Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. TOKO — SIANG
HP Raka menerima pesan, dia membukanya. Dari Maya: "Di mana, Ka?"
Raka kaget.
RAKA (VO)
Raka berpikir sejenak, lalu membalas,"Di rumah sakit, May. Ada apa?" Muncul balasan cepat, "Siapa yang sakit?"
Raka mengetik, "Jantung kakak kambuh lagi, May. Dan harus opname." Maya membalas, "Boleh aku menjenguknya? Aku bawa bekal, Ka."
RAKA (VO)
"Ohh.. Boleh-boleh saja, May." balas Raka senang.
Raka menuju ATM dan sesudah tarik tunai, dia beli buku pulpen lalu kembali ke ruang ICU.
INT. RUMAH SAKIT — SIANG
Raka datang sesekali bersiul sambil bawa plastik, lalu masuk ruangan Ratna.
RATNA
RAKA
RATNA
RAKA
Ratna mengangguk perlahan. Raka membuka bungkusan makanan itu.
RAKA
Ratna memandang mata Raka sejenak seperti memeriksa sesuatu, dan kemudian mengangguk. Ratna mulai menegakkan sedikit tubuhnya, dan Raka memberikan makanan jajanan atau kudapan yang manis, nagasari. Ratna menggigitnya perlahan.
RAKA (VO)
Maya kembali menggigit kue itu lagi.
RAKA
RATNA
RAKA
Wajah Raka agak gusar.
RATNA
RAKA
RATNA
Bibir Raka mengatup. Dia kemudian pamit dan dengan langkah gontai melangkah keluar menyusuri lorong rumah sakit, sejenak Raka kembali dan mengintip Ratna dari celah pintu ICU.
Ratna menulis dengan raut wajah yang sumringah. Raka lega dan melangkah dengan lebih ringan.
Raka menunggu di pintu selatan rumah sakit. Terlihat sebuah mobil mendekat. Dari kaca mobil, terlihat Maya berkaca mata dengan rambut yang tidak terurai seperti biasanya.
Kaca mobil turun dan Maya memberi kode agar segera masuk.
MAYA
Raka tersenyum dan mengangguk. Dia malah sedikit terpana melihat penampilan Maya begitu duduk di sebelahnya. Kaos yang dipakai amat ketat sehingga menonjolkan dada serta rok mini yang amat pendek sehingga paha mulus terlihat.
MAYA
RAKA (VO)
Raka diam dan berpikir sejenak.
RAKA
MAYA
Mobil melaju di jalanan, dan berbelok menuju apartemen yang tinggi.
INT. APARTEMEN — MALAM
Apartemen yang cukup megah. Mereka berdua jalan masuk apartemen dan menuju lift.
RAKA
MAYA
Raka terlihat bimbang.
RAKA (VO)
HP Raka berbunyi. Ada pesan Mama lebih dulu masuk. Raka terkejut, bahasa Mama terasa lembut.
Raka, sekarang kamu di mana? Kok, malah ndak menemani kak Ratna. Atau ada tugas dari dosenmu. Ini Ibu ada di rumah sakit, Nak…
Raka tertegun. Dia bingung antara membalas pesan atau tidak. Terbayang biasanya pesan mama selalu marah-marah.
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
INT. LIFT — MALAM
Pintu lift terbuka. Mereka masuk. Raka memencet angka 9. List bergerak. Raka membalas pesan Mama.
RATNA (OS)
RAKA (VO)
Memikirkan hal itu hingga Raka tidak sadar pintu lift tiba dan membuka di lantai sembilan. Maya menarik lengannya, ia seperti tahu Raka sedang bingung.
INT. APARTEMEN — MALAM
Mereka menyusuri lorong menuju apartemen Maya.
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
Raka merasa lebih tenang.
MAYA
Mereka duduk dan ngobrol banyak hal.
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
Maya mulai bongkar-bongkar mencari piranti untuk ngubas. Wajah Raka tampak bergairah.
RAKA
MAYA
Piranti lengkap dan beberapa selubung pipih atau pipet ditaruhnya di atas meja.
RAKA
Pada bagian tutup belum begitu rapat, masih ada yang bolong. Raka mengakali supaya tidak begitu berat saat disedot. Maya angkat bahu tanda kurang paham.
RAKA
MAYA
RAKA
MAYA
RAKA
Tangan Raka sedikit gemetar namun dia fokus menyetel bara tokai untuk meleletkan Amphet yang mengkristal. Cerobong pipih telah terpasang, Maya sangat berhati-hati menaruh beberapa kristal ke dalam selubung menggunakan sedotan digunting runcing ujungnya. Raka tampak penasaran melihat Maya yang mahir.
MAYA
RAKA
Maya segera menarik nafas dalam-dalam. Bara tokai yang amat mungil mulai melelehkan beberapa kristal. Ia terus menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan sebisa mungkin.
Raka memberi saran lebih selow supaya Maya bisa menjaga bara tokai agar tidak mati.
RAKA
Begitu giliran Raka, dia meminta Maya untuk memegangi tokai dan menjaga kestabilannya agar tidak mati tertiup dengus napas.
Lebih dari sepuluh putaran mereka ngubas. Ya, karena bukan pahe, jadi takarannya jauh lebih banyak.
RAKA
Maya bersandar di sofa.
MAYA
Maya mulai euforia.
RAKA
Raka mulai mendekati Maya, dan mereka mulai berciuman. Lalu efek Amphet menggiring dengus nafas mereka hingga melumat dan mendesah.
Maya tak henti-hentinya ngoceh.
Babak kedua, kembali mereka mulai. Alat bong itu sudah berganti di tangan Raka. Dia memegang bara tokai lebih tenang. Perlahan mulai dia dekatkan, cerobong pipih kembali memanas dan lelehannya sangat stabil.
Raka tampak santai seperti menyedot es teh, semakin ditariknya hingga hampir satu menit. Maya terperangah melihat aksi Raka yang atraktif. Sejenak Raka tahan hingga wajahnya memerah. Keringat mulai mengucur di wajahnya, lalu dilepasnya sekuat mungkin.
Whuuussss
Suara embusan yang amat panjang. Asap mengepul di seluruh sudut ruangan.
RAKA
Raka yang benci koruptor mewujud dalam halusinasinya. Botol mineral mereka modifikasi, kristal-kristal yang tak henti meleleh, dan suara air mendidih turut terhibur. Mereka kembali berciuman, saling raba, dalam gairah nafsu yang datang dari empat penjuru.
Lantas mereka terlelap berpelukan.
Cahaya pagi menampakkan tubuh Maya yang setengah telanjang. Raka terbangun, dia melihat jam, dan masuk toilet. Raka mandi dan ganti pakaian.
Raka membangunkan Maya, namun tak ada respon.
Raka mengecup keningnya dan menutup tubuhnya dengan selimut. Dia menulis di kertas dengan pensil di atas meja: May, maafkan aku tidak bisa mendampingimu hingga nanti kau tersadar. Bukan aku tidak menghargaimu, tapi aku harus segera kembali ke rumah sakit. Jaga dirimu baik-baik.