Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Script Film - Gamophobia
Suka
Favorit
Bagikan
4. Yang Terjadi 15 Tahun Lalu

SCENE 05

INT. CAFE SEDERHANA  –  SIANG

Cast: Marja, Arin.

Di sebuah jalan yang ramai, terletak Cafe Sederhana, yang ditemboknya tertulis: Cafe Bercita Rasa Rumah Makan Padang. Di dalamnya nampak interior yang cozy, modern dan minimalis. Di beberapa sudutnya nampak poster tertempel. Poster pertama bertulis: Gak Jamannya Lagi, ke Cafe Tetap Lapar. Poster kedua bertulis: Ke Cafe Cuma Ngopi? Kasian Deh Lu! Poster ketiga bertulis: Satu-satunya Cafe yang Bikin Kenyang.

Di salah satu meja, nampak Marja duduk sendirian sambil menelepon dengan ponselnya.

 

MARJA

Siap, Pak Candra. Semua sudah beres. Client sudah OK, tinggal kita eksekusi saja. Nanti saya selesaikan hari ini semuanya.

Ini saya makan siang dulu, sebelum kembali ke kantor.

 

Marja segera menutup teleponnya. Ketika akan meninggalkan tempat duduknya, seorang perempuan mendekatinya dengan ragu.

 

ARIN

Kamu Marja? Anak Arsitek dua ribu?

 

MARJA

(Menatap perempuan itu mencoba mengenalinya) Maaf, siapa ya? Aku kog gak ingat?

 

ARIN

Oh, gak papa kalau gak diingat. Hatiku seluas samudra kog untuk memaafkan. Bahkan waktu tukang somai ngasih pare, padahal semua orang tahu kalau aku alergi pare, aku memaafkannya. Waktu Le Min Hoo ciuman berkali-kali dengan Kim Go Eun saja, aku juga memaafkannya, berkali-kali. Jadi jangan sungkan kalau kamu cuma melupakan siapa aku.

(Tersenyum lebar yang dibuat-buat) Namaku Arin.

 

MARJA

(Tersenyum tapi tetap bingung) Maaf, Arin ya... Arin siapa ya? Arin yang kukenal sepertinya Cuma satu.. Arin.. to Harahap, yang penyanyi itu...

 

ARIN

(Nyengir pahit) Ih, sudah tua plesetan. Tapi masak setelah kusebut namaku kamu masih gak ingat juga?

 

MARJA

(Menggaruk kepalanya) Maaf... aku memang susah mengenal orang.

Saat nonton bola aja, aku sering kebalik-balik sama Ronaldo, mana Messi. Untungnya kalau mereka pakai jersey, jadi ada nama yang tertulis di punggungnya. Coba kalau mereka perenang, mana bisa kuhapalin...

 

ARIN

(Cemberut) Bener gak ingat? (Ia nampak mengambil beberapa pose dari samping, kiri, samping kanan dan dari belakang)

 

MARJA

(Menelan ludah, nampak bersalah) Maaf, iya bener.

 

ARIN

(Menghembuskan napas panjang) Padahal dulu aku sering ada di dekatmu, karena kita satu kampus di teknik.

 

CUT TO.

 

SCENE 06

INT. KANTIN KAMPUS  –  SIANG  –  (FLASHBACK)

Cast: Marja, Arin.

Di kantin yang ramai, nampak Marja sedang bercanda dengan kawan-kawannya, lalu di meja paling ujung, sangat ujung, tertutup galon, nampak Arin duduk sendirian.

 

CUT TO.

 

 

SC.07  INT. LAPANGAN BASKET KAMPUS  –  SIANG  –  (FLASHBACK)

Cast: Marja, Arin.

Di lapangan basket, saat Marja main basket bersama kawan-kawannya. Beberapa kawan menonton dari tempat duduk penonton, dan di tempat duduk penonton paling pojok, sangat pojok, di belakang maskot yang tertidur, terlihat Arin duduk sendirian.

 

CUT TO.

 

SC.08  INT. PERPUSTAKAAN KAMPUS  –  SIANG  –  (FLASHBACK)

Cast: Marja, Arin.

Di perpustakaa, saat Marja sedang duduk di salah satu kursi perpus dan sibuk dengan beberapa buku yang dipinjamnya, di meja paling ujung, sangat ujung, di belakang papan tulis, terlihat Arin sedang ketiduran

 

CUT TO.

CUT BACK TO.

 

MARJA

Maaf, kalau kamu kawan satu kampus, itu artinya sudah hampir 15 tahun yang lalu. Jadi wajar kalau aku tak ingat. Kampus kita kan sudah kukut. Gak ada lagi yang mau kulihah di teknik yang ribet, semua orang penegen jadi youtuber.

 

ARIN

(Masih cemberut) Tapi kamu seharusnya ingat. Aku ini teman satu kost... Kirina, pacar pertamamu.

 

Kali ini mata Marja terbelalak tak percaya.

 

MARJA

Kawan kost Kirina? Oh, my God, sekarang aku ingat. Kamu yang kost di kamar paling depan, dan selalu cemberut saat aku datang.

Apalagi saat aku nanya, “Kirinanya ada Mbak?” Kamu selalu jawab, “Mana kutahu, saya kan bukan satpam!”

 

ARIN

(Tersenyum malu) Ya ampun, kog yang diingat yang begitu. Kalau aku jutek, itu artinya aku lagi dapet. Kayak gak tahu aja!

 

Marja hanya ternyum pahit.

 

ARIN

Oya, dari memperhatikanmu sekilas saja, aku bisa menebak, sepertinya kamu belum menikah ya? Gak ada cincin kawin di jarimu? Dan wajahmu seperti nampak... masih perlu pelampiasan!

 

Marja nampak kaget

 

ARIN

Bercandaaaaa... (Tertawa lepas)

 

MARJA

Kalau cuma nebak yang pertama, siapa pun bisa! Tapi yang kedua... wajahku penuh pelampiasan.. hikz...

 

ARIN

Tadi kan sudah bilang bercanda. Hmmm, tapi kalau benar begitu...

itu artinya... hal itu benar-benar berhasil...

 

MARJA

(Mengerutkan kening) Apa yang kamu bicarakan?

 

ARIN

(Tersenyum) Cerita masa lalu saja. Saat lulus itu, kami semua tahu kog kalau Kirina nekad purpose dirimu.

 

MARJA

Benarkah?

 

ARIN

Dan kamu menolaknya!

 

MARJA

Tentu saja, waktu itu kita semua masih terlalu muda. Baru akan lulus kuliah.

 

ARIN

Ya benar sih. Tapi ada cerita di saat itu yang mungkin kamu gak tahu. Kamu ingat salah satu anak kost di tempat kami yang bernama Suzanna?

 

MARJA

Suzanna?

 

ARIN

Suzanna anak Ekonomi, bukan Suzanna yang pesan sate seratus tusuk...

 

MARJA

(Nyengir pahit) ya, mungkin aku ingat...

 

ARIN

Ada satu rahasia yang gak kamu ketahui tentang dia...

 

MARJA

(Mengangkat bahu) Siapa yang peduli? Aku kan gak ada hubungan apa-apa dengan dia?

 

ARIN

(Tersenyum penuh kemenangan) Tentu saja ada. Desa di mana Suzanna berasal, ada dukun sakti. Dan asal kamu tahu, Suzanna pernah membawa Kirina ke sana. Waktu itu, kami seluruh anak kost ikut menemaninya. Jadi ini bukan cerita bohong.

 

Marja nampak tak tenang.

 

ARIN

Apa kamu tak tahu, kalau penolakanmu dulu itu, membuat Kirina benar-benar terluka? Maka itulah saat Suzanna mengusulkannya untuk datang ke desanya, ia setuju saja.

 

MARJA

(Menelan ludah) Kirina melakukan itu? (dengan tatapan tak yakin)

 

ARIN

Ya, kami semua melihatnya saat itu. Di depan dukun itu, di sebuah boneka yang sudah dipasang foto wajahmu, ia menulis sesuatu...

 

MARJA

Menulis sesuatu...

 

ARIN

(Mengangguk penuh keyakinan) Kira-kira begini isinya... ia meminta agar kelak, kau tak pernah berhasil dalam semua percintaanmu. Saat kau atau kekasihmu mulai beranjak ke hubungan yang lebih serius, kalian pasti akan putus!

 

Marja menatap Arin tak percaya, mulutnya mengangga lebar. Sampai beberapa ekor lalat berupaya masuk ke dalamnya, dan Arin harus mengipas-ngipaskan dompetnya untuk mengusirnya..

 

ARIN

Itulah kenapa tadi aku bilang, hal itu benar-benar berhasil ya... Bagaimana pun kejadian 15 tahun lalu, itu masih menggantung di kepalaku. Karena aku tak tahu kelanjutannya. Dan hari ini aku senang, kalau ternyata itu... berhasil. Ups.

 

MARJA

(Melotot) Kamu ini!

 

ARIN

Maaf, maaf, nampaknya aku sudah banyak bicara ya? (Tetap tersenyum, dengan puas) Kalau begitu aku pergi dulu saja ya.

Senang bertemu denganmu. Walau kamu... tentu gak terlalu senang bertemu denganku. Daaah...

 

Arin cepat-cepat pergi dari hadapan Marja. Meninggalkan Marja dalam kebengongan yang panjang.

 

MARJA (VO)

Apa kejadian yang diceritakan cewek menyebalkan itu benar?

Kirina tega melakukan hal seperti itu padaku 15 tahun lalu?

 

Marja menjambak rambutnya.

 

MARJA (VO)

Jadi itulah mengapa aku selalu gagal di setiap fase hubunganku yang akan menjadi serius? Aaaah...

 

FADE OUT

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar