Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Persona (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
15. Sekuens 6 (Kematian Batari - Lesmana Yang Tidak Dekat Dengan Randi)

SEKUENS 6

TEXT: DUA MINGGU KEMUDIAN

INT. PEMAKAMAN - DAY

Batari akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Hari ini ia dimakamkan.

RANDI

(menangis)

Ibu.... Jangan tinggalkan Randi sendirian bu....

TAMA

Ran, sudah Ran. Ibu akan tenang disana.

Lesmana menggotong mayat Batari dan menguburkannya ke dalam tanah.

Setelah kayu dipasang, tanah mulai dimasukkan ke liang lahat.

RANDI

Ibu.... Ibu.....

Randi terus menangis melihat jasad ibunya yang dikubur, sementara Tama dan Lesmana mencoba untuk tegar dan menenangkan Randi.

Lantunan doa-doa membuat tangisan Randi jauh lebih keras. Lesmana coba untuk menerima walau sulit.

INT. RUMAH - ANOTHER DAY

Randi baru saja pulang dari sekolahnya. Beberapa hari ini Randi tidak merasa bergairah. Walaupun ia sudah mencoba merelakan kepergian ibunya, nyatanya itu sulit.

INT. RUMAH - LATER

Randi menghabiskan waktu dengan menggambar di ruang tengah. Randi sudah tidak mengikuti latihan gambar dengan Fitri maupun latihan taekwondo. Hidupnya benar-benar hancur ketika kehilangan ibunya.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Sudah beberapa hari ini makan malam terasa sepi. Lesmana sebisa mungkin datang sore hari untuk menemani Randi makan malam.  

Tapi seperti makan malam pada hari-hari sebelumya, percakapan di antara mereka sangatlah sedikit. Bahkan Randi lebih banyak termenung terdiam.

LESMANA

Ayo nak, tambah lagi satenya..

Randi menghiraukan ucapan ayahnya. Lesmana mencoba mengerti akan keadaan Randi. 

Lesmana merasa bersalah, hubungannya dengan Randi tidaklah sedekat hubungannya dengan Tama.

TEXT: LIMA BULAN KEMUDIAN

EXT. HALAMAN RUMAH - DAY

Tibalah akhir pekan. Kedatangan Tama yang sedang libur beberapa hari membuat suasana rumah nampak hidup bagi Lesmana.

Tapi tidak bagi Randi, ia masih irit bicara sambil mencoba menanam jenis bunga. 

TAMA

(memukul samsak)

Kemarin Tama ketemu Pak Hendro yah. Beliau masih kenal dengan ayah.

Lesmana yang sedang membaca koran membalas ucapan Tama.

LESMANA

Iya Tam, dia itu juniornya ayah saat itu. Beda dua angkatan saja soalnya.

TAMA

Pantesan. Katanya mau ngajak ketemu tuh yah.

LESMANA

(tertawa)

Ayah malas keluar, kalau mau suruh dia kesini saja lah.

Tama tersenyum kepada ayahnya lalu melanjutkan olahraganya. Sementara Randi masih sibuk menanam bunga sambil terdiam.

EXT. HALAMAN RUMAH - LATER

Setelah lelah memukul samsak, Tama mendatangi Randi yang menyiram bunga.

TAMA

Sudah tumbuh ya bunganya.

Randi tersenyum, tidak mengeluarkan sepatah katapun.

TAMA

Kamu memang suka berkebun atau bagaimana?

RANDI

Karena ibu kak. Randi diajarkan segala hal berkebun karena ibu dan Randi akan selalu merawat ini semua.

TAMA

Coba dong ajarkan kakak.

Randi menaruh gembor, ia lalu mengajarkan Tama untuk menamam tumbuhan.

Dari kejauhan Lesmana tersenyum melihat keakraban mereka.

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Makan malam kali ini memang tidak begitu sepi lantaran adanya Tama. Tapi tidak begitu bagi Randi yang masih irit untuk berbicara. 

Tama datang dari kamarnya membawa selebaran lalu duduk di meja makan.

TAMA

Nih Ran, lihat...

Selebaran itu adalah selebaran seleksi militer tahun ini.

TAMA

Pendaftarannya September. Masih ada waktu tujuh bulan lagi untuk persiapan.

Wajah Randi berubah. Hal itu bisa dirasakan oleh Lesmana karena duduk persis didepannya.

TAMA

Dengan begitu, keluarga kita ini akan menjadi keluarga militer yang terpandang. Ya enggak yah?

Lesmana membalas hanya dengan senyuman kecil, sesekali pandangannya melihat Randi yang terlihat tidak nyaman dengan selebaran itu.

INT. KAMAR RANDI - NIGHT

Randi masih terdiam duduk di meja belajar. Ia terlihat bingung.

RANDI

Jika ku tolak, yang ada aku bakal dimarahi habis-habisan sama ayah dan kakak.

Sejenak Randi berdiri dan berjalan mondar-mandir.

RANDI

Tapi aku tidak suka itu. Militer, olahraga apapun itu!

Randi terus memukulkan kepalanya. Pikirannya kacau.

Akhirnya Randi terdiam di duduk di pojok kamarnya. Ia kembali menangis, mengingat ibunya.

CUT TO BLACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar