Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 20 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — PAGI
CAST ; NAJELINA DAN ANGGARA
Beberapa menit kemudian, Najelina sudah sampai di kampusnya. Ia mengarahkan motornya ke parkiran. Saat melaju di parkiran, Najelina melihat kanan kiri mencari tempat parkir yang renggang. Tiba-tiba, di depannya ada Anggara yang mengeluarkan motor ninjanya dari tempat parkir dan ingin dipindahkan. Alhasil, Najelina kemudian tidak sengaja menabrak motor Anggara.
Brak (Suara tabrakan)
Najelina terkejut lalu memberhentikan motornya saat itu juga.
NAJELINA
Kalau mau ngeluarin motor, lihat dulu, ada yang lewat nggak. Jadi nabrak, kan gue! (Kesal)
Anggara mendecak kesal.
ANGGARA
Udah salah, masih aja marah-marah. (Sambil menuntun motornya untuk di parkir ke sebelah kanan)
NAJELINA
Maksud lo, gue yang salah? Enak aja. Lo itu yang salah!
ANGGARA
Yang namanya Jeli itu biasanya lemah lembut. Lah ini namanya Jeli kok tukang marah-marah. (Menyindir lalu berjalan menjauhi Najelina)
NAJELINA
Stop ya panggil gue Jeli. Nama gue itu Na-je-li-na bukan Jeli. Eh, nggak apa-apa sih lo panggil gue Jeli. So, gue kan manis.
ANGGARA
Kepedean. (Jutek)
NAJELINA
Biarin. Daripada lo, namanya Ang. Angker? Cocok banget sama penampilannya yang horor. Tampang kayak preman muka keong racun yang hobinya godain cewek!
Najelina memalingkan muka seraya tersenyum sinis. Ang kemudian berjalan mendekati Najelina dengan tatapan tajam. Najelina terkejut melihat Ang di depannya. Ia tampak ketakutan lalu memejamkan mata. Najelina takut Ang akan menamparnya. Namun, Ang tidak seperti yang dibayangkan Najelina. Ang kemudian mengelus rambut Najelina. Sontak Najelina langsung kaget. Najelina kemudian menapis tangan Ang. Najelina merasa Ang tidak sopan.
NAJELINA
Apaan sih! Modus ya lo!
ANGGARA
GR. Lihat nih, ada rontokan daun di rambut lo. (Anggara memperlihatkan daun kering kepada Najelina)
Najelina kemudian mengibas-ibas rambutnya. Lalu Najelina memperhatikan muka Ang yang memar-memar.
NAJELINA
Lo habis berantem lagi? Heran ya gue. Lo tiap hari berantem mulu. Gue tiap hari lihat muka lo bonyok terus. Makanya jadi cowok jangan sok jagoan. Jangan ngajak berantem orang mulu! Kalah kan?
ANGGARA
Bukan urusan lo!
Anggara kemudian pergi menjauhi Najelina.
NAJELINA
Issh. Dasar preman. Muka keong racun. (Lirih)
Najelina kemudian memarkir motornya.
Cut to :
SCENE 21 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — PAGI
CAST : ANGGARA, ANREZ DAN RIAN
Di kejauhan, terlihat Ang berjalan menuju kelas selalu disapa cewek-cewek. Namun Ang cuek saja hanya membalas senyum singkat.
Anrez dan Rian berjalan mendekati Ang dari belakang dan berjalan bersama menuju kelas.
ANREZ
Anjay, muka bonyok aja masih direbutin. (Meledek)
RIAN
Lo tinggal tunjuk aja. Sikat, Men! (Rian menatap Ang dengan menaik turunkan alisnya)
Cut to :
SCENE 22 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — PAGI
CAST : NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Saat Najelina selesai memakirkan motornya, Alvi dan Sandra datang menghampiri Najelina.
ALVI
Lo sampai kapan musuh bebuyutan sama si Ang?
SANDRA
Iya nih. Lihat tuh si Ang banyak banget yang ngerebutin. Lo malah musuhan sama dia.
NAJELINA
Tampang preman, muka keong racun. Gitu aja direbutin. Tuh cewek-cewek, emang udah kena rayuan gombalnya si Ang. Model kayak playboy kucay gitu diminati. Suka berantem lagi. (Sambil berjalan bertiga)
SANDRA
Lengkap banget ngatainnya.
NAJELINA
Emang kenyataannya gitu, kan?
ALVI
Lo percaya nggak sih sama kata 'Don't Judge a Book by its Cover'. Jangan menilai seseorang hanya dengan melihat penampilannya?
NAJELINA
Alvi, kamu nggak usah belain Angker ya. Udah jelas-jelas muka sama kelakuannya tidak mencerminkan anak yang baik-baik, Alvi. Kelakuannya kayak preman suka berantem. Lo percaya nggak sama kata 'penampilan seseorang itu menggambarkan kepribadiannya'. Kalau Ang anak yang baik, dia nggak mungkin suka berantem dan setiap hari mukanya bonyok terus.
ALVI
Terselah lo deh. (Alvi pasrah)
SANDRA
Eh, Naj. Lo bisa nggak percaya sama Don't Judge a Book by its Cover. Tapi lo pasti percaya kan, sama Benci jadi Cinta? (Menggoda)
NAJELINA
Apaan sih! Maksud lo, gue bakal jatuh cinta gitu sama si Ang? Nggak sama sekali! (Tegas)
ALVI
Nggak apa-apa kali. Biasanya kalau benci itu bakalan jadi cinta. (Alvi merayu)
NAJELINA
Nggak! Lagipula gue udah punya seorang cowok yang gue cintai.
ALVI
Serius lo, Naj? Siapa? (Penasaran)
SANDRA
Siapa, Naj?
NAJELINA
Namanya Jey!
ALVI
Jey? Jey siapa?
SANDRA
Jey, Jeremi? Anaknya penjual cireng depan kampus?
NAJELINA
Bukan!
ALVI
Lah terus, Jey siapa?
NAJELINA
Jey itu, pangeran yang turun dari langit yang udah nyelametin gue dari bahaya. (Najelina tersenyum membayangkan)
ALVI
Pangeran? Hahaha. Lo belum keluar dari novel fiksi, Naj?
Hahaha, lo masih nyangkut di dalam imajinasi novel, Naj?
ALVI
Ayo Sandra, cepet keluarin dia dari lamunannya.
Sandra kemudian menutup muka Najelina dengan telapak tangannya seperti sedang mengeluarkan roh halus.
NAJELINA
Issh. Apaan sih. Gue beneran nih bukan karangan. Gue beneran ketemu Jey yang datang tiba-tiba.
ALVI
Kok bisa? Emang Jey itu siapa sih?
SANDRA
Iya nih. Siapa sih Jey itu. Anak kampus sini juga?
NAJELINA
Bukan. Jey bukan anak sini. Karna kalian sahabat gue, gue bakal ceritain siapa itu Jey. Tapi kalian jangan bilang siapa-siapa ya soal ini.
ALVI
Oke. Emang siapa Jey itu?
Sandra dan Alvi penasaran.
NAJELINA
Kita cari tempat duduk yang sepi dulu.
Mereka bertiga berjalan ke taman kampus yang sepi.
Cut to :
SCENE 23 : EXT. TAMAN KAMPUS — PAGI
CAST : NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Najelina dan dua sahabatnya kemudian duduk di taman kampus.
ALVI
Gimana Naj ceritanya?
Cut to :
FLASH BACK SCENE 5
VO NAJELINA
Kemarin pulang party kan gue nunggu Kak Fariz, dan ternyata Kak Fariz nggak dateng-dateng. Terus gue cari taksi dong malem itu. Tapi gue nggak nemuin taksi sama sekali. Ya gue jalan dong ke tepi jalan raya, gue cari pangkalan ojek. Pas gue jalan sendirian, ada dua preman hadang gue. Mulut gue dibungkam pake lakban dan tangan gue diikat. Gue dibawa ke rumah kosong. Gue mau disiksa Vi, San sama preman itu.
Cut back to :
SCENE 23
SANDRA
Serius lo, tadi malem lo dibegal preman? Ya ampun Naj, terus-terus. (Menatap Najelina serius)
NAJELINA
Sebelum gue diapa-apain sama tuh dua preman, tiba-tiba ada lelaki memakai penutup sarung dikepalanya kek ninja gitu datang dobrak rumah kosong itu bawa kayu. Terus lelaki itu berantem sama tuh dua preman. Dan dia berhasil nyelametin gue San, Vi. Gue seneng banget! Kalau nggak ada dia, gue nggak tau bakal kek gimana nasib gue. Pasti gue udah hamil San, Vi. Kalau nggak pasti gue udah mati tragis di tempat itu.
SANDRA
Ya Allah Naj, untung aja ada lelaki itu,
ALVI
Terus lelaki bersarung itu namanya Jey? Lo udah kenalan sama dia? Rumahnya di mana?
NAJELINA
Gue belum tau identitas dia. Gue juga belum tau wajahnya soalnya wajahnya masih ditutup sarung. Sebenernya dia nggak mau kenalan sama gue. Dia langsung cariin taksi buat gue biar gue pulang. Tapi gue ancam gue nggak bakal naik kalau dia nggak ngasih tau namanya. Eh tiba-tiba dia nulis di kertas terus dijadiin pesawat ke gue. Gue buka ternyata namanya Je, nggak tau sih Je siapa. Soalnya mau gue tanya banyak-banyak, dia udah pergi duluan,
Najelina kemudian mengeluarkan dua kertas biru dari dalam tasnya. Dan ditunjukkan kepada dua sahabatnya itu. Alvi menerima lalu membukanya.
NAJELINA
Itu surat dari Jey tadi malem sama tadi pagi. Dia ternyata tipe cowok so sweet banget. Gue jatuh cinta sama dia. Gue ngerasa dia cowok yang baik. Tipe gue banget!
Alvi dan Sandra membaca tulisan surat dari Jey itu.
ALVI
Iya sih perhatian banget. Dan dia juga baik banget udah nyelametin lo. Tapi lo ya jangan gampang jatuh cinta gitu, Naj. Kalau dia nggak sesuai ekspetasi, gimana?
NAJELINA
Nggak sesuai ekspetasi? Maksud lo? (Mengerutkan kening)
ALVI
Kalau ternyata Jey itu bapak-bapak atau kakek-kakek, gimana? Lo kan belum tau wajahnya.
SANDRA
Iya Naj. Lo jangan jatuh cinta dulu. Lo kan belum tau semua tentang Jey,
NAJELINA
Nggak mungkin Jey itu bapak-bapak. Gue lihat sendiri matanya San, Vi. Matanya masih muda, seumuran kita. Gue tetep jatuh cinta sama Jey. Gue akan terus cari keberadaan Jey!
ALVI
Iya, iya. Terserah lo. Kita mah dukung aja. Semoga lo bisa ketemu Jey lagi. Dan Alhamdulillah teman kita yang cantik ini selamat dari bahaya, (Memeluk Najelina)
SANDRA
Jangan sampai lo seperti itu lagi, Naj, (Sandra juga memeluk Najelina)
NAJELINA
Thanks ya Vi, San. Dari kejadian semalem, gue trauma sama yang namanya preman. Pokoknya kalau ada cowok yang tampangnya kayak preman, gue benci banget. Gue nggak mau deket-deket sama model yang kayak gitu. Ya semacam si Ang itu. Gue nggak suka penampilan kayak dia.
SANDRA
iya, iya, Naj. Tapi, Naj. Kalau dilihat-lihat, Ang itu ganteng juga loh, hehe,
NAJELINA
Wah, parah lo. Lo udah kena rayuan si Angker.
ALVI
Haha, tapi anehnya. Dia itu banyak banget yang ngerebutin tapi Ang jutek banget sama cewek loh Naj. Dia pasti bukan tipe playboy,
NAJELINA
Biasanya kalau cowok model kayak si Ang gitu, cuek sama cewek tapi banyak pacar backstreetnya. Gue lihat seminggu yang lalu dia balapan. Udah pasti itu karena taruhan ngerebutin cewek. Udah pasti itu. Terus, tadi mukanya bonyok lagi. Udah pasti habis berantem ngerebutin cewek.
Cut to flash back :
SCENE 24 : EXT. JALANAN — MALAM
CAST : NAJELINA, ANG, MARCEL, ROY DAN PENONTON
Seminggu yang lalu, pada pukul 9 malam. Anggara adu balap motor melawan Marcel (ketua geng motor, tetangga kampung Ang). Adu balap tersebut ditonton banyak ramaja yang mendukung Anggara maupun Marcel. Mereka bersorak-sorak. Najelina yang lewat kemudian berdiri di barisan penonton melihat pertandingan itu.
Balapan motor tersebut dimenangkan oleh Anggara karena Marcel belum sampai ke finish sudah mengalami kecelakaan. Roy (anak buah Marcel, satu kampus dengan Anggara) menolong Marcel dan menatap tajam Anggara yang sudah berhenti di garis finish. Anggara menerima uang 5 juta dari seorang wanita yang bertugas menjaga garis finish. Marcel dilarikan ke rumah sakit dengan ambulance.
Cut back to SCENE 23
ALVI
Masak iya sih?
Alvi dan Sandra berfikir keras.