Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. TERAS RUMAH - NIGHT
Lesmana melamun sendirian melihat taman. Bahkan beberapa kali pandangannya melihat ke arah tanaman yang ditanami oleh mendiang istrinya dan juga Randi. Tanaman itu sudah mulai berbunga.
Datanglah Tama dari dalam rumah, ia langsung duduk di sebelah ayahnya, ia terlihat khawatir dengan ayahnya yang sedang banyak pikiran.
TAMA
Kok melamun yah?
Lesmana memandang Tama, ia membuang jauh-jauh rasa yang ada di pikirannya.
LESMANA
Melamun bagaimana?
TAMA
Ya melamun, enggak biasanya ayah seperti ini.
LESMANA
(tertawa)
Maksud kamu bagaimana? Ada-ada saja kamu.
Tama tidak membalas Lesmana, ia mencoba mengalihkan ke pembicaraan yang lain.
TAMA
Beberapa hari Tama di rumah kok tidak pernah lihat Randi olahraga ya yah?
Lesmana terdiam dan kembali melihat ke arah taman.
TAMA
Padahal seleksi tinggal lima bulan lagi.
Lesmana masih termenung, mengingat kejadian siang hari tadi bertemu Fitri.
TAMA
Yah... Ayah!
LESMANA
Eh iya, iya. Bagaimana?
TAMA
Itu yah, masalah Randi.
Lesmana berdiri dari kursinya, lalu membalas ucapan Tama.
LESMANA
Sebaiknya, kita tidak usah membebaninya.
TAMA
Maksud ayah?
LESMANA
Dia sudah besar, dia tahu yang terbaik bagi dirinya.
TAMA
Yang terbaik? Memangnya apa yang terbaik dari dirinya? Olahraga saja payah.
Lesmana membalikkan badan kepada Tama.
LESMANA
Oleh karena itu, kita jangan memaksakannya untuk kesana.
Lesmana kembali duduk di kursi samping Tama.
TAMA
Ayah kok jadi gentar begitu sih?
LESMANA
Gentar bagaimana?
Tama menghirup napas panjang.
TAMA
Dulu Tama menganggap ayah adalah panutan untuk hidup. Ayah mengajarkan segala hal kepada Tama, bahkan ayah mengajarkan untuk tidak menjadi pribadi yang gampang menyerah.
LESMANA
Lalu?
TAMA
Lalu?? Lalu mengapa ayah jadi begini? Ayah tidak biasanya bersikap begini, ayah gentar..
Lesmana mendaratkan tamparan ke pipi kanan Tama.
LESMANA
Dengar ya Tama... Ayah sudah kehilangan ibu karena keegoisan ayah. Ayah tidak mau Randi menjadi sasaran keegoisan ayah untuk selanjutnya.
(beat)
Ia berhak memilih jalan hidupnya.
Lesmana berdiri.
LESMANA
Mulai hari ini berhenti menganggap ayah panutan hidupmu. Ayah tidak pantas untuk itu!
Lesmana pun berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara Tama menahan sakit pada pipinya. Matanya memerah.
INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS
Lesmana masuk ke dalam kamar. Randi terlihat kaget, disisi lain ia merasa bersyukur lantaran ia sedang tidak menggambar, melainkan sedang mengerjakan tugas sekolahnya.
Lesmana duduk di kasur Randi, sementara Randi memutar kursinya kehadapan Lesmana.
Randi merasakan dilema, ia takut yang merapihkan gambar itu adalah Lesmana dan Lesmana siap memberikan hukuman lagi.
RANDI
Ada apa ya Yah kalau boleh tahu?
LESMANA
(berat)
Ayah sudah tahu semua...
Randi langsung tersungkur dan meminta maaf kepada ayahnya.
RANDI
Yah, ayah harus tahu. Randi sudah berhenti yah. Sudah berhenti. Randi tidak mau menggambar lagi.
(beat)
Randi janji akan selalu ikuti apa kata ayah.
Lesmana menegakkan kepala Randi yang bersimbah dihadapannya.
LESMANA
Nak..
Lesmana memeluk Randi.
LESMANA
(menangis)
Maafkan ayah nak.. Maafkan. Ayah selama ini berbuat egois kepadamu. Ayah tidak pernah mendengarkanmu bahkan dekat denganmu..
INT. TERAS RUMAH - LATER
Tama termenung sendirian sambil memegang pipinya yang memerah.
TAMA
Bila dipikir-pikir ucapan ayah benar juga.
(beat)
Aku hanya mencoba memberikan contoh kepada Randi... Tapi mengapa semuanya terasa berlebihan ya?
Tama berdiri dan berjalan ke dalam rumah.
INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS
Randi merasakan bajunya basah. Lesmana benar-benar menangis.
LESMANA
Selama ini ayah hanya berharap agar anak-anak ayah menjadi anak yang teladan dan berhasil.
(beat)
Tapi ayah mengakui, cara itu salah..
Mata Randi memerah, ia tidak pernah menyangka ayahnya menangis seperti ini. Ia mencoba menenangkannya.
RANDI
Ya sudah yah, ayah tidak perlu begini.
Lesmana menghadapkan wajahnya ke hadapan Randi.
LESMANA
Ayah adalah orang tua yang buruk. Ayah selalu bertindak kasar kepadamu, kakakmu. Bahkan ketika ibumu masih ada, ayah sering menghiraukannya.
INT. DEPAN PINTU KAMAR RANDI
Tama mendengar apa yang terjadi di dalam kamar Randi. Tama mendengar segalanya, bahkan pengakuan ayahnya.
Matanya mulai memerah. Ia teringat kejadian waktu memukul adiknya.
INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS
Randi pun ikut bersedih melihat ayahnya.
RANDI
Yah, setiap orang tua pasti memiliki caranya tersendiri untuk melindungi anaknya.
(beat)
Randi tahu ayah sebenarnya sayang sama Randi, tapi memang ayah tidak tahu bagaimana caranya. Randi paham kok yah.
Lesmana tersenyum, lalu memegang tangan anaknya erat-erat.
LESMANA
Mulai detik ini, ayah ingin menjadi orang tua yang benar. Orang tua yang tidak ingin anaknya merasa takut kepadanya.
Randi menyeka air mata Lesmana.
LESMANA
Maafkan perlakuan ayah yang buruk ya nak? Perlakuan ayah yang selalu memaksamu bertindak hal-hal yang tidak kamu sukai.
(beat)
Itu semua jujur ayah lakukan karena ayah takut kamu tidak menjadi orang yang berhasil nak.
Lesmana dan Randi kembali saling berpelukkan.
LESMANA
Ayah melakukan ini semua demi ibu yang ada disana nak. Ayah tidak mau melihat ibu kecewa.
RANDI
Yah, Randi yakin, bagaimanapun sikap ayah, ibu akan selalu mencintai ayah. Persis dengan ibu yang mencintai keluarga ini.
Tama membuka pintu kamar Randi. Matanya memerah. Lesmana dan Randi memandang ke arah Tama.
Tama langsung berlari memeluk Lesmana dan Randi.
TAMA
Ma.. Maafkan kakak juga Ran. Kakak tahu kakak pernah memaksakanmu hal yang tidak perlu.
RANDI
Kak..
TAMA
Alasan kakak sama seperti ayah, adik adalah cerminan kakaknya. Dan kakak enggak mau melihat kamu gagal Ran.
Lesmana, Tama dan Randi saling berpelukkan. Tangisan diantara mereka pecah pada malam itu.
INT. KAMAR RANDI - LATER
Malam itu pun tidak dapat dilupakan Randi. Untuk pertama kalinya ia merasakan kehangatan dan kebahagiaan dalam dirinya.
LESMANA
Coba.. Tunjukkan hasil karyamu!
Randi terlihat ragu ketika Lesmana menyuruh itu. Akan tetapi Lesmana yang terus memaksa membuat Randi mengeluarkan berbagai penghargaan hingga gambar-gambaran yang sejak dulu ia sembunyikan.
TAMA
Ja.. Jadi semua ini benar?
Lesmana dan Randi terdiam tidak memahami.
TAMA
Dulu ibu bercerita kalau kamu jago menggambar. Memang benar rupanya..
Randi tersenyum, begitu pula Lesmana.
TAMA
Baju ini persis punya mama ya?
RANDI
(tersenyum)
Memang punya mama kak!
Lesmana dan Tama melihat karya gambar-gambar dari Randi. Sementara Randi menjelaskannya dengan begitu sabar.
Randi senang akhirnya ia merasakan kekeluargaan yang seutuhnya.
CUT TO BLACK.
INT. RUANG MAKAN - DAY
Sambil sarapan untuk persiapan berangkat, Lesmana memberikan sebuah pamflet kepada Randi.
Pamflet itu adalah pamflet penyelenggaraan Jakarta Fashion Week.
RANDI
Ayah dapat dari mana ini?
LESMANA
Ayah dapat dari Fitri.
Randi tersentak mendengar ucapan itu dari ayahnya.
TAMA
Fitri siapa yah?
LESMANA
Coba jelaskan Ran.
RANDI
Hmm.. Jadi Kak Fitri itu....
TAMA
Siapa?
(sambil melihat-lihat pamflet)
RANDI
Kak Fitri.. Seorang designer.
Tama menaruh lembaran pamfletnya, ia mendadak kaget.
TAMA
Jadi maksud kamu... Fitri.. Fitri yang itu..
LESMANA
Iya nak, Fitri yang itu.
Tama tersenyum bangga, namun Randi terlihat bingung untuk menanggapinya.
LESMANA
Fitri bilang kamu bisa ikut kelasnya lagi mulai hari ini. Sebagai persiapan acara itu..
RANDI
A.. Ayah yakin? Lalu bagaimana dengan lat.. Latihan?
LESMANA
Sudahlah, kan semalam ayah sudah bilang. Lakukan apa yang kamu suka.
Randi melihat ayah dan kakaknya.
TAMA
(berbicara sendiri)
Jadi penghargaan itu semua dari hasil latihan dengan kak Fitri??
Randi masih terdiam.
LESMANA
Pokoknya ayah tunggu di kelasnya Fitri selepas kamu pulang sekolah ya?
Randi tersenyum. Ia tidak pernah menyangka akan ucapan yang terlontar dari mulut ayahnya itu.
INT. KELAS MENGGAMBAR - AFTERNOON
Randi tidak menyangka. Ia kembali melanjutkan apa yang ia sukai. Yaitu menggambar, terlebih kali ini ayahnya ikut mendorongnya untuk mewujudkan mimpinya ini.
Lesmana duduk di kursi dan melihat Randi yang dengan lihat menggambar berbagai sketsa sambil didampingi oleh Fitri. Lesmana tersenyum. Ia tidak pernah melihat Randi sebahagia ini.