Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 109 : INT. PERPUSTAKAAN — SIANG
CAST : NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Beberapa jam kemudian, Najelina duduk bertiga bersama sahabatnya di dalam perpustakaan. Mereka sedang membaca buku.
SANDRA
Eh Naj, gimana lo sama Ang? Masih pacaran, kan?
Najelina mengangguk-angguk.
NAJELINA
Gue sama Ang harus terus bersama. Nggak boleh dipisahin.
ALVI
Terus gimana sama perjodohan lo? Keluarga lo masih belum nerima Ang?
NAJELINA
Keluarga gue nggak mau nerima Ang, Vi. Mereka masih terus memandang rendah Ang. Dibilang nggak pantes lah. Dibilang nggak bakal bisa bahagia lah. Mereka semua maunya nurutin keinginan mereka sendiri. Mereka lupa, Vi, San. Kalau gue punya hati. Mereka lupa, yang bisa nentuin kebahagian gue itu hati gue sendiri. Mereka menganggap gue nggak punya hati kali, Vi, San.
Najelina meneteskan air mata.
Kedua temannya itu mengelus bahu Najelina agar terus bersabar.
ALVI
Yang sabar ya Naj. Gue tahu keluarga lo itu mencari yang terbaik buat lo. Tapi mereka nggak sadar bahwa yang terbaik buat lo itu adalah pilihan lo sendiri.
SANDRA
Terus gimana usaha Ang?
NAJELINA
Udah beberapa kali Ang yakinin mereka kalau dia bisa bahagiain gue. Tapi mereka nggak percaya. Mereka tetap melihat Ang dari segi keadaannya tanpa melihat usaha dan kerja kerasnya.
SANDRA
Gue berharap Ang terus semangat jangan sampai nyerah. Gue yakin cinta kalian itu kuat.
NAJELINA
Makasih ya San, Vi. Doa'in gue.
ALVI
Selalu Naj. Terus gimana cara lo keluar dari perjodohan itu? Waktu pernikahan lo sama Afan mepet banget Naj.
SANDRA
Iya Naj. Apa yang harus lo lakuin biar pernikahan lo batal?
NAJELINA
Saat hari pernikahan tiba, gue akan kabur dan nggak mau balik lagi ke rumah! Gue mau bikin keluarga Afan malu karena nggak ada pengantin wanitanya. Biar mereka nggak mau lagi besanan sama keluarga gue. Gue akan pergi bersama Ang!
Cut to :
SCENE 110 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — SORE
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN PAK BAMBANG.
Sore harinya, Najelina keluar dari dalam kelas karena mata kuliah sudah selesai. Ia berjalan menuju parkiran. Sebelum sampai di parkiran, ia menghentikan langkahnya saat melihat Ang dihampiri Pak Bambang dan di ajak masuk ke ruangan. Najelina kemudian berjalan cepat mengikuti mereka.
Cut to :
SCENE 111 : INT. RUANG DOSEN — SORE
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN BAMBANG
Najelina mengintip perbincangan Ang dan Pak Bambang di ruangan. Ang duduk di depan meja Pak Bambang.
BAMBANG
Bagaimana Anggara, sudah membawa uang buat bayar semester? Bapak sudah memberi batas hari ini.
Ang gelisah.
ANGGARA
Maaf, Pak. Uang semester saya tadi kepake buat bayar kontrakan. Saya tadi benar-benar mau bayar uang semester, Pak. Tapi pemilik kontrakan saya nagih uang kontrakan, Pak. Saya terpaksa pake uang semester dulu. Saya mohon, Pak. Kasih saya jangka waktu lagi untuk bayar uang semester. Saya janji akan saya usahain, Pak.
Pak Bambang menghela nafas berat dan mendecak kesal.
BAMBANG
Anggara, uang semester aja kamu belum lunas-lunas. Apalagi bayar uang skripsi, belum lagi uang wisuda dan lain-lainnya. Kamu niat kuliah nggak sih? Setiap pembayaran pasti kamu ulur. Kamu usaha dong cari uangnya. Buat mencapai kesuksesan itu usaha Anggara, jangan dianggap enteng gini. Padahal ini sudah jangka watu lama loh kamu masih saja belum bisa bayar. Gimana mau lulus?
ANGGARA
Pak tolong, Pak. Kasih saya waktu lagi. Saya pengen lulus Pak. Saya janji akan bekerja keras lagi cari uang buat bayar.
BAMBANG
Bapak sebenarnya juga nggak tega sih sama kamu. Tapi ini sudah peraturan di kampus ini. Ya sudah, Bapak kasih waktu lusa harus bisa bayar. Kalau tidak, kamu nggak akan bisa ikut skripsi apalagi wisuda.
ANGGARA
Iya, Pak. Saya janji saya akan bayar lusa.
BAMBANG
Ya sudah kalau gitu, kamu bisa keluar.
Terima kasih, Pak. Kalau gitu saya permisi.
Ang lalu berdiri.
Ang kemudian keluar dari ruangan tersebut dan Najelina bersembunyi di balik tembok.
Cut to :
SCENE 112 : EXT. TERAS KAMPUS — SORE
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Ang berdiri sambil mengeluh.
ANGGARA
Gimana nih. Kemana lagi gue harus cari duit. Gue nggak mau berhenti kuliah. Gue harus bisa lulus terus kerja dengan jabatan tinggi biar bisa ngebuktiin ke keluarga Najelina kalau gue bisa bahagiain dia. Tapi gimana, gajian nyuci mobil baru kemarin. Nggak mungkin juga gajian lagi. Ngutang juga nggak bakal ada yang ngutangin karena mereka mikir gue nggak bakal bisa bayar. Hah! Pusing gue! (Seraya menendang botol bekas di tanah lalu pergi)
Najelina pun merasa kasihan mendengarnya. Lalu Najelina masuk ke dalam ruangan Pak Bambang.
Cut to :
SCENE 113 : INT. RUANG DOSEN — SORE
CAST : NAJELINA DAN BAMBANG
Najelina masuk.
NAJELINA
Pak,
Najelina lalu duduk di depan Pak Bambang.
BAMBANG
Najelina? Iya, ada apa Najelina?
NAJELINA
Biaya semester Anggara kurang berapa, Pak?
BAMBANG
Satu juta, Naj. Kenapa?
Najelina membuka tasnya sambil melirik ke pintu takut Ang melihatnya.
NAJELINA
Tolong Bapak jangan bilang ini ke Anggara, ya Pak. Saya lunasin uang semesternya Anggara. Ini saya kasih uang 3 juta, sekaligus buat bayar uang skripsi dan wisuda Anggara besok. Kalau masih kurang, nanti saya transfer, Pak. Tolong diterima ya Pak dan jangan bilang ke Anggara. (Seraya memberikan uang tiga juta kepada Pak Bambang)
BAMBANG
Boleh, boleh. Saya terima ya uangnya. Nanti kalau ada biaya tambahan saya hubungi kamu. Dan saya akan anggap lunas biaya kuliah Anggara sampai lulus. (Sambil menerima uang dari Najelina)
NAJELINA
Terima kasih, Pak. Kalau gitu saya permisi.
Najelina lalu cepat-cepat keluar.
Pak Bambang menganggukkan kepala lalu melanjutkan tugasnya lagi. Dan Najelina terlihat sangat senang.