Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 10
INT. WARUNG PAGI – SIANG
Cast: Marja, Kirina, Pemilik Warung (extras)
Di sebuah warung, Marja duduk menunggu di salah satu mejanya. Sesekali ia melihat jam tangannya, dan membuang pandangannya ke luar jendela. Pemilik warung ternyata mulai memperhatikannya. Beberapa kali, Marja hanya mencoba tersenyum padanya, tapi pemilik warung tak membalasnya. Ia malah menulis di selembar kertas. Boleh duduk di sini, asal pesan makanan, dan menempelkannya di etalase makanan.
Marja segera mengangguk dengan perasaan tak enak. Ia buru-buru mendekati etalase warung.
MARJA
Hmmm, pesan bakwan dua, tempe goreng dua, kerupuk dua, cabenya dua...
Marja kembali ke mejanya dan memakan gorengannya. Tapi sampai semua habis yang ditunggu belum juga datang.
MARJA (VO)
Sialan, sudah sejam di sini, Kirina belum muncul juga. Aku jadi meragukan informasi dari si Gupa. Awas nanti!
Marja makin tak tenang. Berkali-kali ia melihat jam tangannya, dan jendela. Pemilik warung masih mengamatinya. Ia kembali menulis di selembar kertas. Boleh duduk di sini, asal pesan minuman!
Marja kembali mengangguk, dan mendekati etalase warung.
MARJA
Pesan es teh saja.
PEMILIK WARUNG
Es teh dua...
MARJA
Satu saja...
PEMILIK WARUNG
(Cemberut) Dasar cowok ndak konsisten...
Marja hanya bisa nyengir dan kembali menunggu.
MARJA (VO)
Aku merasa, sepuluh menit lagi ia gak datang, aku akan lumutan...
Sepuluh menit berlalu...
MARJA (VO)
Lima menit lagi ia gak dateng, aku akan jadi fosil...
Sampai kemudian akhirnya Kirina memasuki warung (Slow Motion), seiring lagu Beutifull Girl yang langsung mengalun. Marja sempat terpesona. Ia segera merapikan dirinya dan langsung melangkah mendekati Kirina.
MARJA
Hai, Kirina...
Kirina nampak kaget, sampai terlihat sesak napas.
MARJA
(Nampak waswas) Kirina... kamu kaget atau bengek?
KIRINA
(Menenangkan dirinya) Marja... Kebetulan sekali kita ketemu di sini?
MARJA
Aku...
KIRANA
(Memotong) Atau... kamu memang sengaja menungguku di sini?
MARJA
Aku...
KIRANA
(Memotong) Tapi.. kenapa kamu milihnya nemuin aku di warung kayak begini?
MARJA
Aku...
KIRINA
Kenapa kamu cuma ‘aku... aku...’ aja?
MARJA
Kamu terus memotong! Bagaimana bisa aku bicara? Aku sebenarnya menemuimu karena ada yang ingin kubicarakan.
Marja mengajak Kirina ke luar warung. Melihat Marja akan keluar warung, pemilik warung tiba-tiba batuk-batuk. Awalnya Marja seperti tak mendengar. Ia pun batuk-batuk lebih keras lagi dengan mengambil TOA. Kali ini membuat Marja menoleh. Saat itulah ia menunjukkan selembar kertas bertulis, Boleh pulang, tapi bayar dulu!
MARJA
(Nampak salah tingkah) Maaf.. maaf...
Marja segera membayarnya.
CUT TO
SCENE 11
EXT. TAMAN, DI BAWAH POHON – SIANG
Cast: Marja, Kirina, Anak Kecil (Extras)
Marja dan Kirina duduk di kursi taman yang ada di bawah pohon yang tak henti menggugurkan daun-daunnya.
MARJA
Semua berawal dari pertemuanku dengan Arin...
KIRINA
(Nampak kaget) Arin...
MARJA
Maka itulah aku kemudian tahu kalau 15 tahun lalu, kamu...
KIRINA
(Menutup mulutnya dengan tak percaya) Kamu tahu kalau aku...
MARJA
(Mengangguk) Arin sudah cerita semuanya dengan jelas sekali.
Tanpa metafora sama sekali...
KIRINA
(Menutup matanya) Ah, akhirnya semua... terungkap juga.
MARJA
Jadi... semuanya benar?
KIRINA
(Mengangguk dengan enggan) Aku juga kadang masih gak meyakininya. Kamu tahu kan, aku gak percaya hal-hal begitu. Ramalan bintang saja gak pernah kubaca, apalagi pergi ke dukun.
Dukun yang kusuka sejak dulu, hanyalah Deddy Dukun...
Kirina seperti ingin menangis. Dengan canggung Marja mencoba menepuk-nepuk punggungnya. Ini membuat Kirina kemudian membiarkan dirinya ke bahu Marja. Saat itulah seorang anak kecil datang menyela.
MARJA
Ada apa?
Anak kecil itu menunjuk ke arah warung, lalu ia menunjukkan selembar kertas bertulis: Boleh pacaran, asal gak pakai adegan dewasa! Marja langsung melotot. Anak kecil itu pun langsung ngacir.
MARJA
(Kembali pada Kirina) Sudah... sudah...
Kirina seperti baru tersadar. Ia cepat-cepat mengambil jarak kembali dari Marja.
KIRANA
Maafkan aku... (Ia melihat daun-daun gugur yang menjatuhi dirinya) Ah, daun-daun jatuh ini... jadi ingat dulu, saat kamu nembak...
MARJA
(Tersenyum, dan menggaruk kepalanya) Ah, iya, ya... seperti deja vu..
CUT TO
SCENE 12
EXT. – DI BAWAH POHON, DI KAMPUS – SIANG (FLASHBACK)
Cast: Marja, Kirina, Kawan 1 (Extras), Kawan 2 (extras)
Marja dan Kirina sedang berdiri di bawah pohon yang tak henti menggugurkan daun-daunnya.
MARJA
(Nampak tegag) Daun-daunnya berguguran ya... romantis...
KIRINA
(Nampak malu-malu) Ada apa? Katanya kamu mau ngomong sesuatu denganku? Ngomong apa?
MARJA
Eh... aku...
KIRINA
Apa?
MARJA
Aku mau...
Tiba-tiba muncul dua kawan Marja dari balik pohon.
KAWAN 1
Ayo dong, Ja, cepetan nembaknya!
KAWAN 2
Iya nih, pegel juga dorong-dorong pohon terus!
CUT BACK TO
KIRINA
(Menunduk) Sebenarnya aku menyesal sekali. Sepulang dari desa Suzanna itu, aku langsung menyesal, dan ingin sekali kembali ke sana untuk membatalkannya. Tapi aku takut ke sana sendirian.
Kirina menangis sejenak.
KIRINA
Tapi... gara-gara itu juga, aku jadi terus menunggumu...
MARJA
(Berkerut kening tak mengerti) Maksudmu?
KIRANA
Waktu di dukun itu, aku kan menulis...
CUT TO
SCENE 13
EXT. DI RUANG DUKUN – SIANG (FLASHBACK)
Cast: Dukun Ki Kama, Kirina, Arin, Suzanna (extras), kawan 1 (extras), kawan 2 (extras), kawan 3 (extras).
Di sebuah ruangan temaram, penuh dengan sesajen di beberapa sudut, Ki Kama memberi satu boneka kayu pada Kirina.
KI KAMA
Tempel foto wajahnya, dan tulis keinginanmu padanya!
Kirina dengan ragu-ragu memasang wajah Marja dan sejenak diam beberapa saat dengan bolpen di tangannya.
SUZANNA
Ayooo!
ARIN
Tulis saja!
KIRINA
Tulis apa ya?
SUZANNA
Tulis, agar ia masuk ke neraka jahanam!
Kirina nampak kaget setengah mati.
KIRINA
(Menelan ludah) Aku...
ARIN
Tulis saja ia impoten seumur hidupnya!
Kirina menggeleng sambil bergidik.
KIRINA
(berucap pelan) Aku cuma mau...
Lalu Kirina menulis: Aku ingin Marja kembali padaku.
Arin, Suzanna, serta kawan-kawan lainnya, hanya mencibir saja.
BACK CUT TO
MARJA
Tapi Arin bilang, kamu ingin semua hubunganku yang mulai serius akan gagal?
KIRINA
(Kaget) Arin bilang begitu? Aku gak mungkin menulis seperti itu...
MARJA
(Bernapas lega) Jadi... apa mungkin mereka menggantinya saat kamu tak tahu?
Kirina membayangkan kembali masa itu
CUT TO
SCENE 14
EXT. DI RUANG DUKUN – SIANG (FLASHBACK)
Cast: Dukun Ki Kama, Kirina, Arin, Suzanna (extras), kawan 1 (extras), kawan 2 (extras), kawan 3 (extras).
Selepas menyerahkan boneka kayu pada Ki Kama, Kirina bangkit.
KIRINA
Aku ke toilet dulu ya!
Kirina beranjak dari ruangan itu. Arin, Suzanna dan kawan lainnya segera mendekati boneka kayu yang ditulis Kirina
ARIN
Ih... gini amat!
SUZANNA
Ini nih yang bikin perempuan terus-terusan dimainin cowok!
ARIN
Ganti saja!
Suzanna segera mengambil kertas lagi, dan menyerahkan pada Arin.
Arin kemudian yang menulisnya: Semua hubungannya yang menuju serius, akan gagal apapun caranya! Semua orang di situ tersenyum senang.
BACK CUT TO
KIRANA
(Setengah berguman) Kalau mereka menggantinya, jahat sekali! Padahal selama ini, aku terus memikirkan apa yang kutulis itu, dan selalu merasa bersalah. Aku juga...(suaranya memelan) jadi terus menunggumu gara-gara itu...
MARJA
Ya? Kamu bilang apa?
KIRINA
Gak, gak kog.
MARJA
Jadi sekarang... apakah yang harus kita lakukan? Apa... permohonan itu bisa dibatalkan? Mungkin kamu belum tahu, kalau selama ini, aku... hmm, memang selalu gagal bila menjalin hubungan yang mulai serius.
KIRANA
Oooh, syukurlah, setidaknya aku tak merana seorang diri. (Cepat-cepat menutup mulutnya) Eh, gak ding... maksudku aku turut prihatin tentang itu. Kupikir kita memang harus menggagalkan permohonanitu. Aku yakin itu memang bisa dibatalkan. Kita hanya perlu mencopot foto dan tulisan di patung itu. Saat pulang saat itu, aku sempat menanyakan hal itu pada Suzanna.
MARJA
Ah, sepertinya sederhana. Jadi kita cuma perlu ke sana!
KIRANA
(Mengangguk) Aku masih ingat desa itu.
DISSOLVE TO.