Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 17
EXT. SEBUAH DESA YANG SEPI – SIANG
Cast: Marja, Kirina, Ki Kamasutra, Tukul (extras), Gadis Kecil (extras),
Tiba di sebuah desa yang sepi. Keduanya melangkah di setapak batu. Ada burung gagak yang terbang, kuburan, dan di satu titik terlihat satu papan kayu bertulis: Ini Tempat Angker, dengan font horor dan berwarna merah. Lalu di bawah papan tulisan itu, berserakan botol-botol bir Angker.
MARJA
Bikin kaget aja.
KIRINA
Dulu juga sudah begini, gak berubah. Tapi aku tetap saja takut.
MARJA
Gak ada yang perlu ditakuti. Sekarang sudah jaman modern,
gak ada lagi kasus orang melihat hantu.
Saat itulah tiba-tiba muncul seorang bocah kecil gundul dan bertelanjang badan mendekati Marja dan Kirina.
MARJA
(Kaget dan langsung berteriak histeris) Tu... tuyulll...
BOCAH
(Nyengir) Aku Tukul Om, bukan Tuyul...
KIRINA
(Mencibir) Katanya, gak ada yang perlu ditakuti? (bergaya ucapan Marja yang dilebai-lebaikan)
MARJA
Aku hanya kaget. Kamu tahu kan aku kagetan. Dulu, setiap lihat kamu selesai dandan aja, aku selalu kaget banget...
KIRINA
(Menjulurkan lidah) Lebaiiii...
CUT TO
SCENE 18
EXT. RUMAH KI KAMA – SIANG
Cast: Marja, Kirina,
Marja dan Kirana memasuki sebuah rumah yang nampak sangat tua. Rumah itu berarsitektur Joglo. Halamannya luas, dan banyak pohon-pohon buah yang besar-besar. Di depan rumah, ada papan nama bertulis: Ki Kamasutra.
MARJA
(Bengong) Berarti dari kemarin kamu sebut namanya ‘Ki Kama, Ki Kama’, ternyata nama lengkapnya... Ki Kamasutra toh?
Kirina mengangguk
MARJA
Yaelah...
KIRINA
Lah mau dipanggil siapa lagi? Ki Sutra? Ntar diblur sama KPI dong?
MARJA
(Menggerutu) Nama mesum begini... Makin gak meyakinkan aja!
Lalu seorang anak perempuan muncul, dan kaget melihat Marja dan Kirina.
GADIS KECIL
Wah, ada tamu... Sepertinya penggemar ya?
KIRANA
Penggemar? (Kirina saling berpandangan dengan Marja)
Kami ke sini mencari Ki Kama.. Ki Kamasutra. Apakah ada?
GADIS KECIL
Ki Kamasutra? (cemberut)
Ndak ada Ki Kamasutra di sini. Ini rumah pakde, namanya Brother Kama.
KIRINA
Brother Kama?
MARJA
(Memotong sambil berbisik) Brother Kamasutra pastinya.
GADIS KECIL
Ih, kakak tahu (tersenyum lebar) Benar kan, aku bilang tadi, kakak penggemarnya. Gak banyak yang tahu nama lengkap pakde.
MARJA
Penggemar apaan sih?
KIRINA
Sttt... sabar! (Menyikut Marja, lalu tersenyum pada gadis kecil kecil di depannya) Jadi di mana Brother Kama sekarang?
GADIS KECIL
Lagi syuting.
KIRINA
Syuting?
GADIS KECIL
Brother Kama sedang bikin film kak. Katanya tadi mau bikin tutorial membelah nangka...
Kirina saling berpandangan dengan Marja
KIRINA
Membelah... nangka? Nangka... nagka buah itu? Buat apa?
GADIS KECIL
Ih kakak, ya buat konten dong. Dulu kan sudah bikin cara membelah kelapa, cara membelah mangga... sekarang gantian cara membelah nangka...
Marja dan Kirina saling berpandangan gak mengerti.
KIRINA
Emang... buat apa?
GADIS KECIL
Konten kak. Kan tadi aku sudah bilang. Brother Kama kan youtuber. Jadi harus bikin film terus...
KIRINA
Youtuber? Bukannya... dukun? Eh.. orang pintar?
GADIS KECIL
Kakak payah, jaman sekarang mana ada yang percaya sama dukun.
Kan sudah ada dukun online di internet. Maka itu Brother Kama ganti profesi.
MARJA
(Menghela napas panjang) Ah, sampai sudah di puncak ketidakyakinanku!
KIRINA
Sttt... sabar ah.
Jadi sekarang di mana Brother Kama?
GADIS KECIL
(Menunjuk ke belakang rumah) Di belakang kak. Kalau mau ketemu, langsung ke sana aja lewat samping.
Kirana dan Marja segera berjalan melalui jalan samping.
Tak lama di belakang rumah terlihat Ki Kama sedang merekam diri melalui ponselnya. Dandanannya bergaya hiphop, topi yang dipakai terbalik, dan kalung rantai anjing dengan liontin bertulis: Original.
KIRANA
Ki Kama? (dengan nada tak yakin)
KI KAMA
(Menoleh) Ya?
Kirana dan Marja mendekat.
KI KAMA
Siapa ya?
KIRANA
Ki Kama saya yang dulu, 15 tahun yang lalu, pernah datang pada ki. Waktu itu ki masih jadi duk.. eh orang pintar.
KI KAMA
(Nampak salah tingkah) Ya, dulu saya profesi saya memang itu. Tapi begitulah... hidup terus berubah... Siang menjadi malam... Tunas menjadi bunga... hawa dingin di malam hari menjadi embun... Ya, semua berubah seperti itu...
MARJA
Kalau bisa berubah-ubah begitu, berarti ki... dukun palsu dong?
KI KAMA
(Mendelik) Eit, jangan asal bicara!
Kemampuan supranatural itu seperti bakat, tak akan pernah hilang. Kondisilah yang membuat saya harus meninggalkannya.
KIRINA
Gini ki, 15 tahun yang lalu saya diajak kawan saya, Suzanna, yang katanya punya saudara yang bisa membantu saya. Waktu itu saya baru ditinggal oleh laki-laki tak bertanggung jawab, yang mau enaknya sendiri, dan gak pernah mikir bagaimana perasaan kekasihnya...
MARJA
(Kaget) Yang gak perlu kamu sebutin begitu...
KIRINA
Sttt... Dan Ki Kama waktu itu membantu saya. Saya disuruh menempel foto kekasih saya itu dan menulis keinginan saya terhadapnya.
KI KAMA
(Mengangguk-angguk) Ya, itu memang metode saya (Lalu melirik ke arah Marja) Jadi ini laki-laki tak bertanggung jawab, mau enaknya sendiri, dan gak pernah mikir bagaimana perasaan kekasihnya?
KIRINA
(Ikut melirik dan mengangguk saja)
MARJA
(setengah berbisik) Ingat, aku ke sini, bersamamu. Aku timmu.
KI KAMA
Jadi sekarang, apa yang kamu inginkan?
KIRANA
Saya mau... hmmm, katakalah.. membatalkan apa yang saya inginkan saat itu...
KI KAMA
Itu mudah saja, kamu tinggal mencopot foto dan tulisanmu pada patung itu.
KIRINA
(Melirik Marja) Syukurlah sesuai yang pernah saya dengar (suaranya terdengar sangat lega).
KI KAMA
Tapi sayangnya... sudah 5 tahun lalu, patung-patung yang saya simpan, saya jual semua. Maklum buat modal beli ponsel yang canggih ini.
KIRINA
(Matanya membulat) Apaaa?
KI KAMA
Maafkan saya. Tapi keadaan saat itu memang begitu sulit. Dompet yang terisi menjadi kosong, beras yang penuh di bejana menjadi habis, perut yang tak terisi menjadi keroncongan. Begitulah hidup tak ada sesuatu pun yang benar-benar telah baik-baik saja...
KIRINA
Lalu... bagaimana saya? (nampak panik)
KI KAMA
Tenang, tenang! Gak usah panik begitu. Hidup memang begitu. Kadang keinginan kita tak selalu terkabul.
KIRINA
Saya gak peduli itu, Ki. Saya mau bagaimana penyelesaian ini!
KI KAMA
Tenaaaaang... Saya masih ingat kog yang membeli boneka-boneka kayu itu. Ia ada di desa sebelah. Ia kolektor boneka. Orangnya kaya sekali. Kalian bisa langsung ke sana, dan meminta bonekanya. Dan masalah kalian tentu akan segera selesai.
Yaaa, begitulah hidup, kadang suatu masalah selesai bukan untuk membuat kita tersenyum, tapi untuk bersiap menerima masalah berikutnya...
Kirina dan Marja nampak tak sabar.
KI KAMA
Kalau begitu, yuuuk, saya pamit dulu yaa...
(Tanpa bicara lagi, ia pun pergi meninggalkan Kirina dan marja)
CUT TO
SCENE 19
EXT. SEBUAH WARUNG KELAPA MUDA – SIANG
Cast: Marja, Kirina
Marja dan Kirana duduk berhadapan sambil minum es kelapa muda.
MARJA
Gak menyangka akhirnya begini.
KIRINA
Lima belas tahu, memang bukan waktu yang singkat. Wajar kalau banyak yang berubah.
MARJA
So, apa sekarang bagaimana? Kita pulang?
KIRANA
(Menggeleng sambil menggerakkan telunjukn ke kiri dan ke kanan) Nooo! Sudah sampai di sini, nanggung sekali kalau kita pulang! Kita harus mencari kolektor boneka itu!
MARJA
Aku ndak yakin. Setelah melihat dukun itu, aku tak percaya ucapannya...
Marja mengeluarkan ponselnya.
MARJA
Kamu lihat saja ini! Di channelnya, film-film yang dibuatnya benar-benar gak bermutu: membedakan pisang matang dan pisang belum matang, cara makan pizza ala orang desa, hadeeh...
KIRINA
(Yang melihat ponsel Marja, mengerutkan kening) Kamu protes film-filmnya, tapi kenapa kamu subscribe?
MARJA
Ah, kamu ndak tau aja. Dari dulu itu, entah kenapa, aku selalu sedih melihat pejuang-pejuang youtube yang masih sedikit subscribernya, jadi kebaikan hatiku selalu reflek buat nge-subcribe mereka.
KIRINA
(Mencibir) Bilang aja kamu suka nonton video yang ini? Membedakan kelapa muda dan janda muda? Iiih...
MARJA
(Kaget) Buset, dia bikin video begitu juga? Tobaaat...
Kirina menghabiskan kelapa mudanya.
KIRANA
Ayo kita lanjutkan, kalau kita gak menyelesaikannya sekarang, ini akan menghantui kita seumur hidup kita.
Marja hanya menghela napas panjang.
CUT TO