna ke ruang ICU. Kedua suster itu segera mengambil tindakan secara gesit.
Mereka berbagi tugas, satu suster memasang oksigen, yang satu lagi memasang himodinamik dan saturasi dengan cara menempelkan elektroda di tubuh Ratna untuk dihubungkan ke monitor. Setelah alat terpasang, seorang dokter melihat grafik di monitor.
RAKA
SUSTER
RAKA
SUSTER
Sebelum Raka keluar, dia melihat dua suster itu seperti sedang mengamati tubuhnya yang makin menggigil.
RAKA (VO)
EXT. RUMAH SAKIT — SIANG
Raka menelpon seseorang dan mentransfer lewat aplikasi di Hpnya.
Raka keluar rumah sakit menuju semak-semak tepat di bawah baliho samping rumah sakit. Sambil memeriksa keadaan sekitar, kepalanya toleh-toleh, tangannya mengambil secuil kertas berwarna kuning di dalam semak.
Raka merasa lebih tenang dan gembira. Dia kembali berlari menuju rumah sakit dan masuk toilet. Raka menggunakan lintingan alumunium foil dari dalam bungkus rokok untuk memakainya.
Raka mulai mengatur penapasan sesaat. Tarik lepas sebanyak tiga kali. Telunjukku menjepit lubang hidung kiri dan mulai menyedot dalam-dalam melalui lubang hidung sebelah kanan. Tidak lebih dari satu menit, kembali Raka temukan euphoria. Rasa panik berubah menjadi tawa sebelum kembali ke ruang tunggu.
RAKA (VO)
Ruang tunggu makin menjubal. Bukan berkurang malah semakin penuh. Kursi pojok yang ditinggal Raka sudah ditempati orang lain.
Raka harus menunggu dan bersandar di tembok bersama keluarga pasien yang tidak kebagian tempat duduk. Dalam situasi apapun Raka tetap merasa ceria.
Kadang melintas perawat mendorong brankar pasien meninggal yang diiringi isak tangis sanak saudara membuat Raka malah cengengesan.
RAKA (VO)
Begitu ada penunggu pergi, Raka langsung duduk di kursi kosong itu.
Raka melihat pasien gila yang sukar diarahkan suster. Bicaranya cerewet, dan ngamuk. Petugas keamanan sampai ikut mengatasi. Raka ajak ngobrol bapak di sebelahnya.
RAKA
BAPAK
RAKA
BAPAK
RAKA
BAPAK
Raka menutup mulut seketika, tanda dia keceplosan. Untungnya Bapak itu dipanggil petugas giliran masuk ke ruang dokter. Raka pun mengangguk menyilakan.
Begitu cerianya Raka sampai lupa belum menghubungi Papa dan Mama, begitu ingat dia langsung menelpon mereka. Mama tidak mengangkat, Papa juga. Raka mendesah geram.
Suster membuka pintu ICU, Raka bergegas mendekat.
RAKA
SUSTER
RAKA
SUSTER
RAKA
SUSTER
Raka mengangguk. Raka beberapa kali memanggil kak Ratna tapi tetap tak kunjung siuman. Raka duduk tepat di sebelah kepala kak Ratna sembari mengusap dahinya yang berkeringat.
Raka melihat jemari Kak Ratna seperti bergerak-gerak atau itu hanya halusinasinya? Mata Raka coba fokus menatap jemarinya untuk membuktikan apakah benar-benar bergerak.
Semakin lama penglihatan Raka makin kabur. Pelupuk matanya mengeluarkan air karena beberapa menit tidak berkedip.
Raka kembali memanggilnya. Ratna mulai bergerak dan matanya terbuka perlahan.
RAKA
RATNA
RAKA
Raka merasa merinding. Tiba-tiba HPnya berdering. Raka membuka layar, dan membaca pesan yang datang dari ibu.
Itu balasan untuk kalian yang selalu berani dengan orangtua. Kalau sudah begini, siapa yang pusing? Ujung-ujungnya Mama lagi yang mengurus administrasinya. Tidak mungkin Papa kalian iba walau Ratna opname.
Seketika wajah Raka memerah, sebal dan marah.
RAKA (VO)
RATNA
Raka diam saja, bingung mau bicara apa.
RATNA
Pesan itu Raka baca dengan pelan. wajah Raka tampak khawatir.
RATNA
RAKA
RATNA
RAKA (VO)
RATNA
RAKA (VO)
RATNA
RAKA (VO)
RATNA
RAKA
RATNA
RAKA
Raka tertawa nyengir.