Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 33
EXT. DI DEPAN RUMAH BONEKA – PAGI
Cast: Marja, Kirina, Satpam, Pemilik Rumah Boneka
Marja dan Kirana datang ke rumah boneka. Satpam yang kemarin menyambutnya, kembali menyambutnya.
SATPAM
(Bersungut-sungut) Pagi banget, Mbak, Mas. Ngarep hadiah pengunjung pertama ya?
KIRINA
Emang ada?
SATPAM
Ya, ndaaak. Yang ada hadiah cemberut nih dari yang jaga. Pagi-pagi sudah ngerepoootin ajaaaa.
KIRINA
Hehe, maaf, maaf. Soalnya ada yang mau kami bicara dengan pemilik rumah ini. Hal penting. Penting bangeeeeet.
Dengan enggan, satpam menyilahkan Marja dan Kirina duduk di teras.
SATPAM
Silahkan Mas, Mbak, nunggu di sini. Semoga Tuan mau keluar. Kalau ndak keluar, ya nasib... (Lalu Satpam itu meninggalkan Marja dan Kirina begitu saja)
KIRINA
Satpamnya begitu banget.
MARJA
Ya iya, wong kita yang dateng kepagian. Ini baru jam setengah sembilan. Pasti selama ini dia gak pernah nerima pengunjung jam segini.
Sejenak Marja dan Kirina mengamati sekeliling. Kirina bahkan melongok ke jendela.
KIRINA
Gila, bonekanya banyak banget...
MARJA
Ya iya, namanya juga rumah boneka. Kalau namanya rumah yatim piatu banyak anak-anaknya...
KIRINA
Kalau namanya rumah siput, adanya cuma satu siputnya ya? (Cemberut)
Tak lama kemudian, pemilik rumah boneka ini pun keluar dengan gaya slow motion. Gayanya berdandan mirip boneka, dengan asesoris penuh boneka. Kalung boneka, sandal boneka, dan juga sambil memegang beberapa boneka.
Saat ia melihat Kirina seketika ia langsung terbelalak. Kini giliran gerakan Kirina yang sedang memainkan rambut mendadak slow motion.
PEMILIK RUMAH BONEKA
Oh my God... (Menoleh pada Satpamnya) Setel... setel sekarang!
SATPAM
(Mendengus) Ih, lebainya...
Satpam meninggalkan ruangan. Gak lama terdengar lagu, My First Love milik The Bangles. Pemilik Rumah Boneka nampak terhanyut, sebelum akhirnya duduk di depan Kirina dan Marja.
KIRINA
(Nampak agak bingung) Selamat pagi, Pak? Eh, Om?
PEMILIK RUMAH BONEKA
Panggil Mas aja (Agak salah tingkah)
SATPAM
(Berbisik) Tetap jaga image, Ndoro.
KIRANA
Pak, eh Mas, kami datang ke sini pagi-pagi, karena ada hal yang ingin kami tanyakan.
PEMILIK RUMAH BONEKA
Lho, ndak ada perlu juga ndak papa. Rumah boneka ini memang terbuka buat umum.
KIRANA
Kami dari rumah Ki Kama. Kata Ki kama, semua boneka kayunya dulu, telah dibeli bapak. Kami ke sini ingin mengambil satu boneka saja.
PEMILIK RUMAH BONEKA
Oh ya, betul, betul. Saya memang membeli semua boneka. Saya ini kolektor boneka. Jangankan boneka, patung polisi di perempatan-perempatan jalan saja, saya beli... Boneka angin di depan toko-toko cat, saya borong... Apalagi boneka-boneka kayu Ki Kama... habis semua saya angkut...
KIRINA
(Memandang tak percaya) Waaah... Kalau begitu, saya boleh ambil 1 boneka kayu milik Ki Kama itu, Mas?
PEMILIK RUMAH BONEKA
Satu? Tentu saja boleeeeh. Wong semua juga boleh.
SATPAM
(Berbisik) Tetap jaga image, Ndoro.
KIRINA
Saya cuma butuh satu saja kog. Mas masih menyimpannya kan?
PEMILIK RUMAH BONEKA
Tentu saja. Wong rencananya saya ini mau buat museum boneka kog, bukan cuma rumah boneka. Museum boneka terbesar di negara ini.
Jadi semua boneka ada. Kamu bisa pilih yang kamu suka.
KIRINA
Saya cuma mau boneka Ki Kama itu saja.
PEMILIK RUMAH BONEKA
Itu gampang. Gampang banget ya, Di... (Ia melirik Satpamnya, dan seperti memberi tanda)
SATPAM
(Memahami tanda itu, lalu segera mengelus dada) Gampang banget Mbak, tapi... ada syaratnya.
KIRINA
Syarat?
MARJA
(Berbisik) Tenang, paling juga subscribe, komen dan share lagi? Haduuh...
SATPAM
(Mendengus kesal) Bukaaan! Yang ini, bagi yang suka sih syaratnya enak...
Pemilik Rumah Boneka tersneyum lebar sambil memberi jempol pada satpamnya.
SATPAM
Perlu Mbak ketahui, Ndoro saya ini sudah 10 tahun mencari jodoh. Di kampung ini sampai dapat julukan ‘Mas-mas Mencari Jodoh’.
Tapi mbak lihat sendiri, ini desa yang sepi, ndak banyak orang, ndak banyak pengunjung. Yaaa, jadi Ndoro ndak dapet-dapet.
KIRINA
Lalu? Apa hubungannya dengan saya?
SATPAM
Bentar toh! Sampai hari ini kemudian tiba, mbak datang begitu saja. Pagi-pagi saat hari masih cerah. Dan Ndoro langsung... ya mbak tahulah... Tadi kan seharusnya mbak sudah ngerasa... sudah disetelkan sontreksnya... trus mbak juga mendadak ada adegan slow motion... Ya, begitu Mbak...
KIRINA
Kog gitu?
SATPAM
Lah mbaknya mau gimana?
PEMILIK RUMAH BONEKA
Ehem! Di, yang sopan ah! Kalau Mbaknya ini berkenan, dia jadi Ndoro Ayumu loh!
SATPAM
Nggih, Ndoro.
KIRANA
Ih, kog jadi begini sih? (Menyenggol Marja)
SATPAM
Tenang, Mbak. Walau mbak belum mengenalnya, Ndoro saya ini orang paling terkenaaaal di desa-desa sekitar sini. Ia orang terkaya di sini loh. Rumahnya ada di setiap desa. Mbak harusnya bangga, wong gadis-gadis lain berjejeran ingin ditembung... (Terbatuk dipaksakan)
KIRANA
Tapi gak begini juga dong. (Menoleh pada Marja) Ja? Gimana nih?
MARJA
(Agak maju ke depan) Begini loh Mas, melamar orang di pertemuan pertama, itu ndak normal Mas!
SATPAM
(Mendengus) Yaelah, Mas. Mas pikir orang yang mau mengoleksi ribuan boneka kayak ini, termasuk orang yang normal? Memang ini ndak normal.
PEMILIK RUMAH BONEKA
Di, yang sopan ah! Kalau Mbaknya ini berkenan, Masnya ini jadi temennya Ndoro Ayumu loh.
SATPAM
Nggih Ndoro.
Kirina dan Marja nampak kasak-kusuk sendiri.
SATPAM
Jadi bagaimana Mbak? Kalau mbak sepakat, sudah diniatkan oleh Ndoro, maharnya nanti bukan seperangkat alat sholat, tapi se... rumah boneka. Jadi mbak gak cuma dapat 1 boneka, tapi ribuan boneka serumah...
KIRINA
Tentu saja jawaban saya ndak, Mas! (Tegas)
PEMILIK RUMAH BONEKA
(Kaget) Loh kenapa? Saya ndak jelek-jelek amat. Dibanding Kiwil, sama Andika Kangen Band, kan masih lumayan saya.
KIRINA
(Geregetan, nampak seperti ingin menjambak muka Pemilik Rumah Boneka) Pokoknya saya ndak mau, Pak! Saya ini... (melihat pada Marja) sudah punya pacar. Ini, walau tampangnya pasaran begini, tapi dia ini pacar saya Pak.
MARJA
(Kaget) Eh...
KIRINA
Dia ini yang sudah merampas... kesucian saya, Pak. (Mendadak, seperti ingin menangis)
MARJA
(Bingung dan berbisik) Jangan lebai-lebai banget dramanya, Kir.
PEMILIK RUMAH BONEKA
(Tertawa meremehkan) Kalian ini! Jelas-jelas kalian bukan kekasih. Kalian itu nampak canggung, menjaga jarak dan... cowok ini terlalu culun untukmu!
KIRANA
Ya, soal culun itu betul Pak. Tapi... saya tetap tak bisa.
PEMILIK RUMAH BONEKA
(Menganguk—angguk) Ya sudaaaah. Di! (Memanggil Satpamnya)
SATPAM
Silakan saja, kalau Mbak ndak mau. Itu keputusan Mbak. Tapi penolakan berarti tak akan ada boneka untuk Mbak! Silakan Mbak dan Mas pulang saja!
KIRINA
Ta.. tapi...
SATPAM
Eiit, langsung tak panggilin penghulu loh...
Kirina langsung kabur, meninggalkan Marja yang berusaha mengejarnya.
SATPAM
Buset, penolakannya yakin banget...
PEMILIK RUMAH BONEKA
Di! Kamu kalo masih suka ngerasani bisik-bisik begitu, kamu yang saya kawinin,... sama boneka!
CUT TO
SCENE 34
EXT. DI JALANAN – PAGI
Cast: Marja, Kirina
Marja dan Kirana menjauh dari Rumah Boneka.
KIRINA
Heran, kenapa jadi begini. Dasar orang tua gak sadar diri.
Ih, kalau inget dandanannya, pingin banget tak timang-timang,
terus dilempar ke jurang...
MARJA
(Kaget) Ganas banget! Namanya juga mencari jodoh, harap maklumlah...
KIRINA
Tapi ya gak kayak gitu dong. Masak sama orang yang pertama kali dilihat.
Kirina masih bersungut-sungut.
KIRINA
Terus kita gimana?
MARJA
(Menghela napas) Kayaknya kita lupakan saja soal boneka.
KIRANA
Lupakan? Ya, ndaklah. Ini sudah kadung?
MARJA
Terus mau apa lagi? Dari awal... aku kan memang gak yakin soal ini.
KIRANA
Aku ada rencana. Kamu tahu kan tadi aku melihat-lihat sekeliling Rumah Boneka, kuncinya ternyata masih tergantung dipintu. Jadi kuambil saja. Tereeeeng! (Menunjukkan beberapa kunci yang diikat jadi satu)
MARJA
(Melongo) Hah, serius? Berarti kamu sudah bisa menebak kejadian kayak gini.
KIRINA
Gak juga sih. Aku lihat gantungannya lucu aja.
MARJA
Dasar klepto!
KIRANA
(Tersenyum penuh kemenangan) Jadi, nanti malam, kita bisa berkunjung ke rumahnya, dan mengambil boneka sendiri yang kita cari.
MARJA
(Mengeleng-geleng gak yakin) Itu maling, Kir. Kamu mau diteriakin orang sekampung?
KIRINA
Yeaaah, orang penduduk desa ini sedikit, gak bakal ada kejadian begitu. Lagian kita ini kan ada dalam posisi kepepet. Ndak ada jalan lain!
MARJA
Duh, tapi... apa ini aman ya?
KIRINA
Aman banget, asal kamu pakai kondom.
MARJA
Ih, sarkasm banget.
KIRINA
Abis kamunya, ragu-ragu terus. (Lalu menirukan gaya bicara Marja yang didramatisir) Dari awal aku memang gak yakin soal ini...
Duh, tapi... apa ini aman ya?
Marja hanya bisa menggaruk kepalanya.
KIRINA
Lagian aku lihat ada mobil di halaman bukan di garasi, jadi aku yakin pemilik rumah boneka itu memang datang dan pergi di rumah boneka itu. Sedang satpamnya, kita lihat sendiri ada di pavilum di depan rumah. Jadi aku yakin, ndak ada orang di rumah boneka.
MARJA
Luar biasa analisanmu!
KIRINA
(Tersenyum jumawa) Ada untungnya juga kan ngikutin Detektif Conan sampai sekarang.
MARJA
Bukannya kamu dulu ngikutinnya hentai?
KIRINA
Itu dulu nemu di bawah kasurmu yooo!
CUT TO