Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 02
EXT. / INT. KANTOR MARJA – SIANG
Cast: Marja, Gupa, Ibu Pertiwi
Kantor Marja nampak ada di jalanan yang ramai (LS). Namanya terlihat jelas dari depan: CV. KKTRL (CU). Bentuknya unik, minimalis dan modern. Interiornya dipenuhi warna-warna cerah. Costumer Care yang ada di depan nampak cantik dan selalu menyambut tamu dengan ramah. Di dinding belakang CC itu terlihat tulisan: CV. Kurang Kreatif Tapi Rezeki Lancar.
Di salah satu ruangan yang berisi beberapa orang yang nampak sibuk, Gupa masuk sambil membawa dua gelas kopi. Ia mendekati meja Marja yang masih terlihat sibuk dengan desain rumah di program AutoCAD di komputernya.
GUPA
Sudah hampir jam 12, santai sedikit!
Marja menoleh.
MARJA
Nanggung, dikit lagi! Tinggal ngerender bayangannya kog. (
Gupa meletakkan gelas kopi di meja Marja, dan menarik kursi di sebelah mendekati kursi Marja.
GUPA
Hei, Kamu mau tahu cerita kelanjutan tetangga abruku yang cantik itu?
MARJA
Males ah...
GUPA
Kamu ini! Kemarin dia sengaja berjemur di tepi kolam renangnya dengan baju yang... aah...
Sekretaris kantor Ibu Pertiwi tiba-tiba melewati keduanya. Gayanya seperti sengaja menyindir Gupa dan Marja yang asyik mengobrol.
IBU PERTIWI
Ehe... ehem... Ini belum jam dua belas ya... Ngobrolnya ditunda bentar lagi ya...
GUPA
(Nampak sewot, tapi gak bisa menunjukkan kesewotannya terang-terangan) Iya, Bu. Ini cuma lagi nanya jam berapa aja, soalnya jam say, jarum panjangnya lagi dipinjam mami saya buat jahit baju...
IBU PERTIWI
(Mencibir) Gak sekalian dipinjam Niki Astria buat nyanyi Jarum Neraka?
Gupa nyengir.
GUPA
(Bebisik pada Marja) Ih, seleranya jadul bener...
Marja Cuma merespon dengan senyum tipis.
GUPA
Eh, ada apa kamu ini? Baru sadar kog keliatan kusut banget wajahmu? Kayak pantat Alesandro aja!
(INSERT) Gambar anjing penjaga kantor milik Bos, seekor pitbul yang pantatnya berwarna putih, seiring namanya muncul: Alesandro.
MARJA
(Mendelik) Cari metafora yang enak didenger ah! Heran, kenapa yang mereka ingat tentang pucat selalu pantat?
Marja mengambil kopi dan meminumnya.
MARJA
(Menarik napas panjang) Aku... putus dengan Ikia.
Ya, sebenarnya belum ada kata-kata putus ding. Tapi ia meninggalkanku saja, dan tak lagi bisa kuhubungi. Ya sudah, kuanggap putus saja...
GUPA
(Mengangkat bahu) So?
MARJA
So? (Marja memasang wajah heran)
Bukannya kamu harusnya bilang, ‘so sad, bro’... atau minimal wajahmu jadi berubah sedikit prihatin.
(INSERT) Foto Pak SBY saat sedang berkata: Saya prihatin.
GUPA
(Tertawa pendek) Males ah. Ini kan bukan pertama kalinya?
Sejak kita kerja di sini saja, kamu sudah berapa kali dalam kondisi seperti ini? Aku masih ingat kog cewek-wewekmu. Puput anak Bandung itu, Dora yang anunya gede itu, Sisilia yang punya gigi kelinci, Manda yang suka bikin cupang di lehermu...
MARJA
(Kaget) Yaelah, gak usah diabsen begitu! Kog malah kamu yang apal? Dulu aja ngapalin rumus AutoCad, kamu kebalik-balik sama resep nasi goreng...
GUPA
Lebai! Tapi apa yang sekarang Ikia juga mendepakmu... setelah ia sadar kamu gak cukup serius?
MARJA
Sialan, tuduhanmu! Aku ini selalu serius. Apa ada sih tampang main-main di wajahku? Aku ini sudah 35 tahun lebih loh!
GUPA
(Nampak mengamati Marja) Gak ada sih wajah main-mainnya. Yang keliatan Cuma... wajah mesummu!
MARJA
Sialan!
Tapi... kamu memang sedikit benar. Sedikiiit aja. Dia memang meninggalkanku setelah melihat reaksiku saat ia memintaku supaya mem-purpose dia.
GUPA
(Nampak kaget) Ooh, wajarlah kalau begitu. Mana ada sih cewek yang mau digrepe-grepe terus, tanpa kepastian?
MARJA
Sialan!
Ibu Pertiwi kembali melewati mereka.
IBU PERTIWI
Ehem... ehem... heran sudah waktunya istirahat masih saja di sini. Apa perlu saya usulkan pada Pak Candra supaya waktu istirahat dihilangkan?
GUPA
(Kaget) Jangan Bu, jangan! Ibu saja yang dihilangkan... (setengah berbisik).
IBU PERTIWI
Apa kata kamu? (Matanya mendelik)
GUPA
(Langsung ngeper) Gak, Bu. Maksud saya dan Marja akan segera menghilang dari sini...
Gupa Menarik Marja.
GUPA
Ayo ke kantin!
Keduanya berjalan ke luar ruangan.
GUPA
Huh, sekretaris jutek itu nampaknya terus mengamati kita...
MARJA
Kita? Kamu aja kali!
Tapi kamu gak usalah resah, itu tanda-tanda perhatian.
GUPA
Ih, mulutmu!
Marja dan Gupa keluar kantor dan berjalan ke samping kantor di mana kantin berada.
CUT TO.
SCENE 03
INT. KANTIN KANTOR – SIANG
Cast: Marja, Gupa, Kekasih 1 (Extras), Kekasih 2 (Extras), Kekasih 3 (Extras)
Marja dan Gupa duduk di salah satu meja kantin yang nampak ramai. Gupa nampak bersemangat, tapi Marja nampak malas-malasan.
MARJA
(Menghela napas) Ah, tapi kenapa selalu seperti ini ya? (pandangannya menerawang ke sekeliling kantin yang ramai)
Saat Ikia bilang tentang purpose, aku tiba-tiba tidak menjadi seperti diriku sendiri. Dadaku sesak.... mulutku sulit berkata-kata... otakku loading... dan tititku juga ikut mengkeret...
Gupa yang sedang sibuk makan nampak kaget, nyaris menelan sendoknya.
MARJA
Dan yang pasti aku langsung ilfil.
Efeknya aku jadi malas bertemu dengannya, malas bicara juga.
Itu bisa berlangsung berhari-hari. Namun saat aku mulai menyadari kalau aku seperti jadi laki-laki gak bertanggung jawab, aku sebenarnya cepat-cepat mencoba menghubunginya lagi, tapi giliran dia sekarang yang tak lagi mau kuhubungi.
Gupa masih sibuk makan, tak bisa menanggapi karena mulutnya penuh dengan makanan, jadi ia hanya mengangguk-angguk.
MARJA
Ah... kenapa ya aku jadi sedih begini?
Kamu kan tahu aku benar-benar mencintainya? Tapi sekarang ia malah memblokir nomorku.
Gupa menyelesaikan makannya.
GUPA
Wajarlah, Ikia begitu. Aku juga akan melakukan hal yang sama seperti itu. Eh, ini mau kau makan gak? (Menunjuk makanan di depan Marja, dan sebelum dijawab, ia sudah mengambil potongan daging ayam di piring Marja)
Marja hanya melihatnya saja makanannya dihabiskan Gupa.
GUPA
Lagian kenapa sih kamu begitu? Umurmu sudah hampir 35 tahun lebih, bukankah itu sudah waktunya? (Ia mengembalikan tulang ayam ke piring Marja, dan mengambil lauk yang lain)
MARJA
Entahlah... (mengangkat bahu) Sepertinya setiap kali kekasihku bicara soal hubungan yang serius, aku selalu seperti itu!
(INSERT) KEKASIH 1
Menikah yuk...
Marja nampak menahan napas, dengan wajah pucat yang kaku.
(INSERT) KEKASIH 2
Kapan kita menikah?
Marja nampak menahan napas dua kali, dengan wajah sangat pucat dan sangat kaku
(INSERT) KEKASIH 3
Would you purposing me?
Marja nampak menahan napas tiga kali, dengan wajah seperti sudah berbentuk semen.
GUPA
(Menghabiskan minumannya dengan lega) Hmm... kupikir kalau sampai terjadi seperti itu berkali-kali, mungkin ada apa-apa denganmu. Itu jelas bukan reaksi yang biasa kan? Bisa jadi kamu... phobia terhadap pernikahan! Gamophobia!
MARJA
Gamophobia? Phobia... terhadap pernikahan?
Ah, kau ini! Aku tidak takut! Aku hanya... yaaaa, ilfil saja!
Gupa
Ilfil kog berkali-kali?
MARJA
Mungkin saja kan?
GUPA
(Menggeleng) Bisa jadi, dulu, tanpa kau sadari, kamu itu pernah punya pengalaman buruk tentang pernikahan yang membuatmu jadi seperti sekarang.
MARJA
Masak begitu?
GUPA
Cobalah kau ingat-ingat dulu! Mungkin duku kamu pernah melihat..
orang yang dilamar dan setelah menikah hidupnya merana...
Atau... ada tetanggamu yang dilamar, malah mati karena jantungan... Ya, siapa tahu begitu...
MARJA
(Menggeleng) Gak ada kejadian begitu.
CUT TO