Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Persona (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
18. Sekuens 7 (Permintaan Maaf)

INT. TERAS RUMAH - NIGHT

Lesmana melamun sendirian melihat taman. Bahkan beberapa kali pandangannya melihat ke arah tanaman yang ditanami oleh mendiang istrinya dan juga Randi. Tanaman itu sudah mulai berbunga. 

Datanglah Tama dari dalam rumah, ia langsung duduk di sebelah ayahnya, ia terlihat khawatir dengan ayahnya yang sedang banyak pikiran.

TAMA

Kok melamun yah?

Lesmana memandang Tama, ia membuang jauh-jauh rasa yang ada di pikirannya.

LESMANA

Melamun bagaimana?

TAMA

Ya melamun, enggak biasanya ayah seperti ini.

LESMANA

(tertawa)

Maksud kamu bagaimana? Ada-ada saja kamu.

Tama tidak membalas Lesmana, ia mencoba mengalihkan ke pembicaraan yang lain.

TAMA

Beberapa hari Tama di rumah kok tidak pernah lihat Randi olahraga ya yah?

Lesmana terdiam dan kembali melihat ke arah taman.

TAMA

Padahal seleksi tinggal lima bulan lagi.

Lesmana masih termenung, mengingat kejadian siang hari tadi bertemu Fitri.

TAMA

Yah... Ayah!

LESMANA

Eh iya, iya. Bagaimana?

TAMA

Itu yah, masalah Randi.

Lesmana berdiri dari kursinya, lalu membalas ucapan Tama.

LESMANA

Sebaiknya, kita tidak usah membebaninya.

TAMA

Maksud ayah?

LESMANA

Dia sudah besar, dia tahu yang terbaik bagi dirinya.

TAMA

Yang terbaik? Memangnya apa yang terbaik dari dirinya? Olahraga saja payah.

Lesmana membalikkan badan kepada Tama.

LESMANA

Oleh karena itu, kita jangan memaksakannya untuk kesana.

Lesmana kembali duduk di kursi samping Tama.

TAMA

Ayah kok jadi gentar begitu sih?

LESMANA

Gentar bagaimana?

Tama menghirup napas panjang.

TAMA

Dulu Tama menganggap ayah adalah panutan untuk hidup. Ayah mengajarkan segala hal kepada Tama, bahkan ayah mengajarkan untuk tidak menjadi pribadi yang gampang menyerah.

LESMANA

Lalu?

TAMA

Lalu?? Lalu mengapa ayah jadi begini? Ayah tidak biasanya bersikap begini, ayah gentar..

Lesmana mendaratkan tamparan ke pipi kanan Tama.

LESMANA

Dengar ya Tama... Ayah sudah kehilangan ibu karena keegoisan ayah. Ayah tidak mau Randi menjadi sasaran keegoisan ayah untuk selanjutnya.

(beat)

Ia berhak memilih jalan hidupnya.

Lesmana berdiri.

LESMANA

Mulai hari ini berhenti menganggap ayah panutan hidupmu. Ayah tidak pantas untuk itu! 

Lesmana pun berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara Tama menahan sakit pada pipinya. Matanya memerah.

INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS

Lesmana masuk ke dalam kamar. Randi terlihat kaget, disisi lain ia merasa bersyukur lantaran ia sedang tidak menggambar, melainkan sedang mengerjakan tugas sekolahnya.

Lesmana duduk di kasur Randi, sementara Randi memutar kursinya kehadapan Lesmana.

Randi merasakan dilema, ia takut yang merapihkan gambar itu adalah Lesmana dan Lesmana siap memberikan hukuman lagi.

RANDI

Ada apa ya Yah kalau boleh tahu?

LESMANA

(berat)

Ayah sudah tahu semua...

Randi langsung tersungkur dan meminta maaf kepada ayahnya.

RANDI

Yah, ayah harus tahu. Randi sudah berhenti yah. Sudah berhenti. Randi tidak mau menggambar lagi.

(beat)

Randi janji akan selalu ikuti apa kata ayah.

Lesmana menegakkan kepala Randi yang bersimbah dihadapannya.

LESMANA

Nak.. 

Lesmana memeluk Randi.

LESMANA

(menangis)

Maafkan ayah nak.. Maafkan. Ayah selama ini berbuat egois kepadamu. Ayah tidak pernah mendengarkanmu bahkan dekat denganmu..

INT. TERAS RUMAH - LATER

Tama termenung sendirian sambil memegang pipinya yang memerah.

TAMA

Bila dipikir-pikir ucapan ayah benar juga.

(beat)

Aku hanya mencoba memberikan contoh kepada Randi... Tapi mengapa semuanya terasa berlebihan ya? 

Tama berdiri dan berjalan ke dalam rumah.

INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS

Randi merasakan bajunya basah. Lesmana benar-benar menangis.

LESMANA

Selama ini ayah hanya berharap agar anak-anak ayah menjadi anak yang teladan dan berhasil.

(beat)

Tapi ayah mengakui, cara itu salah..

Mata Randi memerah, ia tidak pernah menyangka ayahnya menangis seperti ini. Ia mencoba menenangkannya.

RANDI

Ya sudah yah, ayah tidak perlu begini.

Lesmana menghadapkan wajahnya ke hadapan Randi.

LESMANA

Ayah adalah orang tua yang buruk. Ayah selalu bertindak kasar kepadamu, kakakmu. Bahkan ketika ibumu masih ada, ayah sering menghiraukannya.

INT. DEPAN PINTU KAMAR RANDI

Tama mendengar apa yang terjadi di dalam kamar Randi. Tama mendengar segalanya, bahkan pengakuan ayahnya.

Matanya mulai memerah. Ia teringat kejadian waktu memukul adiknya.

INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS

Randi pun ikut bersedih melihat ayahnya.

RANDI

Yah, setiap orang tua pasti memiliki caranya tersendiri untuk melindungi anaknya.

(beat)

Randi tahu ayah sebenarnya sayang sama Randi, tapi memang ayah tidak tahu bagaimana caranya. Randi paham kok yah.

Lesmana tersenyum, lalu memegang tangan anaknya erat-erat.

LESMANA

Mulai detik ini, ayah ingin menjadi orang tua yang benar. Orang tua yang tidak ingin anaknya merasa takut kepadanya.

Randi menyeka air mata Lesmana.

LESMANA

Maafkan perlakuan ayah yang buruk ya nak? Perlakuan ayah yang selalu memaksamu bertindak hal-hal yang tidak kamu sukai.

(beat)

Itu semua jujur ayah lakukan karena ayah takut kamu tidak menjadi orang yang berhasil nak.

Lesmana dan Randi kembali saling berpelukkan.

LESMANA

Ayah melakukan ini semua demi ibu yang ada disana nak. Ayah tidak mau melihat ibu kecewa.

RANDI

Yah, Randi yakin, bagaimanapun sikap ayah, ibu akan selalu mencintai ayah. Persis dengan ibu yang mencintai keluarga ini.

Tama membuka pintu kamar Randi. Matanya memerah. Lesmana dan Randi memandang ke arah Tama.

Tama langsung berlari memeluk Lesmana dan Randi.

TAMA

Ma.. Maafkan kakak juga Ran. Kakak tahu kakak pernah memaksakanmu hal yang tidak perlu.

RANDI

Kak..

TAMA

Alasan kakak sama seperti ayah, adik adalah cerminan kakaknya. Dan kakak enggak mau melihat kamu gagal Ran.

Lesmana, Tama dan Randi saling berpelukkan. Tangisan diantara mereka pecah pada malam itu.

INT. KAMAR RANDI - LATER

Malam itu pun tidak dapat dilupakan Randi. Untuk pertama kalinya ia merasakan kehangatan dan kebahagiaan dalam dirinya.

LESMANA

Coba.. Tunjukkan hasil karyamu!

Randi terlihat ragu ketika Lesmana menyuruh itu. Akan tetapi Lesmana yang terus memaksa membuat Randi mengeluarkan berbagai penghargaan hingga gambar-gambaran yang sejak dulu ia sembunyikan.

TAMA

Ja.. Jadi semua ini benar?

Lesmana dan Randi terdiam tidak memahami.

TAMA

Dulu ibu bercerita kalau kamu jago menggambar. Memang benar rupanya..

Randi tersenyum, begitu pula Lesmana.

TAMA

Baju ini persis punya mama ya?

RANDI

(tersenyum)

Memang punya mama kak!

Lesmana dan Tama melihat karya gambar-gambar dari Randi. Sementara Randi menjelaskannya dengan begitu sabar. 

Randi senang akhirnya ia merasakan kekeluargaan yang seutuhnya.

CUT TO BLACK.

INT. RUANG MAKAN - DAY

Sambil sarapan untuk persiapan berangkat, Lesmana memberikan sebuah pamflet kepada Randi. 

Pamflet itu adalah pamflet penyelenggaraan Jakarta Fashion Week.

RANDI

Ayah dapat dari mana ini?

LESMANA

Ayah dapat dari Fitri.

Randi tersentak mendengar ucapan itu dari ayahnya.

TAMA

Fitri siapa yah?

LESMANA

Coba jelaskan Ran.

RANDI

Hmm.. Jadi Kak Fitri itu....

TAMA

Siapa?

(sambil melihat-lihat pamflet)

RANDI

Kak Fitri.. Seorang designer.

Tama menaruh lembaran pamfletnya, ia mendadak kaget.

TAMA

Jadi maksud kamu... Fitri.. Fitri yang itu..

LESMANA

Iya nak, Fitri yang itu.

Tama tersenyum bangga, namun Randi terlihat bingung untuk menanggapinya.

LESMANA

Fitri bilang kamu bisa ikut kelasnya lagi mulai hari ini. Sebagai persiapan acara itu..

RANDI

A.. Ayah yakin? Lalu bagaimana dengan lat.. Latihan?

LESMANA

Sudahlah, kan semalam ayah sudah bilang. Lakukan apa yang kamu suka.

Randi melihat ayah dan kakaknya.

TAMA

(berbicara sendiri)

Jadi penghargaan itu semua dari hasil latihan dengan kak Fitri??

Randi masih terdiam.

LESMANA

Pokoknya ayah tunggu di kelasnya Fitri selepas kamu pulang sekolah ya?

Randi tersenyum. Ia tidak pernah menyangka akan ucapan yang terlontar dari mulut ayahnya itu.

INT. KELAS MENGGAMBAR - AFTERNOON

Randi tidak menyangka. Ia kembali melanjutkan apa yang ia sukai. Yaitu menggambar, terlebih kali ini ayahnya ikut mendorongnya untuk mewujudkan mimpinya ini.

Lesmana duduk di kursi dan melihat Randi yang dengan lihat menggambar berbagai sketsa sambil didampingi oleh Fitri. Lesmana tersenyum. Ia tidak pernah melihat Randi sebahagia ini.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar