Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. LAPANGAN SEKOLAH - DAY
Hari ini diadakan penentuan juara lomba menggambar dari acara class meeting. Masing-masing kelas mengirimkan perwakilan.
Kelas 6 mengirimkan Randi sebagai peserta. Randi menggambar ibunya memakai blus yang pernah digunakan di pusat perbelanjaan beberapa waktu itu.
GURU (O.S.)
Baik, untuk juara pertama akan dibacakan langsung oleh Kak Fitri...
Fitriani Hendrani (28) Maju ke atas panggung dan menyalami para guru dan juga kepala sekolah.
GURU (O.S.)
Kak Fitri ini adalah alumni sekolah kita, dan sekarang sudah bersekolah seni sampai Perancis..
(beat)
Mana tepuk tangannya??
Seluruh murid bertepuk tangan. Fitriani tersenyum malu.
GURU (O.S.)
Baik kak Fitri, bisa diumumkan sekarang..
FITRI
Kakak sudah melihat gambaran adik-adik. Ternyata semuanya berbakat, tapi ada satu gambar yang membuat kakak kagum..
Suasana hening seketika.
FITRI
Yaitu...
(beat)
Gambar ‘Ibu Saya’ dari Randi Lesmana Putra!
Tepuk tangan riuh membahana di lapangan sekolah. Begitu pula dengan para guru yang ada di depan.
TEMAN RANDI #1 (O.S.)
Ayo Ran, kamu dipanggil.
TEMAN RANDI #2 (O.S.)
Maju Ran..
Randi terlihat bingung seolah tidak percaya.
FITRI
Ayo, mana yang namanya Randi?? Boleh maju ke depan.
Di dorong oleh beberapa teman-temannya, Randi pun melangkah maju ke panggung. Wajahnya seketika memerah ketika mendapat ucapan selamat dan piagam yang diberikan oleh Fitri.
FADE OUT.
INT. KELAS - CONTINUOUS
Jam istirahat sudah berbunyi sedari tadi, akan tetapi Randi masih sibuk menggambar sendirian di kelas.
Sesaat kemudian Randi terkejut dengan kehadiran Fitri yang langsung duduk di kursi kosong depannya.
FITRI
Gambar apa?
Randi yang malu langsung menyembunyikan gambarannya ke kolong bangku.
FITRI
Kok disembunyikan?
RANDI
(salah tingkah)
Engg.. Enggak kak, enggak kenapa-napa.
FITRI
Kalau enggak apa-apa, kakak harusnya boleh lihat dong?
Randi mengalah. Ia mengeluarkan gambarannya.
FITRI
Wih.. Bagusnya...
RANDI
(terbata-bata)
Ma.. Masa sih kak? Ini kan belum beres.
Fitri terus melihat gambaran Randi.
FITRI
Walaupun belum beres, tapi kakak sudah lihat arahnya mau kemana.
(beat)
Kamu punya potensi Ran!
Fitri mengembalikan gambarannya kepada Randi. Randi pun kembali melanjutkan menggambar di hadapan Fitri.
FITRI
Sejak kapan kamu suka menggambar?
RANDI
Enggak tahu kak, tiba-tiba saja Randi senang dengan menggambar.
FITRI
(tersenyum)
Keluargamu ada yang jadi arsitek? Atau.... Desainer?
Randi kebingungan mendengar salah satu kata yang Fitri ucapkan.
RANDI
De.. De. Desainer itu apa ya kak?
FITRI
Desainer itu pembuat, atau perancang. Bisa pembuat baju, atau animasi atau ilustrasi.
RANDI
Hmm.. Tidak ada sih kak kalau begitu.
Fitri terdiam sejenak sambil terus melihat Randi yang menggambar.
FITRI
Pulang sekolah nanti kamu pulang sama siapa? Kakak ajak mau?
Randi menatap FItri dengan penuh kecurigaan.
RANDI
Ke.. Kemana ya kak? Saya pulang hari ini di jemput sama ibu.
FITRI
Oh begitu.. Ya sudah, nanti kakak ngobrol sama ibu kamu dulu.
Bel istirahat selesai pun berbunyi.
FITRI
Sampai jumpa pulang nanti Ran!
Fitri pun berjalan keluar dari kelas Randi. Sementara Randi melihat Fitri berjalan keluar kelas. Ia nampak heran.
CUT TO:
INT. BUTIK FITRI - AFTERNOON
Batari dan Randi tiba di butik milik Fitri. Mereka berdua melihat berbagai busana yang terpajang di dalam butik. Batari tampak sumringah, pun demikian dengan Randi. Ia merasa tempat ini sempurna, memiliki aneka ragam busana dengan corak dan warna yang indah.
Fitri yang ada di belakang mereka berdua melihatnya sembari tersenyum.
EXT. TERAS BUTIK FITRI - LATER
Fitri dan Batari duduk di sebuah kursi taman. Sambil duduk, Batari melihat Randi dari jendela luar. Batari tersenyum.
FITRI
Ini gambaran anak ibu yang menang lomba tadi.
Fitri memberikan gambar milik Randi. Batari tertegun lantaran gambaran ini adalah gambar seorang wanita dengan menggunakan blus yang pernah ia pakai di mall. Batari kembali terheran ketika mengetahui judul gambar ini.
FITRI
Saya bisa bilang kalau anak anda memiliki bakat sebagai seorang desainer.
BATARI
(mengangguk)
Begitulah dek.. Eh maaf.. Fit, saya selalu melihat Randi sibuk dengan menggambar. Akan tetapi akhir-akhir ini ia cenderung lebih menyukai gambar orang seperti ini.
(beat)
Ya seperti desainer itu...
Fitri meminum teh hijaunya seraya membalas ucapan Batari.
FITRI
Menurut saya, ibu Batari sebagai orang tua Randi, harus bisa mendukung terus anaknya. Jika bakat Randi terus diasah, maka saya yakin ia bisa menjadi salah satu desainer terkenal.
Batari tersenyum lebar menyetujui ucapan Fitri. Sambil sesekali kembali melihat anaknya di dalam butik.
FITRI
(memberikan selebaran)
Ini Ibu Batari, saya memiliki kelas di Universitas Mandalawangi jurusan fashion designer. Saya bisa melatih Randi secara gratis kalau ibu berkenan mengizinkannya untuk lebih berkembang lagi.
Tidak ada jawaban dari Batari. Pikirannya memikirkan sesuatu hal.
INT. MOBIL - CONTINUOUS
Sepanjang perjalanan pulang Batari terdiam memikirkan kesempatan yang diberikan oleh Fitri, sementara Randi bertanya beberapa hal kepadanya.
RANDI
Oh, jadi Kak Fitri itu artis ya ma?
BATARI
Bukan artis nak, dia itu desainer..
RANDI
Tadi katanya mama kak Fitri suka ada di tv?
(beat)
Berarti dia kan artis ma.
Batari terdiam tersenyum melihat tingkah polos anaknya.
BATARI
Dulu papa pernah masuk tv, tapi jadi artis nggak nak?
RANDI
(tertawa)
Oh iya ya..
Batari ikut tertawa bersama anaknya.
BATARI
Nggak semua orang yang masuk tv itu artis loh nak.
RANDI
Iya deh... Kalau boleh tahu mama ngobrol apa sih? Kelihatannya serius sekali tadi.
Ada jeda panjang diantara mereka.
RANDI
Ma?
BATARI
Hmm.. Mama tanya, kamu serius suka menggambar?
RANDI
Ya suka lah ma. Kalau enggak serius, enggak akan bisa dapat ini.
Randi menunjukkan piala kemenangannya kepada Batari.
BATARI
Bisa aja kamu.
RANDI
Serius ma, mama tadi bicara apa?
BATARI
Begini nak, tadi Fitri nawarin untuk melatih kamu belajar menggambar.
RANDI
Yang benar ma?
BATARI
Iya benar.
Randi senang bukan main mendengar kabar itu.
RANDI
Randi mau ma! Randi mau!
(beat)
Kak Fitri itu hebat loh ma, cuma karena dia suka menggambar bisa kuliah sampai Perancis! Randi mau seperti dia!
Batari mengelus rambut Randi. Baru kali ini ia terlihat seceria itu.
INT. MOBIL - LATER
Randi tertidur dipangkuan Batari. Batari melihat anaknya yang terlihat letih. Beberapa saat, Batari melihat gambaran Randi yang menang lomba dan sertifikat Randi.
Batari yakin ini adalah jalan yang terbaik bagi anaknya.
EXT. GARASI - DUSK
Batari dan Randi tiba di rumah. Randi langsung ngacir masuk ke dalam, sementara Batari terlihat menunggu Hamdan, supir untuk menyerahkan kunci.
HAMDAN
(memberikan kunci)
Ini bu kuncinya. Saya pamit dulu ke markas.
BATARI
Tunggu Dan..
Batari menyerahkan selebaran yang diberikan Fitri kepada Hamdan.
BATARI
Mulai besok, kecuali akhir pekan, kamu antarkan Randi ke sini ya?
Hamdan melihat selebaran tersebut.
BATARI
Antar dia ke kelasnya ibu Fitri tadi. Di selebaran itu sudah ada petunjuknya.
HAMDAN
Izin bu, tapi mas Randi hari Selasa, Kamis dan Sabtu ada latihan taekwondo.
BATARI
Absen dulu untuk taekwondonya. Antarkan saja dia kesana.
Hamdan terlihat ragu dengan ucapan majikannya.
BATARI
Kamu jangan bilang apa-apa dulu ke bapak.
HAMDAN
(gagap)
Ba.. Baik bu..
Batari tersenyum setuju.
INT. RUANG MAKAN - NIGHT
Lesmana, Batari dan Randi makan malam. Dihadapan Lesmana Batari terus-menerus menyanyung Randi.
BATARI
Ibu masih nggak percaya, Fitri yang selalu ibu lihat di televisi, sekarang bisa ketemu langsung. Bahkan ibu dikasih baju sama dia.
Lesmana terus memperhatikan, sementara Randi terlihat tidak nyaman.
BATARI
Kata mbak Fitri, Randi itu punya bakat alami menggambar.
(beat)
Hebat kamu nak!
Batari mengusap rambut Randi. Randi tersenyum malu.
LESMANA
Menurut ayah itu hal biasa.
(beat)
Menggambar? Usia seperti Randi memang sedang hobi-hobinya menggambar bu. Paling satu, atau dua bulan ke depan dia bakal bosan.
Randi tertunduk lesu mendengar ucapan itu.
LESMANA
Percaya apa kata ayah, itu cuma hobi. Ke depannya pelajaran kamu makin banyak dan enggak bakalan ada waktumu untuk menggambar.
BATARI
Yah, kalau pun cuma hobi, enggak mungkin dia sampai juara satu. Apalagi disanjung-sanjung sama artis segala.
LESMANA
Biasa itu bu. Artis cari muka, lagi pula ayah enggak tahu dia itu siapa.
Batari kali ini terdiam. Randi masih tidak berani untuk bersuara.
LESMANA
Contohlah kakakmu. Dulu ayah paksa dia untuk ikut bela diri, akhirnya dia bisa bela diri. Itu baru namanya anak laki-laki!
(beat)
Sekarang? Lihat dia, berhasil kan?
BATARI
Tapi yah, setiap anak berbeda-beda kemampuannya.
LESMANA
Ya makanya itu bu, dari sekarang Randi dididik taekwondo. Itu membantu loh bu, jangan salah.
Batari meminum segelas air lalu melanjutkan makan. Randi masih enggan untuk berbicara.
INT. KAMAR RANDI - NIGHT
Lesmana dan Batari mendatangi Randi untuk mengucapkan selamat tidur.
Tidak seperti biasanya, Batari tidur di samping Randi.
LESMANA
Anak laki-laki jangan dikeloni bu. Nanti manja!
BATARI
Sebentar yah, cuma mau menemaninya saja.
Lesmana menghiraukan, ia langsung keluar dari kamar.
Batari yang melihat situasi sudah aman, lantas berkata pelan kepada Randi.
BATARI
Ucapan ayahmu tadi jangan kamu masukkan ke hati ya?
Posisi Randi tidur membelakangi ibunya.
RANDI
Enggak kok bu, Randi sudah tahu sifat ayah akan begitu.
BATARI
Ayahmu itu perhatian kok. Cuma caranya saja berbeda dari ibu.
Randi masih terdiam.
BATARI
Kalau menggambar itu dirasa cocok buatmu terus lanjutkan, kalau tidak, ya sudah. Jangan kamu paksa.
RANDI
Iya bu. Randi akan tetap menggambar. Karena dengan menggambar hati Randi bisa tenang.
Batari memeluk anaknya dengan erat.
BATARI
Bisa enggak ibu minta satu permintaan ke kamu?
RANDI
Apa bu?
BATARI
Kamu kan sudah tahu sikap ayah begitu. Kamu rahasiakan ya soal latihan dengan ibu Fitri?
Randi balik badan ke arah ibunya,
RANDI
Ibu mengajarkan Randi untuk berbohong?
BATARI
Bukan.. Bukan begitu nak.
RANDI
Randi juga teringat satu hal bu. Randi harus latihan sore bu.
BATARI
Dengar nak.. Dengar dulu penjelasan ibu.
Randi kali ini balik memperhatikan.
BATARI
Ibu akan terus bujuk ayah supaya ayah setuju dengan bakat menggambarmu ini.
(beat)
Untuk sementara, kamu bantu ibu ya dengan cara seperti itu?
Randi terlihat ragu.
BATARI
Bagaimana nak? Bisa? Ini demi mimpimu juga...
Mendengar kalimat ibu itu, Randi pun mengangguk menyetujuinya.
RANDI
Baik bu. Baik..
BATARI
Janji?
Batari membuat gestur janji dari tangannya. Randi pun menerima gestur itu sambil tersenyum.
RANDI
Janji bu.
Batari memeluk anaknya dengan erat. Ia sangat mencintainya.
INT. KAMAR RANDI - LATER
Batari menutup pintu kamar Randi dengan pelan karena Randi sudah tertidur. Sebuah piala dan piagam penghargaan lomba sekolah pun berubah gelap karena tidak ada cahaya di dalam kamar Randi.
CUT TO BLACK.