Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 178 : EXT. JALAN RAYA — SIANG
CAST : NAJELINA, ANGGARA, ALVI, SANDRA, ANREZ, RIAN, LASTRI, TIRTA, SAFIRA, AFAN, PENGHULU DAN KELUARGA ANREZ
Mereka semua berlari mengejar Najelina yang sudah jauh di jalan raya. Dan tiba-tiba...
Bruakk!
Najelina tertabrak mobil dengan sangat keras dan tubuhnya terpental serta tergulung-gulung di tengah jalan raya.
SEMU KELUARGA
NAJELINAAAA!
keluarga Najelina kaget saat mengetahui Najelina tertabrak mobil di kejauhan. Mereka semua berlari menolong Najelina yang tergeletak di tengah jalan.
FARIZ
Najelina, bangun Najelina. Kenapa kamu melakukan ini Naj. Jangan tinggalin Kakak, Naj. Kakak sayang sama kamu. Bangun Naj.
Fariz menangis saat memangku tubuh Najelina yang lemah dengan lumuran darah yang mengalir di wajah serta tubuhnya itu.
SAFIRA
Najelina, bangun sayang.
TIRTA
Najelina, bangun, Nak. Kamu pasti kuat. (Seraya memegang erat tangan lemas Najelina)
FARIZ
Afan, siapkan mobil. Kita bawa Najelina ke rumah sakit.
Najelina pelan-pelan membuka matanya. Ia ingin mengucapkan sesuatu dengan nafas sesak.
NAJELINA
Kak, ja-ngan ba-wa a-ku ke ru-mah sa-kit du-lu. A-ku ma-u me-nyam-pai-kan se-su-a-tu. (Seraya menahan rasa sakit di tubuhnya)
FARIZ
Menyamiaikan apa, Najelina. (Seraya mengusap dahi Najelina yang berkeringat)
NAJELINA
Kak, to-long sam-pai-kan ke-pa-da Ang-ngga-ra. A-ku sa-ngat men-cin-tai-nya. Kak, Ka-kak jang-an se-dih. A-ku se-ka-rang su-dah ba-ha-gia ka-re-na a-ku per-gi sa-at a-ku su-dah men-ja-di is-tri Ang-ngga-ra.
FARIZ
Naj, kamu jangan bicara seperti itu. Kamu nggak akan pergi. Kakak yakin kamu bisa bertahan Naj.
NAJELINA
Kak, se-be-lum a-ku per-gi, a-ku pu-nya sa-tu per-min-ta-an te-ra-khir. A-ku mo-hon Ka-kak me-nu-ru-ti per-min-ta-an te-ra-khir a-ku.
FARIZ
Najelina, kamu jangan ngomong seperti itu. Kakak nggak mau kehingan kamu. Kakak akan menuruti pernintaan kamu. Asal kamu bertahan ya. Apa permintaan kamu, Naj. Kakak akan turutin.
NAJELINA
A-ku min-ta, Ka-kak i-zin-kan Ang-ngga-ra ku-li-ah la-gi. A-gar di-a bi-sa me-ra-ih im-pi-an-nya. Dan to-long Ka-kak ja-ngan meng-nga-nggap bu-ruk Ang-ngga-ra. Di-a la-ki la-ki ba-ik. Di-a su-dah ber-ta-ruh nya-wa un-tuk me-nye-la-mat-kan-ku da-ri---
Najelina tidak kuat lagi berbicara.
FARIZ
Dari apa, Najelina? Anggara menyelamatkanmu dari apa?
ANREZ
Dari pemerkosaan yang akan dilakukan oleh dua preman di rumah kosong dekat perkampungan Sukamaju. Kejadian itu terjadi saat Anda, tidak kunjung menjemput Najelina seusai private party di Cafe Amanda. Preman itu membawa Najelina saat dia, berjalan sendirian di pingir jalan pada malam hari. Najelina, hampir saja dilecehkan oleh dua orang penjahat itu! Kalau bukan karena Anggara yang bertaruh nyawa menyelamatkan Najelina, Najelina akan menanggung aib keluarga. Dia akan hamil di luar nikah dan akan mencemarkan nama baik keluarga Tirta Wiraja. Apalagi, ayah biologisnya seorang preman yang tidak bertanggung jawab. Martabat seorang Tirta Wiraja, pengusaha terkenal di Jakarta, akan turun karena adanya aib itu. Tapi, semua itu tidak terjadi. Karena Anggara laki-laki yang Anda hina Anda caci maki itu, adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidup Najelina! Dan juga sangat berpengaruh dalam kehidupan ANDA SEMUA!
Tangis keluarga Fariz semakin pecah mendengar ungkapan Anrez. Mereka semua merasa bersalah dengan Anggara.
FARIZ
Anggara. (Lirih dengan rasa penuh sesal)
FARIZ
Rez, tolong telfon Anggara.
Dan Anrez cepat-cepat menghubungi Anggara.
ANREZ
Nomornya nggak aktif.
TIRTA
Fariz, cepat susul Anggara, sekarang!
Fariz mengangguk-angguk.
FARIZ
Iya, Pa. Fariz akan cari Anggara. Sekarang bawa Najelina ke rumah sakit, Pa!
Semua orang cepat-cepat membawa Najelina masuk ke dalam mobil dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Rian memberikan kunci motor serta motornya kepada Fariz agar Fariz cepat-cepat menyusul Anggara.
Fariz bergegas menaiki motor tersebut lalu melaju dengan kecepatan tinggi.
Cut to :
SCENE 179 : EXT. JALAN RAYA — SIANG
CAST : FARIZ, ANGGARA DAN WARGA
FARIZ
Anggara, kamu di mana sekarang. Maafin Kakak Anggara. (Sambil melaju di jalan raya seraya melihat kanan kiri mencari keberadaan Anggara)
Beberapa menit melaju di jalanan, tiba-tiba terlihat di kejauhan terdapat banyak orang yang berkerumun di tengah jalan. Hal itu membuat Fariz penasaran dan cepat-cepat menghampirinya.
Fariz kemudian berhenti di belakang warga berkerumun. Ia turun dari atas motor lalu mencoba masuk ke dalam kerumunan itu.
Alangkah terkejutnya Fariz, ternyata di tengah-tengah kerumunan itu terdapat Anggara yang tengkurap di atas aspal dengan tubuh berlumuran darah. Anggara kecelakaan, ia tabrakan dengan truk besar yang sekarang terguling di pinggir jalan. Motor Anggara ringsek dan terpental jauh. Ambulance, aparat kepolisian serta warga yang berada di TKP bergegas membawa Anggara dan supir truk ke rumah sakit.
Fariz tak kuasa menahan air matanya.
FARIZ
ANGGARAAAA!
Cut to :
SCENE 180 : INT. RUMAH SAKIT — SIANG
CAST : FARIZ, ANGGARA, DAN 3 SUSTER
Beberapa menit kemudian, Anggara sudah sampai di rumah sakit. Ia terbaring lemah tak berdaya di atas tempat tidur pasien yang saat itu didorong oleh beberapa perawat. Terlihat Fariz tergesa-gesa mengikuti arah laju tempat tidur Anggara itu.
FARIZ
Anggara, bertahan Anggara. Maafin kesalahahan Kakak. Kakak janji akan merestui hubungan kamu dengan Najelina. Kamu bertahan ya.
FARIZ
Sus, tolong masukkan Anggara di ruangan Najelina, istrinya. Sejajarkan tempat tidur mereka, Sus. Tolong tangani mereka dengan baik, Sus.
SUSTER
Iya Pak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Bapak berdo'a saja.
Lalu Anggara masuk ke dalam sebuah ruangan. Di ruangan tersebut terdapat Najelina yang terbaring lemah dengan memakai selang oksigen di hidungnya. Lalu para suster tersebut meletakkan tempat tidur Anggara tepat di samping tempat tidur Najelina.
Cut to :
SCENE 181 : INT. RUANG UGD — SORE
CAST : NAJELINA, ANGGARA, DOKTER DAN SUSTER
Tiga jam kemudian.
CLOSE UP : Jam berputar cepat 3 jam.
Tangan Najelina bergerak dan pelan-pelan ia membuka matanya.
Najelina menoleh ke samping dan seketika air matanya jatuh saat mengetahui Anggara terbaring lemah di sampingnya dengan tubuh penuh dengan luka.
Terlihat juga seorang dokter perempuan sedang memompa jantung Anggara dengan alat pacu jantung agar jantungnya kembali berdetak dengan stabil karena jantung Anggara saat ini sangat lemah.
NAJELINA
Anggara. (Lirih)
Saat dokter berusaha menstabilkan jantung Ang, terlihat Fariz berdiri di balik kaca jendela. Ia melihat dari luar apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Fariz membungkam mulutnya. Ia tidak kuat menahan tangis dan penyesalannya saat melihat Ang berjuang untuk hidup di ranjang pasien.
Perawat pun kemuduan menutup gorden kaca jendela agar aktivitas yang mereka lakukan tidak terlihat lagi dari luar.
Setelah beberapa menit memacu jantung Ang, dokter dan para perawat bernafas lega. Akhirnya jantung Ang berdetak stabil kembali. Najelina tampak masih panik dan air matanya masih terus menetes memperhatikan apa yang dilakukan para dokter dan perawat terhadap suaminya.
DOKTER
Tenang saja Mbak Najelina, jantung Mas Anggara sudah stabil. Mbak Najelina selalu berdo'a ya, pasti sebentar lagi suami Mbak membuka mata. (Sambil meletakkan alat pacu jantung ke meja)
Najelina memejamkan matanya sejenak, menghela nafas dan bibirnya pun pelan-pelan mulai menampakkan senyuman. Matanya tak berhenti memandangi wajah suaminya.
Cut to :
SCENE 182 : INT. RUANG UGD — SORE
CAST : NAJELINA, ANGGARA, SUSTER DAN DOKTER
Beberapa jam kemudian setelah dokter membalut luka Ang dengan perban di bagian kepala dan lengan tangannya seperti Najelina, Ang pelan-pelan membuka matanya. Ia memperjelas pandangannya ke atas dan mencoba memperhatikan semua sudut ruangan. Ang masih tak mengerti apa yang sudah dialaminya saat ini. Ang memperhatikan gerak-gerik sang dokter yang saat itu sedang memeriksa keadaanya.
DOKTER
Alhamdulillah Mas Anggara sudah sadar. Sepertinya keadaannya mulai membaik. (Setelah memeriksa)
DOKTER
Mbak Najelina, Mas Anggara sudah sadar.
Najelina saat itu sedang menatap kosong langit-langit ruangan dengan mata sembab. Mendengar ucapan sang dokter, Najelina menoleh ke arah sang suami.
Anggara tampak terkejut saat dokter mengucap nama Najelina. Ia pun menoleh cepat ke arah samping. Ang tampak tak percaya saat melihat sang istri juga terbaring di atas ranjang pasien.
ANGGARA
Sayangku? (Lirih)
Najelina tersenyum akhirnya seseorang yang ia ucapkan dalam do'anya beberapa menit yang lalu kini membuka mata kembali.
Ang tidak membalas senyuman Najelina. Ia tampak khawatir dengan keadaan Najelina yang dibalut perban dengan bercak darah di kepalanya itu. Ang berusaha bangun dari tidurnya untuk menjangkau Najelina lebih dekat lagi.
DOKTER
Mas Anggara mau kemana? Keadaan Mas masih belum sehat.
Dokter menghalangi Ang yang mencoba turun dari ranjang.
ANGGARA
Istri saya kenapa, Dok? Kenapa dia luka-luka seperti saya?
DOKTER
Mas Anggara tidur dulu jangan banyak bergerak. Kalau nanti dipaksa bergerak, makin lama sembuhnya. Mas Anggara nggak mau kan, lama-lama di rumah sakit?
Ang mencoba berbaring kembali.
ANGGARA
Tapi Dok, kenapa istri saya? Ada apa dengan istri saya, Dok?
DOKTER
Mbak Najelina tadi pagi kecelakaan sesaat sebelum Mas Anggara juga kecelakaan. Tapi nggak apa-apa, Mbak Najelina sudah kami tangani dengan baik. Hanya menunggu pemulihan saja.
Ang tetap tak berhenti menatap keadaan Najelina. Terlihat dari raut wajahnya, sebagai seorang suami ia sangat khawatir.
NAJELINA
Aku seneng akhirnya kamu bangun juga. Aku nggak mau kamu pergi meninggalkan cinta kita.
DOKTER
Karena kalian sudah mulai membaik, saya akan mempersilahkan keluarga kalian untuk masuk. Saya keluar dulu ya, memanggil keluarga kalian yang sedari tadi menunggu kalian di luar.
Najelina mengangguk-angguk.
Cut to :
SCENE 183 : INT. DEPAN RUANG UGD — SORE
CAST : DOKTER, FARIZ, TIRTA, SAFIRA, ANREZ, RIAN, ALVI, SANDRA DAN LASTRI
Setelah membuka pintu dan sudah berada di luar ruangan, dokter pun dihampiri semua keluarga beserta teman-teman Anggara dan Najelina.
TIRTA
Dok, bagaimana keadaan anak saya dan suaminya, Dok?
FARIZ
Mereka berdua baik-baik saja kan, Dok?
LASTRI
Cucu saya sudah sadar kan, Dok?
SAFIRA
Apa kami sudah boleh masuk, Dok? Saya ingin memeluk putri saya, Dok.
Alvi dan Sandra mencoba menenangkan Safira dan Lastri di sampingnya.
Anrez dan Rian tampak khawarir saat berada di belakang mereka.
Dokter menghela nafas dan mengangguk.
DOKTER
Alhamdulillah, keadaan Mas Anggara dan Mbak Najelina mulai membaik. Kalian semua bisa masuk melihat keadaan mereka. Mari silahkan masuk.
SEMUA
Alhamdulillah.
FARIZ
Terima kasih, Dok.
Mereka semua masuk ke dalam ruangan.