Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Our Bad Memory
Suka
Favorit
Bagikan
14. Episode 14


166.INT. DI DALAM MOBIL DARA-PAGI


Sampai pagi, Dara menunggu di depan rumah Aji untuk bertemu dengan lelaki itu langsung. Dia tidak ingin membuat keributan, dia hanya ingin meminta penjelasan atas apa yang terjadi dan kenapa dia melakukan ini.

Melihat pintu pagar terbuka, Dara mengintip dan ternyata di sana ada Bintang yang sedang bersama dengan Aji di dalam mobil. Dia lalu mengikuti mobil itu dari belakang.


JUMP CUT TO:


167.EXT. DEPAN JOYFUL INTERNATIONAL SCHOOL-PAGI


AJI

(mengusap kepala Bintang)

Jangan nakal, nurut sama gurunya ya. Nanti Papa jemput pulang sekolah ok.


BINTANG

Tapi Pa, Bintang boleh kan main sama Nala.


AJI

Nala? Siapa?


BINTANG

Itu kucing oren yang suka main di taman.


AJI

Oh, ya boleh. Tapi hati-hati ya sayang nanti kamu di cakar.


BINTANG

Nala baik kok Pa.


AJI

(tersenyum)

Yaudah, kamu masuk dulu. Nanti kita ketemu lagi ya my princess.


BINTANG

(mengangguk dan berjalan masuk)

Ok.


Aji melambaikan tangannya menatap Bintang dalam. Setelah Bintang menghilang dari pandangannya barulah ia berbalik badan dan apa yang ia lihat sangat mengejutkan. 

Dara berada tepat di hadapannya dengan mata berkaca-kaca, dari wajah wanita itu terlihat jelas rasa sakit dan kekecawaan yang amat besar.


Plak…


Tamparan keras melayang tepat di pipi kanan Aji.


DARA

Teganya… Teganya kamu membohongi aku.


AJI

(terbelalak)

Dar…


DARA

(dengan nada dalam)

Bodohnya aku tertipu mentah-mentah oleh orang seperti kamu.


AJI

(menelan ludah)

Tenang dulu Dar, aku bisa jelaskan semuanya.


DARA

Diam.


AJI

Dar…


DARA

(nada tinggi)

DIAM!


Orang-orang di sekitar mulai memperhatikan mereka.


AJI

(menghela napas)

Kalau kamu mau marah jangan di sini, banyak orang tua murid lain.


Aji menarik tangan Dara pergi menjauh dari sekolah tersebut. Air mata Dara mengalir tanpa ia sadari.


AJI

Kenapa kamu marah dan menampar aku?


DARA

Bintang, dia anak aku kan?


AJI

(menghela kesal)

Kamu tahu dari mana?


DARA

Jawab pertanyaan aku!


AJI

Kamu tahu kenapa aku membenci kamu selama lima tahun ini? Karena Bintang. Kamu memilih melepaskannya begitu saja.


DARA

(tidak habis pikir)

Apa?


AJI

Mereka datang dan memberikan Bintang padaku, mereka bilang kalau kamu tidak ingin membesarkannya. 


DARA

Mereka? Siapa? Kamu jangan bertele-tele.


AJI

Kakek dan Ayah kamu. 


Dara langsung terdiam seketika, mulutnya seperti terjahit oleh ribuan benang.


DARA

Jadi anak kita tidak meninggal?


AJI

Awalnya aku bingung kenapa kamu bilang kalau bayi kita meninggal, tapi ternyata aku baru tahu kalau kamu tidak tahu apa-apa. Keluargamu yang merencanakan ini semua. Mereka yang memisahkan kita Dar.


DARA

(panik dan bingung)

Kenapa kamu nggak ngasih tahu aku sejak awal? Bintang… karena itu dia langsung dekat denganku.


AJI

Maafkan aku, aku takut kamu belum siap. Aku juga sudah berjanji untuk melindungi Bintang dengan pergi jauh dari hadapanmu.


DARA

(duduk memijat dahiya frustasi)

Pasti kamu sangat membenci aku.


AJI

Awalnya iya, karena aku tidak tahu kalau kamu sempat ingin mengakhiri hidupmu.


DARA

Apa Bintang tahu?


AJI

(menggeleng)

Bintang senang berada di dekatmu, tapi dia tidak tahu siapa kamu sebenarnya.


DARA

Apa yang harus aku lakukan?


Aji duduk di sebelah Dara yang menutup wajah dengan kedua tangannya.


AJI

Tenangkan diri kamu, ini bukan hal yang mudah, tapi aku yakin kamu bisa. Yang perlu kamu ingat, bukan hanya aku atau kamu. Ada Bintang yang harus kita rawat dan lindungi, keluargamu tidak akan menerima kami. Aku juga sudah tidak mengharapkan apapun, aku hanya berharap keluargamu tidak mengusik kehidupan keluargaku.


DARA

(membuka tutup wajahnya kaget)

Aku ingin bertemu dengan Bintang.


Aji tersenyum dan mengangguk.


JUMP CUT TO:

168.INT. KEDIAMAN LAKSMONO-SIANG

Roy datang masuk ke ruang kerja Toro, di sana ada Toro dan juga Yudho. Mereka sedang berdiskusi untuk mencari dalang di balik penyerangan Dara.


ROY

Sepertinya Nona Dara sudah mengetahui semuanya.


YUDHO

Cepat atau lambat, ini pasti akan terjadi.


TORO

Aku sudah memperingatkan Aji tapi ternyata dia mengabaikannya.


ROY

Tadi pagi setelah menjenguk Farid di Kantor Polisi, Nona Dara langsung menemui Tuan Aji.


TORO

Akan aku urus masalah itu nanti, apa yang kamu dapatkan?


ROY

(memberikan sebuah amplop)

Ini adalah hasil yang saya dapat, dari semua kemungkinan, sepertinya Ricki yang memiliki potensi paling besar.


YUDHO

(melihat berkas tersebut)

Dia seorang preman?


ROY

Ya, dan sudah sering bolak-balik kantor polisi.


TORO

Apa ada bukti kalau dia yang melakukannya?


ROY

Ini kamera CCTV yang saya dapat dari gang rumah Nona Dara, pelaku memakai sepatu yang sama dengan yang dipakai oleh Rangga.


YUDHO

(marah)

Kurang ajar.


TORO

(mengangguk)

Akan menyesal mereka yang berani bermain-main denganku.


CUT TO:


169.INT. KIMUKATSU RESTORAN-SIANG

Bintang terdiam menatap Dara yang melihatnya penuh rasa haru, sedangkan Aji tersenyum mengamati dua orang yang bersamanya sekarang ini.


BINTANG

(dengan suara halus)

Pa, tante lagi galau ya?


AJI

(terkekeh)

Tante kangen sama Bintang katanya.


BINTANG

Tante mau ketemu Bintang? Kangen ya sama Bintang?



Dara tersenyum sembari mengangguk, air matanya sudah jatuh dari tadi kalau saja dia tidak menahannya. 


DARA

Bintang mau makan apa?


Bintang terdiam dan hanya menoleh pada Aji.


AJI

Pesan aja, Bintang mau makan apa?


BINTANG

(tersenyum)

Daging.


DARA

Tante pesenin daging ya.



Setelah makan kini Dara dan Bintang berbincang sambil berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan. Dara menggandeng tangan Bintang dengan rasa bahagia luar biasa. Dia ingat betapa menderitanya ia dulu saat tahu kalau anak yang ia lahirkan meninggal.


Aji yang mengikuti mereka bisa melihat betapa Ibu dan anak ini begitu mirip. Dia jadi sungguh merasa bersalah telah merenggut momen seperti ini dari dua wanita yang paling berharga untuknya. Dara mengajak Bintang kemanapun ia mau, mereka bercanda dan saling bercerita.


Mengelilingi Mall hingga lelah dan pegal, Dara harus rela kembali berpisah dengan putri semata wayangnya itu. Dia menggendong Bintang yang tertidur masuk ke dalam mobil Aji. Beberapa jam yang luar biasa untuknya.


170.INT. TEMPAT PARKIR PONDOK INDAH MALL-MALAM


AJI

Kami harus pulang.


DARA

(mengamati Bintang)

Saya tahu, sebentar. Hanya sebentar.


Beberapa detik dia menatap Bintang yang sedang tertidur lelap. Setelah puas barulah Dara keluar.


DARA

(sambil menutup pintu)

Hati-hati.


AJI

(mengangguk)

Kamu juga hati-hati, mungkin hidupmu tidak akan sama lagi seperti kemarin.


DARA

Kamu benar, saya harus menyusun rencana.


AJI

(teringat soal Marcella)

Apa kamu yang membeberkan soal Marcella ke media?


DARA

(mengerutkan dahi)

Darimana kamu?


Aji mengangkat kedua alisnya penasaran.


DARA (CONT’D)

(menghela napas)

Semua itu kerjaan Kakek, kamu pasti sangat kesulitan.


AJI

Saya mengerti, sampai bertemu lagi.


Dara tersenyum kemudian membiarkan Aji dan Bintang pergi dari pandangannya. Dia pun langsung menghubungi Farah.


DARA

Saya ingin cuti selama seminggu, tolong urus urusan kantor. Saya tidak bisa diganggu, jika ada hal penting, hanya kamu yang boleh menyampaikannya pada saya.


FARAH (V.O)

Tapi, habis Ibu cuti saya boleh cuti juga ya Bu.


DARA

Kalau penting.


FARAH (V.O)

Ok bu, siap.



CUT TO:


171.INT. DI DALAM MOBIL DEPAN RUMAH DARA-MALAM

Dara pulang ke rumahnya untuk menenangkan pikiran, dirinya benar-benar kacau. Hatinya seperti diremas begitu kuat. Sampai di rumah, dirinya bingung melihat ada seseorang yang sedang duduk di depan teras.

Memicingkan wajahnya bingung, Dara keluar dari mobil dan berjalan pelan sampai dia sadar siapa pria yang ada di hadapannya itu.


DARA

(terbelalak)

Kakak.


WISNU

(tersenyum manis)

Apa kabar?


Dara langsung berlari dan memeluk Kakaknya erat, entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu yang jelas dia begitu rindu dengan sosok kakaknya ini. Dia langsung menangis seketika


WISNU (CONT’D)

Hei, berat ya?


Dara hanya mengangguk, kemudian Wisnu memeluk hangat adiknya kembali.


WISNU (CONT’D)

Maafkan Kakak tidak bisa melindungimu.


DARA

Kakak jahat, Kakak meninggalkan aku begitu saja.


WISNU

(mengusap rambut Dara)

Adikku yang malang, kali ini Kakak ada buat kamu.


DARA

(sambil melangkah masuk)

Kok datang nggak bilang-bilang?.


WISNU

Kejutan.


Mereka lalu masuk dan duduk bersama ditemani dua cangkir teh.


DARA

Kakak sudah makan?


WISNU

(mengamati Dara)

Kakak yang harusnya bertanya sama kamu, kamu sudah makan? Tubuhmu terlihat kurus.


DARA

Jadi Kakak sekarang perhatian sama aku?


WISNU

(terkekeh)

Dara, Dara. Kamu nggak berubah dari dulu, Kakak datang karena mendengar ada yang menyerangmu dan Kakak tidak bisa membiarkan itu.


DARA

(tersenyum getir sambil menatap Wisnu dalam)

Apa Kakak tahu kalau anakku masih hidup? Dia berumur 5 tahun sekarang.


WISNU

(panik seketika)

Kamu sudah tahu?


DARA

(tak percaya)

Jadi Kakak tahu? Karena itu Kakak pergi?


WISNU

(menunduk merasa bersalah)

Kamu tahu bagaimana Kakekmu, aku ataupun Aji tidak berkutik melawannya. Dia akan menghilangkan anakmu jika kami tidak tutup mulut.


DARA

(mengepalkan tangan)

Kakek.


WISNU

Saat itu aku marah dan kesal sama Papa karena sama sekali tidak memihakmu. Kami bertiga bertengkar hebat dan tentu saja Kakek yang menang. Aku marah dengan diriku sendiri, oleh karena itu aku pergi.


DARA

(menelan ludah)

Kak, tolong aku.


WISNU

Apapun asal aku bisa.


Dara tersenyum menatap sang Kakak. 


172.INT. DI DALAM MOBIL-PAGI

Dara langsung pergi ke Pacitan bersama Wisnu untuk bertemu dengan keluarga orang yang diduga menyerangnya. Mengendarai mobilnya sendiri, dia sengaja tidak ingin ada orang lain yang tahu kalau dia menemui keluarga korban.


DARA

Kalau mama tahu Kakak ada di Jakarta, dia pasti akan senang sekali.


WISNU

Kakak juga kangen sama Mama, tapi…


DARA

Hmm, apa aku perlu ngadu?


WISNU

Eh, awas kalau berani ngadu ya.


Wisnu memencet hidung Dara hingga ia kesakitan.


DARA

Ih, Kakak rese.


CUT TO:



173.EXT. DI DEPAN KEDIAMAN JAELANI-PAGI


Sampailah mereka di tempat yang dituju, Dara mengetuk pintu tersebut dengan lembut beberapa kali. Ketukan tersebut tidak mendapatkan respon hingga yang ketiga, keluarlah seorang Ibu paruh baya dengan wajah lelah dan pakaian lusuh.


DARA

(tersenyum ramah)

Selamat siang.


HARTI

(bingung dan lelah)

Siang, cari siapa?


DARA

Apa benar ini kediaman Bapak Jaelani Surya?


Bu Harti yang tadinya ramah, tiba-tiba berubah sinis dan ketus, dia hampir menutup pintu rumahnya kalau Wisnu tidak menahan pintu tersebut.


WISNU

Kami hanya ingin bertanya.


Ibu itu menatap dengan penuh keraguan, beberapa saat dia berpikir.


DARA

Kami bukan orang jahat, kami ingin membantu Ibu.


Ibu itu terus menatap Dara dan Wisnu bergantian, dengan hati berat ia akhirnya mengijinkan mereka berdua masuk.


JUMP CUT TO:


174.INT. KEDIAMAN JAELANI-PAGI


Dara dan Wisnu meminda seisi ruangan dengan seksama, rumah itu sederhana namun sedikit berantakan. Banyak bekas makanan berserakan.


WISNU

Ibu tinggal sendiri di sini?


HARTI

(ketus)

Iya


WISNU

Anak Ibu nggak tinggal sama Ibu?


HARTI

Kadang-kadang saja dia datang.


DARA

Ibu tahu siapa kami?


HARTI

Kalian cucu Tuan Toro kan? Dia penjahat, dia teluh membunuh suami saya. Hidup kami berantakan karena dia.


DARA

Kami tahu, kami sungguh minta maaf tentang apa yang terjadi. Kami ingin membantu ibu, tapi bisa Ibu bicara bagaimana kejadian lengkapnya?


WISNU

(tegas)

Jangan ada yang dilewatkan.


HARTI

Saat itu pagi-pagi suami saya pamit untuk pergi berdinas di luar kota. Tepatnya Padang. Dia membawa beberapa berkas penting yang saya kurang mengerti apa isinya. Hanya saja dia pernah cerita kalau berkas itu jangan sampai ada di tangan yang salah.


HARTI (CONT’D)

(menangis)

Saya kaget saat diberitahu kalau dia kecelakaan. Polisi bilang karena kelalaian dan pengaruh alkohol. Demi Allah Mba, Mas, suami saya tidak pernah menyentuh minuman beralkohol jadi tidak mungkin dia membawa mobil dalam keadaan mabuk.


DARA

Ibu tahu dia bertemu siapa di sana?


HARTI

Ya itu, dia bilang dia bertemu dengan Pak Toro.


WISNU

Kapan Ibu terakhir berkomunikasi dengan Bapak?


HARTI

Sebelum dia pulang, dia sempat menghubungi saya lewat telepon kalau dia sudah beli oleh-oleh untuk anak-anak. Tapi ternyata, (kembali menangis)


Dara mengusap bahu Ibu tersebut untuk menenangkannya.


WISNU

Anak ibu dimana sekarang?


HARTI

(menggeleng lemas)

Anak saya yang perempuan sudah menikah dan ikut suaminya tinggal di Bogor. Yang laki-laki saya nggak tahu, dia tidak pernah pulang kerjaannya ngeluyur saja.


Dara dan Wisnu bertukar pandang.


DARA

Maaf sebelumnya saya bertanya ini, apa pekerjaan anak laki-laki Ibu?


HARTI

(menggeleng)

Saya nggak tahu.


WISNU

Ibu saya mau minta tolong boleh?


HARTI

(takut-takut)

Minta tolong apa?


WISNU

Jadi begini, saya ingin memberikan bantuan. Apa Ibu punya rekening atau no telp? 


HARTI

Saya hanya punya no handphone Mas, rekening anak saya yang punya.


WISNU

Boleh saya minta no telepon anak ibu?


Harti mau tidak mau memberikan no telepon anaknya pada mereka sedangkan Wisnu bertukar pandang dengan Dara.


JUMP CUT TO:


175.EXT. DI DEPAN KEDIAMAN JAELANI-PAGI


Beberapa menit kemudian, mereka keluar dari rumah itu dan pamit. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedang mengintai mereka. 

Sambil melihat ponselnya, Dara yang membuka pintu mobil tiba-tiba dikejutkan dengan suara pecahan kaca.


DARA

(kaget)

ARGH.


Wisnu pun ikut terkejut, dia langsung berlari ke arah Dara dan melihat bahwa kaca mobil sudah pecah. Tangan Dara terluka terkena pecahan kaca tersebut.


WISNU

Tangan kamu berdarah.


DARA

Kak, kejar orangnya!


Wisnu yang menoleh tersadar kalau ada seseorang yang berlari kencang. Dia langsung mengejar orang yang memakai masker tersebut sekuat tenaga. Untungnya dia dulu mantan atlet jadi hal seperti ini sudah biasa.


Orang itu terus berlari menjauh, Wisnu yang kesal menambah kecepatannya. Dia penasaran dengan orang tersebut. Akhirnya jarak di antara mereka semakin sempit, Wisnu meraih kerah belakang orang tersebut dan menariknya agar berhenti.


Orang itu ternyata langsung menyerang, Wisnu tidak mau kalah. Dia hajar orang itu di bagian wajah dan perut, untungnya orang tersebut tidak membawa senjata tajam. Perlahan, dia membuka masker orang itu dan ternyata dugaannya benar. Orang itu adalah Ricki, anak Bu Harti.


CUT TO:


176.INT. KANTOR POLISI PACITAN-SIANG

Dara masuk dan langsung menemui Wisnu dan Ricki yang sedang membuat laporan.


WISNU

Nah ini Pak, dia korbannya. Adik saya.


MARWAN

(melihat luka di tangan Dara)

Ibu tidak apa-apa?


DARA

Saya nggak apa-apa Pak.


RICKI

Kalian semua sama saja, kejam, nggak punya hati. Gara-gara kalian saya kehilangan segalanya. Hidup keluarga saya sengsara dan menderita karena kalian.


MARWAN

(menggentak)

Hei, diam kamu.


DARA

(mendekati Ricki)

Kamu yang ingin membuka kembali kasus Ayahmu? Dan kamu ingin balas dendam dengan kejadian itu lewat saya?


RICKI

Keluarga kalian bejat, melakukan apapun untuk mencapai tujuan. Kalian kira saya tidak tahu apa-apa? Saya tahu semuanya terutama tentang Anda.


DARA

(menelan ludah)


Saya tahu kamu marah, kamu masih muda amarahmu seperti gunung yang meletup-letup. Pertama-tama saya minta maaf atas apa yang terjadi dan apa yang dilakukan Kakek saya. Saya datang untuk membantu, tapi saya ingin bertanya terlebih dahulu. Apakah kamu yang menyerang saya di rumah saya?


Ricki terdiam tidak menjawab apa-apa.


DARA (CONT’D)

Kalau kamu jujur, saya akan mencabut laporan ini.


Ricki membuang wajahnya sambil berpikir beberapa kali.


WISNU

Kamu bisa pilih, membusuk di penjara atau kami cabut laporan ini. 


RICKI

(terdiam beberapa saat)

Iya, saya benci sama kalian. Terutama Anda, saya tahu siapa Anda dan apa yang Anda lakukan di masa lalu. Anda bebas begitu saja tanpa diberi ganjaran.


DARA

(mengangguk)

Jadi memang benar. Pak tolong masukkan dia ke dalam sel, dia sudah mengakui semuanya.


RICKI

(terkejut)

Apa-apaan ini, tadi Anda bilang ingin menolong, sialan.


WISNU

Terima hukuman lo.


RICKI

(teriak)

BRENGSEK KALIAN!


Dara dan Wisnu sontak pergi dari sana.


WISNU

Apa yang akan kamu lakukan?


DARA

(menghela napas lalu menoleh ke belakang)

Aku akan birkan dia berada di sini sementara aku membereskan hal lainnya.


Wisnu hanya mengangguk tanpa bicara apapun.



CONTINUE:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar