Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Persona (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
14. Sekuens 5 (Perkelahian Tama dan Randi Babak 2, Batari Yang Mengalami Sakit)

EXT. HALAMAN RUMAH - AFTERNOON

Akhir pekan sudah tiba, kondisi Batari makin hari makin membaik. Kali ini Batari menghabiskan waktu sore dengan bercocok tanam ditemani Laras dan Randi.

RANDI

Tadi ibu dapat salam dari kak Fitri. Katanya semoga cepat sembuh biar bisa ke butik lagi.

Batari tertawa mendengar ucapan Randi.

LARAS

Fitri siapa mbak?

BATARI

Fitri...

Randi memotong jawaban Batari.

RANDI

Fitri yang di tv itu loh tante. Yang jadi juri fashion show itu.

LARAS

(kaget)

Fitriani Hendriani?? 

RANDI

Betul.

Mendengar jawaban Randi, Laras tidak henti-hentinya terus bertanya.

LARAS

Lah kok mbak bisa kenal sama dia?

Batari menatap anaknya, seketika Randi sadar kalau dirinya sudah keceplosan.

Batari pun mencoba mencari alasan yang dirasa tepat.

BATARI

Hmm.. Di kenalin ibu-ibu PERSIT. Waktu itu pernah buat seragam, yang jadi desainernya dia.

LARAS

Masa sih mbak? 

BATARI

Iya Ras. Udah lama itu, mbak nggak pernah cerita ke kamu.

Laras termenung. Ia lalu melanjutkan lagi menanam, sementara Batari tersenyum lebar kepada Randi. Randi memahami maksud sinyal ibunya itu.

EXT. HALAMAN RUMAH - LATER

Sebuah mobil terparkir di depan rumah. Itu salah satu mobil milik Lesmana.

Turunlah Tama yang langsung berjalan mendatangi Batari, Randi dan juga Laras.

TAMA

Ran, diajak ayah.

RANDI

Kemana?

TAMA

Enggak tahu, ayah nyuruhnya begitu.

Randi kemudian berdiri diikuti Batari . Sementara Laras sibuk menyiram.

BATARI

Emang ayah dimana nak?

TAMA

Di kantornya bu. Ini disuruh jemput Randi habis itu pergi ke kantornya.

(beat)

Ayo Ran..

RANDI

(tegas)

Enggak ah, enggak ikut.

TAMA

Lah ini ayah yang nyuruh kok.

RANDI

Iya enggak ikut aku. Mau jagain ibu saja di rumah.

Randi kemudian kembali duduk jongkok dan melanjutkan kegiatannya lagi.

TAMA

Kan sudah ada tante Laras Ran. Ayo cepat, ditunggu ayah.

Tama mencoba menarik adiknya, aksinya dihentikan oleh Batari.

BATARI

Sudah nak, adikmu enggak mau kok.

TAMA

Tapi bu, ini ayah yang nyuruh.

Kembali Tama memaksa, bahkan kali ini ia menariknya dengan kasar.

RANDI

Apa sih kak? Orang enggak mau ikut kok dipaksa.

Tama emosi melihat sikap adiknya ini, sementara Batari berusaha menenangkan anak-anaknya.

BATARI

Sudahlah Tam, enggak usah dipaksa. Nanti biar ibu yang telepon ayah.

TAMA

Enggak bisa gitu bu, lagian Randi ini enggak ngapa-ngapain kok. Sok sibuk saja dia.

Tama yang terus memaksanya membuat kesabaran Randi meluap.

RANDI

Kakak itu bisa lihat enggak sih? Randi ini lagi bantu ibu. Bisa-bisanya dibilang enggak ngapa-ngapain.

TAMA

Cuma nanam tumbuhan doang sok sibuk. 

(beat)

Kayak anak cewek saja.

Randi yang sudah kehabisan kesabaran pun mendorong kakaknya yang menjengkelkan itu. Perkelahian pun terjadi.

BATARI

Sudah-sudah nak. Sudah...

Laras mencoba memisahkan anak-anak Batari. Namun Batari yang sedari tadi berusaha menenangkan mereka justru mendadak jatuh pingsan.

CUT TO BLACK.

INT. RUMAH SAKIT - CONTINUOUS

Lesmana memperhatikan Batari yang sedang melaksanakan operasi scan MRI. Wajahnya merenung ketakutan melihat keadaan istrinya.

FADE TO:

INT. RUANG TENGAH

Disisi lain, Tama sedang menonton televisi dengan Laras. Pipi kanan Tama memerah lantaran tamparan yang diberikan dari ayahnya karena perkelahiannya dengan adiknya.

INT. KAMAR RANDI

Begitu juga dengan Randi yang tengah menggambar. Randi terus memegang pipi kanannya yang sakit lantaran tamparan dari ayahnya.

Air matanya jatuh membahasahi kertas gambarnya. 

RANDI

Ib.. Ibu bagaimana kabarnya ya??

FADE IN:

INT. RUMAH SAKIT - CONTINUOUS

Kembali ke rumah sakit. Batari masih terbaring lemah di ranjang, sementara Lesmana menemaninya. 

Di samping Lesmana dokter pun mengatakan hal yang mengejutkan,

DOKTER

Setelah dilakukan pemeriksaan MRI, di kepala ibu Batari terdapat tumor otak. Tumor ini membuat....

Lesmana tidak mendengarkan ucapan dokter itu, ia melamun sedih dan terus melihat istrinya.

INT. KAMAR RUMAH SAKIT - CONTINUOUS

Batari terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Di sampingnya ada Lesmana yang terus memegang erat tangan Batari. Ia terus melihatnya, sesekali memegang rambutnya.

Batari pun membuka obrolan dengan suara yang pelan,

BATARI

Tolong ya yah. Rahasiakan ini ke anak-anak kita...

LESMANA

Tapi mengapa?

BATARI

Ibu tidak bisa melihat mereka bersedih... Terutama Randi.

Lesmana terus memegang tangan istrinya dengan erat.

BATARI

Randi itu sama seperti diriku, dia lembut dan penyayang.

(beat)

Aku minta, perlakukanlah dia dengan lembut dan sabar. Jangan kamu sama ratakan dengan Tama.

Lesmana terdiam coba memahami.

BATARI

Ayah dulu pernah bilang, segala sesuatu yang dimulai dengan rasa takut, pasti tidak akan bisa berkembang.

(beat)

Randi itu takut denganmu... Apa kamu mau ia melihatmu seperti itu terus? Kita ini orang tuanya yah, tidak pantas untuk merasa ditakuti oleh anak kita.

(batuk)

Mata Lesmana memerah melihat kondisi istrinya saat ini.

BATARI

Kamu kan sudah dengar perkataan dokter tadi... Aku cuma titip...

LESMANA

Jangan bu, jangan bicara seperti itu. Kamu harus kuat!

(beat)

Demi anak-anak kita... Demi Tama... Demi.. Randi..

Batari tersenyum melihat Lesmana yang takut ia tinggalkan.

FADE TO:

INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Televisi ruang tengah masih menyala, namun Tama sudah tertidur pulas di sofa. Ia terlelap lantaran menunggu Lesmana dan Batari yang belum pulang.

INT. KAMAR RANDI - CONTINUOUS

Sementara itu Randi tidak bisa terlelap, matanya terus terbuka memikirkan keadaan Batari di rumah sakit.

CUT TO BLACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar