Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Cut to :
SCENE 59 : EXT. JALANAN — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Keesokan harinya, Ang menunggu Najelina keluar dari rumah. Ang mengawasi dari kejauhan.
Saat itu, Najelina terus menampakkan senyuman merekahnya. Ia keluar dari dalam rumah dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah. Dan Najelina pun mengemudikan mobilnya ke arah jalanan.
Ang kemudian menutup kaca helmnya lalu menyalahkan motor dan mengikuti mobil Najelina dari belakang.
Ang menyalip mobil Najelina agar ia sampai di cafe duluan.
Cut to :
SCENE 60 : EXT. HALAMAN CAFE AMANDA — PAGI
CAST : NAJELINA
Beberapa menit kemudian, Najelina sampai di depan Cafe Amanda. Ia kemudian turun dari dalam mobil.
NAJELINA
Akhirnya, hari ini aku akan bertatap muka dengan Jey. Aku akan ngobrol sama dia.
Najelina mengaca di spiom.
NAJELINA
Aku udah cantik apa belum ya. (Mengelus rambut)
Najelina kemudian mengambil lipstik di dalam tasnya lalu dipolesnya lipstik itu di bibirnya.
NAJELINA
Udah cantik!
Najelina kemudian berjalan menuju cafe seraya merapikan rambut panjangnya. Senyum lebarnya tak pernah ia lepas sedari tadi.
Cut to :
SCENE 61 : INT. CAFE AMANDA — PAGI
CAST : NAJELINA, PELAYAN CAFE DAN ANGGARA
Setelah berada di dalam cafe, Najelina tampak kesal melihat ada Ang yang duduk manis di dalam cafe.
NAJELINA
Tuh anak di mana-mana nongol mulu. Gue harus cari tempat yang jauh dari dia.
Najelina melihat semua meja sudah dipenuhi pengunjung cafe. Hanya ada satu meja yang kosong yaitu di depan Ang.
NAJELINA
Semua meja udah dipake. Terpaksa deh gue duduk di meja depan si Angker. Huft. (Najelina menghela nafas)
Najelina kemudian berjalan menuju mejanya seraya menutup mukanya dengan tas selempangnya agar Ang tidak melihat dirinya.
Padahal, Ang sedari tadi memperhatikan Najelina.
Najelina kemudian duduk di kursinya seraya terus menutupi wajahnya. Lalu, ia memesan minuman kepada pelayan.
NAJELINA
Mbak! Jus jeruk satu!
PELAYAN CAFE
Iya, Mbak.
Najelina kemudian melirik Ang yang duduk tidak jauh dari mejanya itu. Najelina melihat, Ang sepertinya tidak melihat dirinya. Padahal, saat Najelina melirik Ang, Ang berpura-pura memalingkan muka.
Najelina menurunkan tas dari wajahnya.
NAJELINA
Capek juga nutupin wajah dari tadi. Semoga aja Ang nggak ganggu gue di sini.
Pelayan kemudian memberikan jus jeruk kepada Najelina.
PELAYAN CAFE
Ini Mbak minumannya.
NAJELINA
Makasih Mbak.
Najelina tampak clingukan memperhatikan pintu cafe.
NAJELINA
Jaka kok belum dateng juga, ya? (Mengeluh)
Apa masih di jalan ya?
Cut to :
SCENE 62 : INT. CAFE AMANDA — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Setengah jam kemudian.
Najelina kemudian menopang kepalanya dengan tangan di atas meja mencoba menghindar dari pandangan Ang.
NAJELINA
(Melihat jam tangan pukul setengah 9)
Udah setengah jam di sini. Jaka belum datang juga.
Setengah jam kemudian.
Najelina tampak gelisah. Ia selalu memperhatikan sekitarnya berharap Jaka datang. Najelina cemberut dan mukanya ditekuk. Najelina kemudian menidurkan kepalanya di atas meja seraya mengaduk-aduk jus jeruknya dengan sedotan.
Ang menahan tawa saat melihat Najelina melamun menantikan kedatangan Jaka.
Ang kemudian menghampiri Najelina dan duduk di depan Najelina. Ang menopang dagunya seraya mendekatkan wajanya ke Najelina yang tidur itu.
ANGGARA
Nungguin siapa, sih?
Najelina yang saat itu menidurkan kepalanya, langsung kaget dan mengangkat kepalanya dengan cepat.
NAJELINA
Bukan urusan e-lo!
Najelina cepat-cepat memakai tasnya dan mengambil jus jeruknya lalu pindah tempat.
Ang kemudian mengikuti Najelina. Ia duduk di depan Najelina lagi.
Najelina mendecak kesal saat melihat Ang di depannya lalu Najelina memalingkan muka. Ia kembali memperhatikan sekitarnya berharap Jaka datang.
ANGGARA
Cari siapa sih? (Ang ikut serta memperhatikan sekitar)
NAJELINA
KEPO!
Najelina mengeluh sambil memperhatikan pintu cafe.
NAJELINA
Jaka ke mana sih. Kenapa dia belum datang juga? (Lirih)
ANGGARA
Jaka siapa sih, Jeli? (Seraya menopang dagu memperhatikan wajah Najelina yang gelisah gelisa itu)
NAJELINA
Jaka itu, pa-car gu-e! Dan lo Angker, mending lo pergi deh dari tempat gue. Gue takut Jaka cemburu lihat gue duduk sama lo di sini. (Lalu Najelina memalingkan muka lagi)
ANGGARA
Ngapain gue pergi? Dari awal kan ini meja gue.
Najelina memperhatikan meja.
NAJELINA
Oke! Tidak masalah. Gue yang pergi dari sini. Okeee.
Saat Najelina hendak memakai tas selempangnya, Ang kemudian mengambil pesawat kertas biru dari dalam saku celananya.
Ang kemudian menerbangkan pesawat kertas itu lalu mendarat di depan Najelina dan jatuh ke lantai.
CLOSE UP : Pesawat kertas jatuh ke lantai.
Najelina pun kaget melihat pesawat kertas itu. Najelina kemudian mengambilnya di lantai seraya melirik Ang.
Najelina kemudian membuka pesawat kertas tersebut.
VO NAJELINA :
Ini kan surat dari gue? Yang gue kasihkan ke Jaka waktu di pencucian mobil?
Najelina bertanya-tanya dalam hatinya seraya melirik Ang.
NAJELINA
Lo dapet dari mana surat ini?
ANGGARA
Itu gue dikasih sama seorang cewek pas di pencucian mobil.
Najelina masih kebingungan. Raut mukanya bertanya-tanya memperhatikan Ang.
ANGGARA
Masih belum ngerti juga?
Najelina geleng-geleng kepala.
ANGGARA
Rumah kosong?
Dua preman?
Dibungkam?
Sarung?
Je?
Ang mencoba memberikan kode kepada Najelina agar dia mengerti apa yang dimaksud Ang.
NAJELINA
Stop! Lo tau dari mana semua itu? Lo kenal sama Jaka?
ANGGARA
Kenal banget!
NAJELINA
Serius? Terus kenapa dia nggak dateng? Lo tau kan, isi surat itu? Gue pengen ketemu sama dia.
ANGGARA
Dia dateng kok!
NAJELINA
Mana? (Najelina menengok kanan kiri)
ANGGARA
Di depan lo!
Najelina kemudian melesatkan pandangannya ke depan.
NAJELINA
Lo? (Kaget)
Ang mengangguk-angguk.
NAJELINA
Jadi, Jaka itu lo? (Terkejut)
MONTAGE :
Najelina kemudian mengingat kembali kejadian waktu itu. Dimana Jey adu jotos dengan dua preman, lalu paginya ia melihat Ang babak belur. Najelina juga mengingat pernah dibopong Jey dan ia melihat mata Jey sama dengan mata Ang. Najelina juga mengingat pada saat di taman. Ia mendapat pesawat kertas lalu melihat Ang juga berada di taman. Najelina baru sadar dengan itu semua.
ANGGARA :
Nggak usah kaget segitunya kali. Katanya lo pengen ketemu gue? Katanya gue pacar lo? Masa kaget sih lihat pacarnya sendiri?
NAJELINA
Aduh! (Mengucap lirih seraya menutup mukanya dengan tas selempangnya)
Najelina merasa sangat malu sudah mengatakan itu kepada Ang sebelum ia tahu bahwa Ang adalah Jaka.
ANGGARA
Nggak usah malu gitu. Gue tau lo bercanda. (Ang menurunkan tas yang menutupi wajah Najelina)
ANGGARA
Lo nggak mungkin bilang itu lagi setelah lo tau kalau Jaka itu gue.
NAJELINA
Kenapa lo nggak jujur aja kalau malem itu lo yang nyelametin gue?
ANGGARA
Gue pengen lo tenang waktu gue nyelametin lo. Kalau lo tau yang nyelametin lo itu gue, lo pasti kabur dan makin takut. Secara, lo kan nganggep gue preman juga.
NAJELINA
Ya habis, penampilan sama kelakuan lo di kampus kayak preman sih. Lo suka berantem dan lo ditakutin sama semua anak di kampus.
ANGGARA
Jel, gue nggak akan berantem dan nggak akan nonjok orang, kalau nggak dia mulai duluan.
NAJELINA
Jadi, selama ini yang kirim gue surat, jagain gue, ngikutin gue dari belakang, itu elo, Ang?
Ang mengangguk-angguk.
Najelina melongo.
ANGGARA
Semua itu gue lakukan karena gue cinta sama lo, Jel. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa lagi. Gue pengen jagain lo. Maaf, gue jujur sama lo kalau gue cinta sama lo. Dan lo pasti nggak mau kan nerima cinta gue. Karena lo tau sendiri, gue dari keluarga serba kekurangan. Sedangkan lo, anak orang kaya. Gue nggak akan nembak lo kok karena gue tau jawabannya. Pasti ditolak. Gue sadar diri, gue nggak akan nembak lo. Gue cuma pengen jagain lo.
VO NAJELINA
Setelah gue tau sisi baik dari diri lo, gue cinta juga sama lo, Ang. Gue nggak ingin kehilangan sosok Jaka dihidup gue. Dia yang bikin hari-hari gue bahagia. Walaupun sebenernya gue kaget banget kalau Jey itu elo. Tapi gue nggak bisa bohongin diri gue sendiri kalau gue jatuh cinta sama lo, Ang.
NAJELINA
Lo nggak pengen dapetin cinta gue, Ang? Oh, gue tau, lo nggak mau nembak gue karena lo pengen ditembak duluan, kan? Oke, karena gue cinta sama lo, gue bakal nembak elo duluan.
Najelina meraih telapak tangan Ang di atas meja.
NAJELINA
Gue nggak mau bohongin diri gue sendiri Ang. Kalau gue jatuh cinta sama lo. Gue suka sama kebaikan lo sama gue. Gue pengen lo selalu ada di hidup gue, Ang. Gue cinta sama lo, gue nggak perduli lo dari keluarga kek gimana. Lo mau kan jadi pacar gue?
Najelina sangat PD menyatakan cinta kepada Ang. Dan itu membuat Ang terkejut.
ANGGARA
Ha? Lo serius? Lo nggak bercanda, kan?
Najelina kemudian melihat jam dinding cafe.
CLOSE UP : Jam dinding pukul 10.15 WIB
NAJELINA
Lo catet ya dalam sejarah. Jam 10 lebih 15 menit, seorang cewek nembak cowok duluan. Karena, si cowok beraninya cuma berantem. Tapi, nggak berani nembak cewek yang dicintainya!
ANGGARA
Najelina, bukan gue nggak berani nembak lo. Tapi gue takut cinta gue bertepuk sebelah tangan.
NAJELINA
Lo bisa ngelawan orang tapi lo nggak bisa ngelawan ketidak percayaan diri lo. Kalau lo cinta sama gue, lo nggak mungkin mudur sebelum berjuang. Belum berjuang aja lo udah mundur. Berarti lo nggak serius cinta sama gue. Lo tau kan kalau gue juga cinta sama lo?
Ang menganga.
NAJELINA
Oh, jadi lo nolak gue nih ceritanya.
Najelina melepas tangannya yang sedari tadi memegang tangan Ang.
Ang kemudian melihat jam dinding cafe. Dan meraih tangan Najelina kembali.
CLOSE UP : Jam dinding cafe pukul 10.30 WIB
ANGGARA
Jam 10 lebih 30 menit. Gue hapus catatan dalam sejarah kalau cewek harus nembak cowok duluan. Dan di sini didetik 30 menit ini, seorang cowok akan menujukkan keberaniannya sebagai seorang cowok.
Ang menatap serius Najelina.
ANGGARA
Najelina, gue cinta sama lo. Gue nggak mau jauh dari lo. Gue pengen terus jagain lo. Lo mau kan jadi pacar gue? Dan suatu saat nanti kalau lo udah siap, gue pengen lo jadi istri gue.
Najelina mengangguk-angguk.
ANGGARA
Apaan sih. Udah panjang lebar jawabnya cuma (Angguk-angguk) aja.
NAJELINA
GUE CINTA SAMA LO! GUE MAU JADI PACAR LO, ANGGARA! (Teriak sampai bergema)
Semua mata pengunjung cafe menyorot ke arah Najelina. Najelina dan Ang melihat kanan kiri dimana semua pengunjung memberhentikan aktivitasnya seketika.
VO : Suara kucing memecahkan piring.
Pelayan yang berlalu lalang sambil membawa minuman pun menghentikan langkahnya tepat di samping meja Nakelina. Pelayan memperhatikan Ang dan Najelina.
Dan Ang kemudian menutup mulut Najelina dengan telapak tangannya.
ANGGARA
Hehe, maaf, Mbak. Mulut pacar saya, remnya blong. Belum diservis, hehe. (Nyengir)
Pelayan pun pergi melanjutkan pekerjaannya dan Ang melepas tangannya dari mulut Najelina.
ANGGARA
Iya, iya. Gue tahu lo cinta sama gue, tapi ya jangan se-ekstrem gitu dong jawabnya. (Seraya tersenyum menyapa pengunjung di sampingnya yang sedari tadi melongo memperhatikan dirinya)
NAJELINA
Hehe, jadi, sekarang kita pacaran?
Ang mengangguk-angguk.
NAJELINA
Yes!
ANGGARA
(Ang menahan tawa)
Jadi, selama ini, lo yang ngebet banget pengen jadi pacar gue?
Najelina melempar kertas birunya ke muka Ang.
NAJELINA
Enak aja! Kepedean lo! Lo yang ngebet pengen jadi pacar gue! Lo tiap hari ngebayangin gue, kan?
ANGGARA
Idih GR. Siapa juga yang ngebayangin lo. Lo kali yang bayangin gue. Ngaku aja.
NAJELINA
Nggak! (Cemberut seraya memalingkan muka)
Pengunjung remaja yang duduk di meja sebelah, menoleh ke arah Ang.
PENGUNJUNG
Mas, baru jadian kok udah marahan? Satu detik lagi, putus ya, Mas?
ANGGARA
Jangan dong.
Ang menatap Najelina.
ANGGARA
Iya, iya, maaf. Cuma bercanda, jangan cemberut gitu dong. Iya, iya gue ngaku. Gue tiap hari ngebayangin lo terus. Dan gue yang ngebet pengen jadi pacar lo. (Ang menghela nafas)
NAJELINA
Beneran?
ANGGARA
Iya, beneran. Gue punya sesuatu buat lo. Dan ini gue beli udah beberapa hari yang lalu khusus buat lo. (Seraya merogoh saku celananya)
NAJELINA
Sesuatu apaan?
Ang kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dari dalam saku celananya.
ANGGARA
Ini udah gue siapin lama. Gue akan kasihkan ini ke elo. Setelah lo nerima cinta gue.
Ang meletakkan kotak itu di atas meja.
NAJELINA
Apa itu?
Ang kemudian membuka kotak itu dan diperlihatkan kepada Najelina.
NAJELINA
Kalung? (Terkejut melihat kalung huruf N)
ANGGARA
Iya, Jel. Ini kalung buat lo.
NAJELINA
Kenapa lo repot-repot beli kalung buat gue segala? Kan jadi ngerepotin,.
ANGGARA
Nggak apa-apa kok. Gue beliin kalung ini, karena gue cinta sama lo, Jel. Gue pakein ya?
Najelina mengangguk-angguk senang. Ang kemudian berdiri mengambil kalung itu dan hendak dipakaikan di leher Najelina. Najelina kemudian mengangkat rambut panjangnya agar Ang mudah mengalungkannya. Lalu, pelan-pelan Ang memakaikan kalung cantik itu di leher Najelina. Najelina terlihat sangat senang sekali.
Ang kemudian menatap wajah Najelina dari dekat. Lalu, entah apa yang difikirkan Najelina, saat Ang menatap dekat wajanya, Najelina kemudian tersenyum memejamkan mata.
Ang duduk kembali di kursinya
ANGGARA
Lo ngapain senyum sambil merem gitu?
Najelina seketika langsung membuka mata.
NAJELINA
Gue kira tadi lo mau nyium pipi gue?
ANGGARA
Wahaha. Jeli, Jeli, lo pengen banget gue cium? Belum waktunya kali. Kita belum halal.
Najelina sangat malu. Ia menutup mukanya dengan tas. Lalu pelan-pelan ia turun dari kursi dan bersembunyi di bawah meja.
VO NAJELINA
Aduh! Mampus! Mau ditaruh dimana muka gue. Gue malu banget udah bilang itu di depan Angker.
Ang kemudian jongkok melihat Najelina di bawah meja.
ANGGARA
Lo ngapain sembunyi di kolong meja?
Najelina kemudian kembali duduk di kursinya. Ang berdiri di depan Najelina lalu menjulurkan tangannya.
ANGGARA
Ayo.
NAJELINA
Kemana?
ANGGARA
Udahlah ikut aja.
Najelina kemudian berdiri dan menerima gandengan tangan Ang. Ang mengajak Najelina keluar cafe. Najelina sangat senang dan senyum terus sedari tadi saat berjalan bersama Ang.
Cut to :
SCENE 63 : EXT. PARKIRAN CAFE AMANDA — SIANG
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA.
Di luar Cafe, Ang membonceng Najelina mengunakan motornya. Ang melaju ke jalanan.