Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Script Film - Gamophobia
Suka
Favorit
Bagikan
6. Pertemuan

SCENE 10

INT.  WARUNG PAGI  –  SIANG

Cast: Marja, Kirina, Pemilik Warung (extras)

Di sebuah warung, Marja duduk menunggu di salah satu mejanya. Sesekali ia melihat jam tangannya, dan membuang pandangannya ke luar jendela. Pemilik warung ternyata mulai memperhatikannya. Beberapa kali, Marja hanya mencoba tersenyum padanya, tapi pemilik warung tak membalasnya. Ia malah menulis di selembar kertas. Boleh duduk di sini, asal pesan makanan, dan menempelkannya di etalase makanan.

Marja segera mengangguk dengan perasaan tak enak. Ia buru-buru mendekati etalase warung.

 

MARJA

Hmmm, pesan bakwan dua, tempe goreng dua, kerupuk dua, cabenya dua...

Marja kembali ke mejanya dan memakan gorengannya. Tapi sampai semua habis yang ditunggu belum juga datang.

 

MARJA (VO)

Sialan, sudah sejam di sini, Kirina belum muncul juga. Aku jadi meragukan informasi dari si Gupa. Awas nanti!

 

Marja makin tak tenang. Berkali-kali ia melihat jam tangannya, dan jendela. Pemilik warung masih mengamatinya. Ia kembali menulis di selembar kertas. Boleh duduk di sini, asal pesan minuman!

Marja kembali mengangguk, dan mendekati etalase warung.

 

MARJA

Pesan es teh saja.

 

PEMILIK WARUNG

Es teh dua...

 

MARJA

Satu saja...

 

PEMILIK WARUNG

(Cemberut) Dasar cowok ndak konsisten...

 

Marja hanya bisa nyengir dan kembali menunggu.

 

MARJA (VO)

Aku merasa, sepuluh menit lagi ia gak datang, aku akan lumutan...

 

Sepuluh menit berlalu...

 

MARJA (VO)

Lima menit lagi ia gak dateng, aku akan jadi fosil...

 

Sampai kemudian akhirnya Kirina memasuki warung (Slow Motion), seiring lagu Beutifull Girl yang langsung mengalun. Marja sempat terpesona. Ia segera merapikan dirinya dan langsung melangkah mendekati Kirina.

 

MARJA

Hai, Kirina...

 

Kirina nampak kaget, sampai terlihat sesak napas.

 

MARJA

(Nampak waswas) Kirina... kamu kaget atau bengek?

 

KIRINA

(Menenangkan dirinya) Marja... Kebetulan sekali kita ketemu di sini?

 

MARJA

Aku...

 

KIRANA

(Memotong) Atau... kamu memang sengaja menungguku di sini?

 

MARJA

Aku... 

 

KIRANA

(Memotong) Tapi.. kenapa kamu milihnya nemuin aku di warung kayak begini?

 

MARJA

Aku...

 

KIRINA

Kenapa kamu cuma ‘aku... aku...’ aja?

 

MARJA

Kamu terus memotong! Bagaimana bisa aku bicara? Aku sebenarnya menemuimu karena ada yang ingin kubicarakan.

 

Marja mengajak Kirina ke luar warung. Melihat Marja akan keluar warung, pemilik warung tiba-tiba batuk-batuk. Awalnya Marja seperti tak mendengar. Ia pun batuk-batuk lebih keras lagi dengan mengambil TOA. Kali ini membuat Marja menoleh. Saat itulah ia menunjukkan selembar kertas bertulis, Boleh pulang, tapi bayar dulu!

 

MARJA

(Nampak salah tingkah) Maaf.. maaf...

 

Marja segera membayarnya.

 

CUT TO

 

 

 

SCENE 11

EXT.  TAMAN, DI BAWAH POHON –  SIANG

Cast: Marja, Kirina, Anak Kecil (Extras)

Marja dan Kirina duduk di kursi taman yang ada di bawah pohon yang tak henti menggugurkan daun-daunnya.

 

MARJA

Semua berawal dari pertemuanku dengan Arin...

 

KIRINA

(Nampak kaget) Arin...

 

MARJA

Maka itulah aku kemudian tahu kalau 15 tahun lalu, kamu...

 

KIRINA

(Menutup mulutnya dengan tak percaya) Kamu tahu kalau aku...

 

MARJA

(Mengangguk) Arin sudah cerita semuanya dengan jelas sekali.

Tanpa metafora sama sekali...

 

KIRINA

(Menutup matanya) Ah, akhirnya semua... terungkap juga.

 

MARJA

Jadi... semuanya benar?

 

KIRINA

(Mengangguk dengan enggan) Aku juga kadang masih gak meyakininya. Kamu tahu kan, aku gak percaya hal-hal begitu. Ramalan bintang saja gak pernah kubaca, apalagi pergi ke dukun.

Dukun yang kusuka sejak dulu, hanyalah Deddy Dukun...

 

Kirina seperti ingin menangis. Dengan canggung Marja mencoba menepuk-nepuk punggungnya. Ini membuat Kirina kemudian membiarkan dirinya ke bahu Marja. Saat itulah seorang anak kecil datang menyela.

 

MARJA

Ada apa?

 

Anak kecil itu menunjuk ke arah warung, lalu ia menunjukkan selembar kertas bertulis: Boleh pacaran, asal gak pakai adegan dewasa! Marja langsung melotot. Anak kecil itu pun langsung ngacir.

 

MARJA

(Kembali pada Kirina) Sudah... sudah...

 

Kirina seperti baru tersadar. Ia cepat-cepat mengambil jarak kembali dari Marja.

 

KIRANA

Maafkan aku... (Ia melihat daun-daun gugur yang menjatuhi dirinya) Ah, daun-daun jatuh ini... jadi ingat dulu, saat kamu nembak...

 

MARJA

(Tersenyum, dan menggaruk kepalanya) Ah, iya, ya... seperti deja vu..

 

CUT TO

 

 

SCENE 12

EXT. – DI BAWAH POHON, DI KAMPUS –  SIANG (FLASHBACK)

Cast: Marja, Kirina, Kawan 1 (Extras), Kawan 2 (extras)

Marja dan Kirina sedang berdiri di bawah pohon yang tak henti menggugurkan daun-daunnya.

 

MARJA

(Nampak tegag) Daun-daunnya berguguran ya... romantis...

 

KIRINA

(Nampak malu-malu) Ada apa? Katanya kamu mau ngomong sesuatu denganku? Ngomong apa?

 

MARJA

Eh... aku...

 

KIRINA

Apa?

 

MARJA

Aku mau...

 

Tiba-tiba muncul dua kawan Marja dari balik pohon.

 

KAWAN  1

Ayo dong, Ja, cepetan nembaknya!

 

KAWAN 2

Iya nih, pegel juga dorong-dorong pohon terus!

 

CUT BACK TO

 

KIRINA

(Menunduk) Sebenarnya aku menyesal sekali. Sepulang dari desa Suzanna itu, aku langsung menyesal, dan ingin sekali kembali ke sana untuk membatalkannya. Tapi aku takut ke sana sendirian.

 

Kirina menangis sejenak.

 

KIRINA

Tapi... gara-gara itu juga, aku jadi terus menunggumu...

 

MARJA

(Berkerut kening tak mengerti) Maksudmu?

 

KIRANA

Waktu di dukun itu, aku kan menulis...

 

CUT TO

 

SCENE 13

EXT. DI RUANG DUKUN –  SIANG (FLASHBACK)

Cast: Dukun Ki Kama, Kirina, Arin, Suzanna (extras), kawan 1 (extras), kawan 2 (extras), kawan 3 (extras).

Di sebuah ruangan temaram, penuh dengan sesajen di beberapa sudut, Ki Kama memberi satu boneka kayu pada Kirina.

 

KI KAMA

Tempel foto wajahnya, dan tulis keinginanmu padanya!

 

Kirina dengan ragu-ragu memasang wajah Marja dan sejenak diam beberapa saat dengan bolpen di tangannya.

 

SUZANNA

Ayooo!

 

ARIN

Tulis saja!

 

KIRINA

Tulis apa ya?

 

SUZANNA

Tulis, agar ia masuk ke neraka jahanam!

 

Kirina nampak kaget setengah mati.

 

KIRINA

(Menelan ludah) Aku...

 

ARIN

Tulis saja ia impoten seumur hidupnya!

 

Kirina menggeleng sambil bergidik.

 

KIRINA

(berucap pelan) Aku cuma mau...

 

Lalu Kirina menulis: Aku ingin Marja kembali padaku.

Arin, Suzanna, serta kawan-kawan lainnya, hanya mencibir saja.

 

BACK CUT TO

 

MARJA

Tapi Arin bilang, kamu ingin semua hubunganku yang mulai serius akan gagal?

 

KIRINA

(Kaget) Arin bilang begitu? Aku gak mungkin menulis seperti itu...

 

MARJA

(Bernapas lega) Jadi... apa mungkin mereka menggantinya saat kamu tak tahu?

 

Kirina membayangkan kembali masa itu

 

CUT TO

 

SCENE 14 

EXT. DI RUANG DUKUN –  SIANG (FLASHBACK)

Cast: Dukun Ki Kama, Kirina, Arin, Suzanna (extras), kawan 1 (extras), kawan 2 (extras), kawan 3 (extras).

Selepas menyerahkan boneka kayu pada Ki Kama, Kirina bangkit.

 

KIRINA

Aku ke toilet dulu ya!

 

Kirina beranjak dari ruangan itu. Arin, Suzanna dan kawan lainnya segera mendekati boneka kayu yang ditulis Kirina

 

ARIN

Ih... gini amat!

 

SUZANNA

Ini nih yang bikin perempuan terus-terusan dimainin cowok!

 

ARIN

Ganti saja!

 

Suzanna segera mengambil kertas lagi, dan menyerahkan pada Arin.

Arin kemudian yang menulisnya: Semua hubungannya yang menuju serius, akan gagal apapun caranya! Semua orang di situ tersenyum senang.

       

BACK CUT TO

 

KIRANA 

(Setengah berguman) Kalau mereka menggantinya, jahat sekali! Padahal selama ini, aku terus memikirkan apa yang kutulis itu, dan selalu merasa bersalah. Aku juga...(suaranya memelan) jadi terus menunggumu gara-gara itu...

 

MARJA

Ya? Kamu bilang apa?

 

KIRINA

Gak, gak kog.

 

MARJA

Jadi sekarang... apakah yang harus kita lakukan? Apa... permohonan itu bisa dibatalkan? Mungkin kamu belum tahu, kalau selama ini, aku... hmm, memang selalu gagal bila menjalin hubungan yang mulai serius.

 

KIRANA

Oooh, syukurlah, setidaknya aku tak merana seorang diri. (Cepat-cepat menutup mulutnya) Eh, gak ding... maksudku aku turut prihatin tentang itu. Kupikir kita memang harus menggagalkan permohonanitu. Aku yakin itu memang bisa dibatalkan. Kita hanya perlu mencopot foto dan tulisan di patung itu. Saat pulang saat itu, aku sempat menanyakan hal itu pada Suzanna.

 

MARJA

Ah, sepertinya sederhana. Jadi kita cuma perlu ke sana!

KIRANA

(Mengangguk) Aku masih ingat desa itu.

 

DISSOLVE TO.

 

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar