Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Junkie
Suka
Favorit
Bagikan
4. Rumah yang Bagai Neraka
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. INT. RUMAH — SORE

Langkah Raka terhenti depan pintu rumah. Wajahnya tampak geram mendengar pertengkaran.

Wajah Raka berubah sedih saat mendengar suara perempuan menangis (Mama). Suara keras khas lelaki (Papa), bentakan, terdengar keras, dan suara perempuan menjerit kesakitan.

Di dalam rumah, seorang lelaki tua menjambak rambut wanita. Raka mendobrak pintu, lari cepat, dan menarik lengan lelaki itu.

RAKA

Dasar suka gampar perempuan. Beraninya sama perempuan!

Lelaki tua itu mendorong Raka hingga tersungkur. Raka meringis marah.

MAMA

Jika kau tidak memulainya! aku pun tidak akan membalas kelakuan bejat wanita busuk simpananmu! (wajahnya memerah seperti orang kesurupan)

PAPA

Apa untungnya mendengarmu? dasar istri kurang ajar!

RAKA

Kalian bikin rumah ini jadi neraka!

Lelaki tua itu langsung pergi sambil membanting pintu. Mama juga masuk kamar balas nutup pintu dengan kencang, ”jederrr!!”.

Raka melangkah lesu antara sedih dan kecewa. Air mukanya lambat laun jadi gelisah. Wakas kembali menjeratnya. Napasnya terengah-engah. Wajahnya geleng-geleng seperti menahan kesakitan. Dia menahan wakas hingga maghrib berkumandang. Raka tak tahan lagi, di menghubungi seseorang lewat HP.

Raka mengendap-endap. Sebuah kendaraan motor sedikit memelankan lajunya saat lewat depan rumahnya dan melemparkan sesuatu. Raka jalan ke seberang. Lampu jalan menunduk berwarna oranye. Ada pepohonan yang merintangi cahayanya sehingga sekitar cukup gelap. Motor itu telah menjauh pergi, dan lenyap.

Raka menyibak rerumputan liar yang menjalar ke bahu jalan. dengan mudah dia temukan kertas kuning yang membuatnya gembira. Dia bergegas kembali lewat pintu samping.

Raka mengintip kamar kakaknya, Ratna yang ternyata sedang tidur.

Segera Raka masuk kamar, dan siapkan jarumnya. Tusukan kali pertama apses, tusukan kedua pun apses, dan ketiga baru berhasil. Ujung nidel ditarik ke atas, dengan enteng darah tampak di selubung nidel transparan, lalu kembali ditekan.

Baru satu kali tekanan, surga dunia kembali Raka dapatkan. Dia menatap langit-langit kamar, euforia tampak di wajahnya yang ceria, dia menyaksikan para bidadari bergantian menyetubuhinya. Mereka bermesraan dan bercinta dengannya dengan segala jenis yang Raka suka. Raka melayang-layang, binal dan ganas. Dia dimabuk kenikmatan, berulang-ulang orgasme.


INT. KAMAR — SIANG

Ratna masuk kamar Raka.

RATNA

Kau tampak gelisah?


Raka terperajat. Dia tak tahu kakaknya tiba-tiba masuk kamar, Raka melirik peralatannya yang telah dia sembunyikan bawah kolong kasur.

RAKA

Ndak kak, hanya kurang tidur, kakak sendiri?

RATNA

Masih sakit perut ini!

Ratna mengusap perutnya dengan wajah meringis kesakitan, sambil menyodorkan berkas kertas dijilid. Raka membacanya, novel karya Ratna, dengan judul "Suara dari Neraka".

RAKA

Apa suara ini dari papa?

Tak menjawab, Ratna berbaring masih dengan wajah menahan sakit. Tangannya mengoleskan minyak kayu putih ke perut. Air muka Raka berubah cemas.


INT. RUMAH — SORE

Ratna terus menulis di depan laptop walau kadang perutnya kesakitan. Raka melihatnya dengan tatapan simpati. Dia merokok, dan membuatkan minuman buat kakaknya itu.

Tiba-tiba terdengar pertengkaran.

MAMA

Aku tak peduli walau mulutmu sampai berbusa! Keputusan ada di tanganmu! Cerai ya boleh!

Mama mengamuk. Piring dilempar, guci, vas bunga, dan lainnya. Pecah berhamburan. Suara keributan itu memenuhi pikiran Raka membuatnya gelisah, napasnya memburu, tubuhnya menggigil kedinginan, berkeringat dingin.

Raka masuk kamar, mengambil peralatannya di bawah kasur. Dia mengambil jarum suntik, dan menggunakannya lagi di lengannya. Raka bersandar, dan halusinasi membuat bibirnya tersenyum: papa, mama, dan Kak Ratna bersamanya menikmati makan bersama, mereka saling canda dan berbicara dengan perasaan hangat. 

Liburan bersama Papa, Mama, Kak Ratna di tepi pantai, dia dan Ratna berlarian. Mereka berempat minum es kelapa muda, tertawa terbahak-bahak, terasa nyata di kepala Raka seakan dia kembali menikmati momen bahagia itu lagi.

Bayangan saat Raka masih kecil, main prosotan dengan Kak Ratna, dan didampingi Papa dan Mama, semua tampak bergembira di taman kota.

Mereka berempat ke pasar malam, naik bianglala, nonton film sekeluarga, sangat bahagia.


INT. RUMAH — MALAM

Pintu kamar Raka diketuk keras. Raka segera menyembunyikan peralatannya. Efek makenya mulai berakhir.

Raka membuka pintu dalam keadaan mata sembab. Ratna masuk dengan tatapan prihatin.

RAKA

Kak, sampai kapan prahara ini berakhir. Aku pilih minggat dari rumah ini. Buat apa punya segalanya jika setiap hari hanya mendengar pertengkaran!

RATNA

Raka, dengarkan! Bagaimanapun mereka orang tua kita yang mengasuh dan membesarkan kita. Kalau bicara tidak betah, kakak lebih tidak betah lagi.

RAKA

Kakak bisa mengalihkan dengan nulis, sedang aku?

RATNA

Cobalah nulis Ka, baca saja yang kau suka, lalu menulis nanti kau akan nikmat menjalaninya, coba saja.

Raka mengangguk-angguk, dia seketika kaget melihat Ratna tiba-tiba memegang dadanya yang sakit, wajahnya meringis kesakitan.

RAKA

Kak, aku ambilkan obat.

Raka membuka kotak obat dan mengambil air minum. Ratna segera meminum obatnya.

Suara pertengkaran Mama dan Papa kembali terdengar keras, suara piring dan gelas yang pecah, jeritan, dan bentakan. Hingga berakhir dengan suara bantingan pintu. Mama terdengar menangis tersedu-sedu. Suara mobil terdengar menderu di luar.

Raka bingung, pikirannya jadi kalut. Dia bergegas ke luar rumah, mengendarai sepeda motornya dengan cepat. Raka mengebut di jalanan, meliuk-liuk, nyaris tertabrak sebuah mobil. Motornya berdecit berhenti di depan diskotik.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar